Taehyun tidak pernah menyangka dia akan menjadi pihak yang terus-menerus merasa ingin bersama Hyunbin di minggu-minggu awal semenjak mereka berhubungan. Bukan tanpa alasan, tentu saja Taehyun pikir Hyunbin akan menjadi semakin sering menemuinya, semakin sering mengirimnya pesan chat, semakin sering datang ke rumahnya sejak mereka berhubungan. Nyatanya, sebaliknya, Hyunbin bahkan belum sama sekali mengirimnya chat apapun sejak dua hari yang lalu dan berhari-hari sebelumnya mereka hampir tidak pernah berpapasan meskipun mereka adalah tetangga.
Aneh sekali. Apa Hyunbin jadi berhenti berusaha karena mereka sudah resmi pacaran? Atau Hyunbin bosan pada Taehyun secepat itu? Taehyun harap Hyunbin tidak bosan padanya karena dia rasa dia belum memulai apapun yang berarti dengan Hyunbin sampai saat ini.
Taehyun mengganti posisi berbaringnya menjadi menghadap lurus ke atap kamarnya, lalu menghembuskan napas panjang. Dia harus mengakui bahwa sejak awal, Taehyun mau memulai hubungan ini dengan perasaan yang setengah-setengah, tapi sekarang dia justru kepikiran hanya karena Hyunbin jarang menemuinya. Mungkin memang ini semua bukan keputusan yang salah, mungkin memang selama ini Taehyun menyukai Hyunbin, hanya dia tidak menyadarinya untuk waktu yang cukup lama.
“Oi, bangun, pemalas.”
Suara Sungwoon dan tubuh kecilnya yang menyembul dari pintu kamar Taehyun itu membuat lamunannya luntur seketika. Taehyun bangun dari tidur dan mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang hampir secara refleks.
“Tumben sekali kau repot-repot ke sini untuk memeriksa apakah aku sudah bangun atau belum.”
Sungwoon memutar bola matanya. “Kau sering sekali bangun terlambat akhir-akhir ini,” katanya. “Ngomong-ngomong, coba tebak siapa yang datang barusan dan memberikan bingkisan ini untukmu,” Sungwoon mengangkat tinggi-tinggi sebuah bingkisan yang kelihatan elegan dan mahal. Mereka berdua sama-sama tahu jawabannya meskipun tidak membuka suara. Taehyun hanya mengangguk kecil ketika Sungwoon berjalan masuk ke kamarnya dan memberikan bingkisan itu.
“Kau tidak terlihat senang.” Sungwoon bergumam.
Taehyun tidak langsung menjawab, dia menghembuskan napas panjang. “Hanya ini?”
Sungwoon mengerutkan dahinya. “Lalu apa yang kau inginkan, Nyonya Sosialita? Sebuah mobil mewah yang dihiasi berlian?”
“Ish, bukan begitu!” Taehyun membuka bingkisan itu, lalu terdiam sejenak ketika mendapati isi hadiahnya adalah satu set jam tangan yang dari kotaknya saja terlihat sangat mahal dan tidak tergapai bagi dompet Taehyun. Dia menyimpan kotak itu di atas meja, lalu mencari-cari sesuatu yang lain di dalam bingkisan itu, lalu mengeluh sedikit kesal ketika tidak menemukan hal lain kecuali jam tangan itu.
“Ada apa denganmu?” tanya Sungwoon. “Hadiah itu sangat keren. Kalau kau tidak mau, untukku saja.”
Sungwoon tidak menyangka Taehyun akan menghadiahinya tatapan yang sangat tajam. “Ini punyaku,” katanya. Taehyun tidak tahu kenapa, tapi membayangkan orang lain memakai hadiah dari Hyunbin membuatnya sangat kesal. “Dia langsung pergi begitu memberikan itu padamu?”
Sungwoon mengangguk. “Dia langsung pergi begitu aku bilang kau masih tidur.”
Taehyun benar-benar kecewa mendengarnya. Hyunbin seolah-olah tidak peduli kabarnya sama sekali dan tidak sedikitpun berusaha menemuinya dan memberikan hadiah itu langsung padanya pagi ini. “Aku senang menerima ini,” gumamnya nyaris tanpa sadar. “Tapi seharusnya kalau tidak bisa memberikannya langsung padaku, dia seharusnya menulis sesuatu untukku atau mengirim pesan chat, ‘kan?”
“Dia tidak mengatakan apapun melalui chat?”
Taehyun menggeleng. “Kurasa sudah hampir tiga hari dia sama sekali tidak mengirimkan pesan apapun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I will wait (for you). [TaeHyunbin]
Fanfiction[COMPLETED!] JBJ Fanfiction. [Omegaverse] Hyunbin benar-benar adalah orang yang baik, tapi Taehyun tidak mau memulai hubungan romansa dengan seorang Alpha. [Kwon Hyunbin/Noh Taehyun. Taehyunbin.]