[Umar bin Abdul Aziz dan Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan]

2.2K 156 5
                                    

Pemimpin Teladan
•••

Usai shalat Jum'at, Umar bin Abdul Aziz mengambil sumpah setia sebagai kepala negara Dinasti Umayyah, salah satu dinasti besar dalam sejarah islam. Umar bin Abdul Aziz pun seorang yang terpandang karena kedudukan dan harta yang dimilikinya.

Ketika diangkat sebagai kepala negara, cermat Umar bin Abdul Aziz memetakan potensi-potensi yang akan melemahkan langkah-langkah mengelola negara. Godaan harta menjadi beban terberat yang akan menimbulkan kerumitan penentuan sikap saat menghadapi masalah.

Maka, harta menjadi langkah pertama yang disingkirkan. Tak ingin bersikap dzalim, Umar menawarkan pilihan pada istri tercintanya, permata yang menghias hatinya selama ini. Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan yang selama ini hidup dalam segala kenikmatan dan kemewahan, harus merelakan semua harta termasuk perhiasan yang melekat ditubuhnya untuk diserahkan ke Baitul Maal.

Umar tahu, hal itu bukan keputusan yang mudah. Maka, lelaki itu menawarkan pilihan yang lain, Fatimah boleh tetap menikmati semua istana, vila, permata manikam, dan jubah-jubah sutera. Malam dalam naungan kubah dan telapak kaki yang senantiasa menyentuh kelembutan permadani. Tetapi, "Kita tak lagi bisa tinggal satu rumah."

Kemewahan membuat Umar bin Abdul Aziz berat berpikir dan melangkah. Dia tak ingin posisinya sebagau kepala negara mudah goyah, terlebih oleh harta yang berkelimang.

Akhirnya, seluruh perhiasan dan kekayaan Fatimah, sang putri kaya raya dan saudari para pemimpin negara, dilucuti secara sukarela untuk diserahkan ke Baitul Maal. Tak cukup hanya itu, dia rela hidup amat sangat sederhana, mendampingi suami memikul tugas-tugas negara.

Umar bin Abdul Aziz tak lama memimpin. Belum genap tiga tahun, dia wafat diracun, meninggalkan duka mendalam bagi Fatimah.
Bani Umayyah digantikan Khalifah Yazid bin Abdul Malik usai Umar bin Abdul Aziz mangkat. Demi penghormatannya pada sang saudari, Yazid berniat mengembalikan semua perhiasan yang tersimpan baik di Baitul Maal kepada Fatimah.

Bendahara Baitul Maal pun menemui Fatimah.
"Kami menganggap perhiasan itu sebagai barant titipan yang harus dijaga dan akan kami kembalikan."

Nilai perhiasan Fatimah mencapai jutaan dirham. Dia seorang janda muda, tanpa warisan memadai. Tetapi, dengan bijak Fatimah menolak.
"Demi Allah saya tidak akan mengambilnya kembali. Karena saya patuh untuk suami selamanya. Bukan hanya semasa dia hidup saja, lalu berkhianat usai meninggalnya."

Betapa takjubnya Yazid. Dengan perhomatan mendalam, ia menuruti permintaan Fatimah dan membagikan harta kekayaan kepada fakir miskin

Demikian banyak kisah kehancuran dinasti, negara, kerajaan karena mempertontonkan ketamakan penguasa yang tergila harta dan wanita. Tetapi indah nian cara Umar bin Abdul Aziz mengajak istri, sang kekasih hati untuk mempertahankan cinta dan kehormatan mereka melewati onak duri sebagai pemimpin negara. Dan jauh lebih bersinar cinta Fatimah bagi suaminya, bagi kaum muslimin. Umar bin Abdul Aziz dan Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan tak akan pernah bersinar dilangit sejarah bila mereka sama seperti penguasa lain yang lebih mencintai harta, tahta, dan wanita.

***

Sumber :
Yudisia Sinta, Radyamas Matris, 2013, Kitab Cinta dan Patah Hati, Pernebit Indiva.

Kisah Romantis [Sepanjang Sejarah Islam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang