Belum terlalu lama, tapi juga tidak bisa dikatakan sebentar.
Aku mencintainya. Dia? Dia juga bilang begitu, tapi entah bagaimana, ucapannya seperti bayangan, ada tapi tak terlihat. Hanya sebatas ucapan tanpa pembuktian.
Aku memberikannya perhatian. Dia? Dia juga begitu, tapi entah kenapa, semakin lama semuanya seperti dipaksakan.
Aku selalu bermimpi akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Dia? Dia juga bilang begitu. Biarkan seperti ini dulu. Jika waktunya sudah tepat, akan kukenalkan pada dunia, bahwa selama ini ada sosok hebat yang selalu mendampingku. Tapi lagi-lagi itu hanya deretan kata tanpa makna.
Apa dia benar-benar mencintaiku?
Apa aku satu-satunya atau justru hanya salah satunya?
Aku ragu.
* * *
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ribuan suara sorakan fans dari salah satu boygroup ternama menggema memenuhi stadion malam ini. Panggung yang luas ditambah ratusan sorotan lampu dari segala arah, menampakkan dengan jelas 9 sosok laki-laki tampan yang sudah berjejer diatas panggung. Malam ini adalah konser debut pertama mereka, bahkan dari kejauhan pun raut bahagia itu sangat tergambar jelas.
Seorang laki-laki dengan surai hitam yang jatuh hampir menutupi sebagian dahi atasnya tengah duduk di salah satu tribun VIP dan menatap lurus satu sosok laki-laki yang tengah melambaikan tangannya dengan senyuman lebar.
Namanya Ong Seongwoo. Seorang pria sederhana yang marganya bahkan jarang orang jumpai di seluruh penjuru Korea. Tidak ada yang istimewa dari sosok itu, hanya yang membedakan ia dengan ribuan fans yang memenuhi ruangan ini adalah, jauh sebelum hari ini, ia telah berhasil merebut salah satu hati dari 9 pria yang sedang melambai bahagia ke arah mereka.
Kang Daniel. Satu-satunya alasan Seongwoo menghabiskan pundi-pundinya untuk berada disini. Sosok dengan wajah tampan dan tubuh atletis yang dapat membuat semua kalangan wanita memujanya. Sosok laki-laki yang belakangan ini sedikit demi sedikit mulai menoreh luka di hatinya.
Seongwoo tersenyum getir menatap senyuman lebar Daniel yang bahkan kini alasannya bukan lagi karena dirinya. Dapat Seongwoo lihat bagaimana mata lelaki itu berbinar, menggambarkan betapa bahagia dan terharunya ia saat ini.
Seongwoo menutup kedua matanya, mencoba menahan semua sesak yang memenuhi rongga hatinya saat ini. Meredam semua teriakan penonton, membiarkan realitas yang mematahkan hatinya meluruh, selagi satu persatu potongan kenangan masa lalunya bersama Daniel mengelilinginya. Menghantarkannya ke satu masa dimana ketika semuanya masih begitu mudah, indah dan sederhana.