12.|Maaf dari Mama

3.1K 222 101
                                    

"Ma-maksudnya?"

Deven tersenyum, tangannya masih setia mengenggam tangan milik Anneth. "Izinin gue buat jadi pacar lo,"

Nafas Anneth tercekat, rasanya Ia ingin segera menghilang saja dari muka bumi ini, Ia sangat malu.

"Diizinin nggak?" Tanya Deven yang belum mendapat jawaban.

Anneth mengangguk pelan, mengiyakan.

"Makasih, Neth."

Dan, hari itu tanggal 25 Desember, hari natal. What a wish come true.

Sehari setelah natal, hari ini Deven mengajak Anneth ke danau tempat mereka biasa kunjungi, ingin menghabiskan waktu berdua lebih banyak.

Namun sedari tadi Anneth mendengus kesal, statusnya yang kini sudah berubah dengan Deven, malah mengakibatkan kecanggungan yang tak diinginkan.

Entah itu berbicara, melakukan sesuatu, semua harus dipikir baik-baik, agar jaga image, jelas bukan Anneth sekali.

Menatap Deven pun tak berani, sudah dua jam dan mereka hanya diam, kadang berdeham, atau sekedar batuk.

"Neth," Deven mulai buka suara.

"Hm?" Anneth mengalihkan perhatiannya pada Deven.

"Kita jadi canggung gini,"

Anneth mengangguk, membenarkan. "Gue nggak biasa," ucap Anneth jujur.

"Oke, gini aja, anggep aja kita ini sahabatan kayak dulu, dan everything's gonna be fine," Deven berujar mengusulkan.

"Gue coba," Anneth tersenyum kikuk.

Kembali hening, tak ada bahan pembicaraan.

Anneth menoleh kesamping, mencabut rumput-rumput, berusaha mengalihkan bosan.

Namun kegiatannya terhenti, saat matanya menangkap seekor katak berada di sela-sela rumput yang sedang Ia cabut.

"AAAAAAAAAAAA DEVEN!!! ADA KATAK YAAMPUN JIJIK BANGET ASTRALALAGANALA!!!" Anneth memekik kencang, memukul-mukul bahu Deven, untung yang dipukulnya sebelah kanan.

"E-eh, mana?" Deven mengedarkan pandangannya kemana-mana, mencari katak si pengganggu.

"ITU!!" Anneth bergidik ngeri, katak itu terlihat melompat riang kesana-kemari.

"ADUH YAAMPUN DIA NGEJAR GUE!!" Anneth berteriak lagi, bersembunyi di belakang punggung Deven.

Deven tertawa geli, melihat katak yang membuat seorang Anneth berteriak heboh, ternyata berukuran sangat kecil.

Deven mengambil katak itu, meletakkannya di tangannya.

"Neth, kecil gini," Deven tergelak, tawanya membuat Anneth kesal.

"Ish, lepasin!" Anneth memukul lengan Deven, katak itu kini terjatuh dari tangannya.

"Lo kan tahu gue jijik banget sama katak!" Anneth berujar sebal karna Deven belum berhenti menertawainya.

"Iya-iya, jangan marah, Tuan Putri," Deven menghentikan tawanya, tangannya kini terjulur untuk menyelipkan rambut Anneth yang terurai kebelakang telinganya.

Anneth menunduk malu, baru saja Ia sangat sebal pada Deven, namun sedetik kemudian Ia tersipu malu. Dasar Anneth. Mudah sekali bagi Deven untuk memporak-porandakkan seorang Anneth.

"Yaudah, kita pulang, lo mandi, abis itu kita ke rooftop." Ucap Deven sebelum akhirnya menggamit tangan gadis itu, memasukkannya ke dalam kantong hoodie yang Ia pakai.

About Us [2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang