[Utsman bin Affan dan Nailah binti Al Farafishah]

3.1K 222 5
                                    

Pedang yang Memisahkan Cinta
•••

Utsman dan Nailah bertemu dalam pernikahan dengan rentang usia yang sangat jauh. Utsman menikahi Nailah di madinah saat usia Utsman 81 tahun dan Nailah baru 18 tahun.

Ketika Utsman menanyakan apakah Nailah tidak keberatan dengan perbedaan usia ini, Nailah menjawab dengan tegas, bahwa ia lebih suka suami yang jauh lebih tua darinya.

Utsman masih belum yakin dan bertanya lagi, "Tetapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?" yang mana pertanyaan ini mengisyaratkan bahwa dia termasuk lelaki yang terlalu tua bagi gadis semuda Nailah.

Jawaban dari Nailah sungguh menentramkan, "Tetapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah SAW. Dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya."

Selama menjadi istri Utsman, ada banyak pihak yang menyangka bahwa gadis secantik Nailah tentu hanya mengejar harta kekayaan Utsman saja. Waktu demi waktu membuktikan, kecantikan wajahnya sebanding dengan watak baik dan kelembutannya.

Pembunuhan terhadap Utsman diawali dengan pengepungan selama 50 hari. Selama itu pula, Nailah setia menemani sang suami. Saat itu, Nailah mencoba menjadi perisai bagi suaminya. Detik-detik genting mencekam ketika para pemberontak menerjang masuk, Nailah bahkan lupa memakai kerudung yang menutup rambutnya saat mencoba membela suaminya hingga Utsman menegur.

"Wahai, Nailah, tutuplah rambutmu dengan kain kerudung! Sesungguhnya rambutmu lebih besar nilainya dari nyawaku!"

Dia, sang sahabat Nabi Muhammad yang dijuluki Dzun Nurain, lebih mementingkan kehormatan istrinya dibandingkan nyawanya sendiri yang tengah diujung tanduk. Pada serangan pertama, Nailah masih berhasil melindungi Utsman hingga jemarinya sendiri teriris dalam. Teriakan Nailah tak menghentikan serangan. Hingga serbuan berikutnya, serangan berhasil menikam tubuh sang khalifah dan menewaskannya.

Air mata Nailah tumpah, ia memangku jenazah lelaki yang dicintainya sembari berujar, "Sungguh kalian telah membunuhnya. Padahal dia telah menghidupkan malam dengan rangkaian Al-Qur'an dalam rakaat."

Usai peristiwa berdarah yang menewaskan Utsman, tak seorang pun berani mendekati kediaman khalifah. Mengingat gentingnya situasi dan kekhawatiran akan pecahnya peperangan akibat sensitifitas, kesalahpahaman, atau hal apapun yang dapat memercikkan bara diatasnya.

Pemerintah khalifah Utsman bin Affan ra, memang menghadapi situasi dan kondisi yang sedemikian kompleks. Wilayah islam telah meluas, sahabat-sahabat utama banyak yang wafat, perbedaan pendapat dalam menyikapi sesuatu dan pintu-pintu kenikmatan yang semakin terbuka bagi kaum muslimin.

Dibantu dua orang lelaki bernama Jubair bin Hizam dan Huwaitib bin Abdul Uzza, Nailah mengurus jenazah Utsman. Pemakaman tak berani dilakukan saat siang hari, tetapi dilakukan antara Maghrib dan Isya. Nailah menyaksikan pemakaman suaminya-salah seorang sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga-hanya ditemani lampu temaram kecil.

Nailah berkabung selama empat bulan sepuluh hari. Ia tak dapat melupakan begitu saja peristiwa menyedihkan itu. Selama berkabung, Nailah tak berhias dan enggan meninggalkan kediaman Utsman. Nailah mengirim surat kepada Muawiyah, memberikan masukan terkait perpecahan yang mengancam kaum muslimin.

"Jika dua golongan dari kamu muslimin itu berperang, hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Dan jika yang satu dari keduanya melanggar perjanjian kepada yang lain maka perangilah yang melanggar perjanjian itu sehingga mereka kembali kepada Allah."

Kecantikan, kemudaan, perangai, kecerdasan, dan keahlian bersyair Nailah menjadi incaran banyak lelaki terhormat, pasca kematian Utsman yang menjadikannya seorang janda tanpa pelindung.

Pinangan Muawiyah tak ditanggapi. Nailah bahkan tak mempercantik diri hingga Muawiyah terheran-heran melihat seorang perempuan muda secantik Nailah tak segera menyambut gelimang dan keceriaan dunia yang masih terbentang lebar.

Kesetiaan Nailah tercermin dalam kata-katanya.
"Aku tak mau kesedihanku pada Utsman menjadi pudar seperti pudarnya kain-kain yang buruk. Dan aku tidak mau lelaki lain mengetahui apa yang ada pada diriku, sebagaimana diketahui oleh Utsman."

Nailah binti Al Farafishah melindungi Utsman dengan kesetiaan, dengan tubuhnya, dengan kehormatannya. Pedang dan kematian menyebabkan Nailah tak lagi mampu mengumandangkan syair-syair cinta ke telinga Utsman.

***

Sumber :
Nailah binti Al Farafishah, Sang Pemberani, Republika 4 Mei 2012.

Kisah Romantis [Sepanjang Sejarah Islam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang