6.|Sakit

2.9K 237 138
                                    

Deven mengeratkan genggaman tangannya pada Charisa, mengusap-usapnya pelan. Raut khawatir tak bisa Deven sembunyikan dari wajahnya.

Anneth mendengus pelan, namun tak bisa dipungkiri Ia juga panik. Semalam Charisa tidak jadi ke rumah Deven, berniat memberikan ruang dan waktu bagi dirinya untuk berpikir.

Namun pagi ini suhu badannya sangat tinggi, membuat Deven maupun Anneth seketika panik.

"Engh," Charisa melenguh pelan, membuka matanya berat, disekanya keringat yang mengalir di sekujur pelipisnya.

"Cha, gimana perasaan kamu? Ada yang sakit? Kamu kenapa sih? Kalo nggak ada yang tau kamu sakit gimana?" Tanya Deven beruntun, masih digenggamnya tangan gadis itu.

Charisa terkekeh pelan. "Kamu masih sama kayak dulu, Ven," ucap Charisa sambil tersenyum manis.

Anneth memutar bola matanya malas, merasa tidak dihiraukan.

"Gue tembus pandang ya? Asik banget lo bedua nostalgia," Anneth berucap pelan, hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

"Neth, ambilin lap sama air hangat," kata Deven tanpa melihat Anneth.

Anneth berdecak, namun tetap diturutinya perkataan Deven.

"Nih," Anneth menyodorkan lap dan air hangat yang Deven minta.

Dengan sigap Deven mencelupkan lap tersebut ke dalam air hangat, memerasnya dan meletakkannya di dahi Charisa.

Charisa hanya tersenyum, seakan Ia tak punya kekuatan untuk mengejek Anneth.

Sedangkan Anneth memalingkan wajahnya kesamping, tak berniat melihat kedua orang itu.

"Neth, buatin susu hangat," Deven menyuruh Anneth, dan lagi, Ia tak memandang Anneth.

Anneth hanya bisa pasrah, menuruti saja apa yang Deven suruh.

Tak berapa lama kemudian Anneth datang dengan segelas susu ditangannya, memberikannya pada Deven agar diminum oleh Charisa.

Namun Deven sedikit terkejut saat dilihatnya susu yang Ia terima dari Anneth adalah susu rasa coklat.

"Neth, Ucha suka susu vanilla, kok dikasih coklat?" Deven berujar dengan raut kesal.

Anneth menghembuskan nafasnya kasar, ditariknya Deven keluar dari kamar Charisa.

"Lo ngira gue babu lo sama Charisa apa? Daritadi lo nyuruh-nyuruh gue seenak jidat lo doang, nyadar nggak sih Ven? Lo berlebihan tau nggak. Lagipula gimana gue tau Charisa suka susu rasa vanilla, dirumah gue juga cuma ada susu coklat, sewa pembantu lo sana!" Anneth berteriak marah, Ia memang agak sulit mengendalikan emosinya.

Deven mengernyit, Ia bingung dengan kemarahan Anneth yang tiba-tiba.

"Lo kenapa marah sih, Neth? Udah biasa kali gue nyuruh-nyuruh lo, kenapa sekarang marah? Marah lo nggak beralasan." Deven berujar santai, namun nadanya terdengar bingung.

"Nggak beralasan?" Anneth membelalak tak percaya akan kalimat Deven barusan.

Anneth kemudian pergi dari sana, pergi dari rumahnya sendiri. Tak mau ambil pusing, Deven kembali ke kamar Charisa, masih khawatir dengan gadis itu.

Anneth melempari air danau yang tampak tenang dengan batu-batu ditangannya.

Sesekali Ia mengusap-usap matanya yang basah.

Kali ini Anneth tidak marah karna Deven maupun Charisa. Ia marah pada dirinya sendiri karna tak bisa mengontrol emosinya.

About Us [2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang