10. Manusia Elit

18 11 4
                                    

Selesai makan, kami semua duduk duduk di ruang TV sambil menikmati sensasi kekenyangan di perut kami.

"Nad, lo punya Film apa aja? Bosen nih masa abis makan ngemil gini sih.." Protes Juki.

"Bosen bosen juga abis kripiknya setoples ama lu Juk!" semua tergelak mendengar kebenaran dari Marco.

"Mubadzir atuh Co, Mhehe.."

"Yaudah kalo mau Nonton cari aja. Di deket player banyak Film, kebetulan Kakak gue suka koleksi film Horror, Humor, bahkan Dramanya Jepang, Korea, Thailand, Indonesia juga ada.. Yaudah liat aja deh." Beberapa anak laki laki termasuk Juki mulai mengeksekusi kumpulan film yang akan di tonton.

Sebagian teman teman ku ada yang duduk damai seraya menikmati wi-fi, ada yang heboh bercerita, ada yang selfie, bahkan ada yang sibuk main di playground yang ada di taman terbuka di samping rumah. Kebetulan jaraknya tidak jauh dari ruang TV.

Mereka memang manusia manusia elit, aku hanya ikut tertawa melihat tingkat beberapa temanku yang seakan akan baru pertama kali merasakan ayunan. Mereka sangat bahagia.

"Playground di rumah lo masih kokoh banget, jarang di pake ya?" tanya melati yang sedang keasyikan menikmati sensasi geli di perut kala Ida mendorong ayunan yang dia tumpangi. Aku tahu itu menyenangkan.

"Iyalah, bahkan adek gue tau tempat ini udah nggak pantes buat dia. Apalagi lo lo pada." jawabku.

"Kenapa nggak ngerubah tempat ini jadi apaa gitu?? Yang lebih sesuai buat penghuni rumah ini yang jelas nggak ada bocahnya. " tanya Veera.

Aku pun berfikir sejenak.

"Mugkin suatu saat nanti bakal kepake." jawabku sekenanya sambil mengendikkan bahu.

"Eh Nad, gua mau kewarung, temenin dong yuk." pinta Disya, dan aku tida keberatan.

Masih dengan kaos rumahan dan celana bahan, aku keluar rumah dan menemani Disya pergi ke warung. Entah apa yang akan dia beli, tapi aku hanya harus mengantar dia.

Di perjalanan menuju warung yang tidak terlalu banyak perbincangan, aku merasakan sayup sayup suara teriakan dan tawa lepas yang terdengar jauh di belakangku.

Dan saat aku menoleh, aki melihat teman temanku ternyata berlari menuju kearahku seraya membawa kantung berisi tepung, sebagian membawa botol berisi air. Dan sebagian lagi membawa botol terisi air berwarna coklat tua yang entah apa isinya.

Aku berlari sekencang mungkin menjauhi mereka, namun Disya menangkapku dan melancarkan aksi teman temanku.

Siang itu juga aku diserbu habis habisan oleh mereka. Dengan tepung, telur, air, dan ternyata seduhan kopi yang tidak panas tentunya. Dengan teriakan nyaring dari mereka.
"SELAMAT ULANG TAHUN NADIRA!!"

Sementara kondisi jalanan bercoran yang tadinya bersih sekarang sudah penuh dengan kotoran karena ulah temanku.

Hingga aku menyadari sesuatu. Di sebuah balkon di rumah yang tidak asing untukku, ada seorang laki laki yang juga tidak asing bagiku, menatapku dengan senyum samarnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang