03

6K 741 40
                                    

Gue sekarang duduk bersebelahan dengan pak Yuta. Ibu pak Yuta masih menatap gue dengan senyuman yang terus mengembang. Sejak pak Yuta bilang gue pacarnya, ibu pak Yuta langsung tersenyum bahagia

"Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Yuta?"

"Emm --"

"Hampir satu tahun" potong pak Yuta. Gue cuma bisa diem dan ngikutin skenario dia. Sedari tadi ayah pak Yuta cuma diem sambil menikmati makanannya

Gue pun memutuskan untuk makan dalam diam. Ibu pak Yuta sedari tadi bercerita tentang masa kecil pak Yuta. Gue sesekali menanggapinya dengan senyuman

Gue melirik ke arah pak Yuta. Wajahnya tenang dan nggak tegang kaya biasanya di kantor. Kalau dilihat-lihat, wajah pak Yuta lebih dominan ke ibunya. Ayahnya cuma mewariskan bentuk rahang yang tajam dan mata yang cukup lebar

Jika kalian pikir ayah pak Yuta itu gendut, botak dan bersuara besar, kalian salah besar. Ayah pak Yuta punya badan yang atletis, dengan rahang yang tajam dan rambut hitam yang lurus. Ayahnya lebih cocok dibilang sebagai kakak pak Yuta

Setelah menyelesaikan makan malam. Gue dan keluarga Nakamoto berkumpul di ruang keluarga. Gue jadi tahu kalau pak Yuta itu anak tunggal. Ibunya seorang dokter di rumah sakit terkenal di Jepang. Ayah pak Yuta dinobatkan sebagai orang terkaya kedua di Asia setelah keluarga Jung di Korea.

Jam menunjukkan pukul sepuluh di Jepang. Gue dan pak Yuta memutuskan untuk menginap di hotel milik pak Yuta. Pak Yuta memberikan gue sebuah kunci sebelum masuk ke dalam kamarnya

Gue pun membuka pintu kamar gue dan menyalakan lampu. Kemudian berjalan ke arah kasur dan melempar tas gue. Gue merebahkan diri gue di samping tas gue. Kemudian mengambil ponsel gue untuk menghubungi Taeyong

"Hallo, Taeyong"

"Em, ada apa?"

Ucapannya dingin

"Kamu masih marah sama aku?"

"Nggak, kenapa aku harus marah sama kamu?"

"Begini. Lusa aku ada jadwal ke Jerman. Jadi, aku bakalan cuti setelah dari Jerman" gue ragu ngucapin ini. Tapi gue harus jujur sama Taeyong

"Sampai kapan?"

"Dua minggu"

"APA!?" Taeyong sedikit berteriak. Membuat gue menjauhkan ponsel gue dari telinga gue

"Maafin aku" ucap gue lirih

"Ya! Kamu ini kerja apa ngurus bayi!? Kamu bisa habisin seharian untuk ngurus Yuta. Aku tahu dia itu keras kepala. Tapi bukan berarti dia bisa memforsir kamu!"

Gue tahu Taeyong marah. Dan Taeyong juga tahu kalau sahabatnya semasa kuliah itu adalah orang yang keras kepala dan otoriter. Gue menghela napas panjang

"Terus aku harus gimana?" Tanya gue pasrah

"Kamu milih aku atau pekerjaanmu?"

"Taeyong, kita udah bahas ini. Aku sayang sama kamu, tapi pekejaan ini adalah secuil impianku"

"Hidup ini pilihan, Haera. Kamu nggak bisa memaksakan dua pilihan menjadi satu. Kali ini kamu harus milih salah satunya" Taeyong berkata serius

Our Secret : Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang