[Hasan al Banna dan Lathifah Husain as Shuli]

1.6K 138 0
                                    

Jatuh Cinta pada Pendengaran Pertama
•••

Suatu ketika, Ummu Sa'ad mendengar lantunan Qur'an yang merdu. Siapa pemilik suara itu? Suara perempuan yang demikian syahdu, demikian larut dalam interaksi bersama kisah-kisah Qur'ani yang dilafadzkannya. Ummu Sa'ad tak dapat menghilangkan rasa ingin tahunya, dan Husain as Shuli memberikan penjelasan.

"Dia adalah putri kami, Lathifah as Shuli."

Tak terkira berdebar dan sukacita Ummu Sa'ad. Maka ia bergegas menghampiri Hasan al Banna, menyampaikan rasa terpikatnya pada pendengaran pertamanya. Seorang gadis yang mengisi waktu dengan berkawan Qur'an, tidaklah dia seorang perempuan mulia yang pantas dipilih sebagai pendamping?

Kecintaan dan ketaatan Hasan al Banna pada sang bunda membuatnya menyetujui keputusan tersebut. Di kemudian hari, cinta Hasan al Banna dan Lathifah as Shuli menjadi salah satu kisah indah yang sering dituturkan, selalu menjadi bahan perbincangan terutama bagi pemuda pemudi yang berkhidmat pada kehidupan umat.

Hasan al Banna sangat mencintai Lathifah. Dia berusaha membantu kesibukan sang istri dengan berbelanja ke pasar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Fisik Lathifah dan keberadaan putra putri mereka yang berjumlah delapan orang ; Si sulung Wafa, Ahmad Saiful Islam, Sana, Muhammad Hishamuddin (wafat waktu kecil), Roja, Shafa (wafat waktu kecil), Halah, dan Istisyhad, — membuat Hasan al Banna membagi waktu antara kesibukan diluar dan didalam rumah tangga.

Hasan dikenal tak pernah sekalipun mengeluarkan suara keras terhadap istri dan anak-anaknya. Ia memiliki prinsip teguh tak terbantahkan ketika meyakini suatu perkara.

Suatu hari, rumah mereka teramcam digusur. Lathifah mengusulkan agar suami membeli rumah, tak mesti mewah dan besar. Perjuangan al Banna yang saat itu menuntut sejumlah pengorbanan, termasuk materi, membuat al Banna menolak permintaan sang istri tercinta. Ia berkata, "Wahai, Ummu Wafa, istana kita menanti di surga. Allah tak akan menyia-nyiakan amal kita."

Lathifah, sang pelantun senandung Qur'an, mendampingi suami dalam suka dan duka. Selama 18 tahun Lathifah as Shuli mendampingi suami yang meninggal dalam usia cukup muda. yaitu 43 tahun. Di awalah kematian, Lathifah sangat berduka dan diam-diam sering berkunjung ke makam, menangis dalam diam.

Kesabaran dan ketegaran Lathifah membuatnya tetap bertahan membesarkan enam anaknya dalam kesedarhaan dan kerja keras. Satu demi satu, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa dalam tempaan. Wafa menjadi istri Said Ramadhan, seorang dai masyhur. Saiful Islam adalah advokat terkenal, Tsana menjadi dosen Fakultas Perempuan di Mesir, Halah dosen Fakultas Kedokteran, Roja lulus Fakultas Perempuan di Mesir.

Hasan al Banna meninggalkan jejak berharga untuk diteladani bagi kaum muslimin dewasa ini untuk tidak pernah menyerah pada setiap tantangan. Apa yang diingat dari putra putrinya adalah ucapan Lathifah as Shuli tentang ayah mereka.

"Keluarga Hasan al Banna telah memberikan hadiah paling indah dalam hidupku."

Memiliki seorang lelaki shalih yang menjadi imam dalan setiap shalat malam, yang senantiasa mendampingi istri dan membantunya meringankan tugas-tugas rumah tangga, yang menghabiskan waktu dan nyawanya memikirkan umat, yang senantiasa mengingatkan bahwa tak ada kekuatan yang lebih pantas bagi kebangkitan umat selain kembali pada Qur'an dan as sunnah; adakah hadiah lain yang lebih berharga bagi Lathifah as Shuli, selain memiliki kekasih seperti al  Banna?

***

Sumber :
Aulia, Muhammad Lili Nur, 2010, Persembahan Cinta Istri Hasan al Banna, Tarbawi Press.

Kisah Romantis [Sepanjang Sejarah Islam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang