Gue membuka mata gue saat sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Gue duduk dan mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina gue
Gue bergerak ingin turun, tapi bagian bawah gue rasanya perih. Gue membulatkan mata gue, kemudian melirik ke samping dan menemukan pak Yuta tidur dengan telanjang dada
Gue memejamkan mata, mengingat kejadian semalam. Gue mengumpat di dalam hati
Gue ingat, apa yang gue lakukan dengan pak Yuta semalam. Dan bodohnya, gue lupa kalau dia adalah atasan gue di kantor. Gue hampir setiap hari lihat muka dia, mau ditaruh dimana muka gue setelah ini
Dia menggeliat, membuat gue terkejut
"Pak?" tanya gue ragu
"Hm?" dia bangun, kemudian mengambil bajunya yang ada di lantai. Dia memakainya dan menatap gue
"Did we?" dia mengangguk
"Saya sudah bilang semalam, kalau kamu mau saya berhenti saya bakal berhenti" ucap dia membelakangi gue
"Kamu menyesal?" tanya dia
Gue menggeleng. Gue sama sekali nggak menyesal karena gue udah nggak perawan, tapi yang gue nggak habis pikir kenapa harus pak Yuta?
"Saya kemung--"
"No" ucap dia memotong ucapan gue. Gue menatap dia, dia berbalik kemudian duduk menghadap gue
"Kalau kamu mau resign, saya nggak memperbolehkan. Itu sama saja kamu menghindar dan menyesal" gue memejamkan mata gue
"Saya malu pak, saya disini adalah bawahan bapak. Dan semalam saya menggoda bapak"
Pak Yuta terkekeh geli, baru pertama kali gue lihat senyumnya selama dua tahun. Dan itu bikin dia, lebih, emm ganteng
"Saya tidak pernah menyamakan urusan kantor dan diluar kantor. Semalam, kamu adalah teman saya. Bukan bawahan apalagi sekretaris saya yang bodoh karena cinta" dia menatap gue dengan lembut. Kali ini, pak Yuta yang datar dan dingin entah pergi kemana
"Let this be our secret" ucapnya. Gue menatap dia
"Biarkan kejadian ini jadi rahasia kita. Baik saya atau kamu, kita sama-sama jaga rahasia" ucap dia
Kalau gini cara dia, berakhirlah gue kaya jalang yang dia pakai semalam. Lalu dilupakan seolah kita nggak pernah melakukan apa-apa
"Saya harap kamu profesional dalam hal ini" dia bangkit. Kemudian berjalan masuk ke kamar mandi
Gue menenggelamkan wajah gue di balik selimut. Gue nggak tahu apa yang harus gue lakukan selanjutnya. Tapi kali ini, gue benar-benar bingung
Haruskah gue lanjut atau nggak? Tapi gue sama-sama kehilangan semuanya
Gue mengacak rambut gue frustasi. Kenapa harus modelan kaya dia sih? Yang ganteng dikit kek kaya Yuta NCT
Gue menendang udara dibalik selimut gue. Memikirkan hal apa yang harus gue lakukan selanjutnya. Menghilang? Nggak bisa, gue bukan doi yang menghilang pas sayang-sayangnya. Bersikap normal? Yang bener aja, lo habis melakukan zina dengan atasan lo, pasti bakalan canggung banget dan malu
Pak Yuta keluar dari kamar mandi dan menarik selimut gue. Gue menatap dia dan kemudian meringis malu
Di leher dia, banyak banget bekas cipokan yang kayanya gue yang bikin. Dia terkekeh lagi, senyumnya adookkh
"Nggak usah malu, kamu juga punya beberapa di leher kamu" gue memegang leher gue, kemudian mengambil ponsel gue dan membuka fitur kamera. Demi Tuhan, ini leher udah kaya nilai matematika gue waktu SMA, merah semua
"Mandi, saya antar kamu pulang" dia kemudian mengambil handuk baru dan langsung dikasih ke gue
Gue bergerak, tapi rasa ngilu dan perih itu timbul lagi. Gue berusaha untuk yang kedua kalinya, tapi rasanya malah tambah perih
"Pak?" gue terkejut saat sebuah tangan dingin mengangkat tubuh gue, membuat gue seketika merona dan menyembunyikan wajah gue di dada telanjangnya
Fyi, gue masih telanjang
Literally telanjang
"Saya sudah lihat semua, nggak usah merah gitu mukanya"
"Pak!" gue yang makin malu akhirnya cuma bisa ngumpet enak di dada dia, hehe
Pak Yuta menaruh gue di bathup, kemudian menatap gue
"Perlu saya bantu mandi?" hampir dua tahun kerja bareng dia, gue nggak pernah sama sekali dengar dia ngomong sebanyak pagi ini, ya kalau marah-marah sih sering
Gue menatap dia tajam, dia tersenyum dan menutup pintu kamar mandi
Berendam selama dua puluh menit bikin gue banyak memikirkan kejadian semalam. Yang pada akhirnya membuat gue memutuskan untuk tetap bekerja disana. Bukan masalah gue nggak punya harga diri, tapi inilah konsekuensi yang harus gue terima kalau berani berbuat kaya semalam
Apa gue memikirkan soal gaji? Nggak, bahkan kalau gue dikeluarkan gue mau dengan alasan yang benar. Nggak lucu aja gue dipecat karena udah goda dia. Gue nggak tahu pasti siapa yang salah disini, tapi kita sama-sama ingin. Dan gue juga udah sepakat kalau gue nggak akan menyesal semalam
Walaupun sekarang menyesal sedikit
"Haera?" gue mendengar suara pak Yuta dari balik pintu
"Haera kamu tidak melakukan hal yang aneh 'kan?" gue terkekeh kecil. Dia takut gue frustasi terus bunuh diri gitu?
"Haera jawab saya kalau kamu masih di dalam" gue berdiri dan mengambil handuk yang tersampir di sebelah gue, kemudian melilitkannya dan berjalan ke arah pintu
"Haera saya dob--"
Gue membuka pintu sebelum pak Yuta menyelesaikan kalimatnya. Dia bernafas lega, kemudian memberi jalan supaya gue bisa lewat
"Saya kira kamu melakukan hal yang aneh-aneh" ujar dia
"Memang bapak pikir saya ngapain?"
"Bunuh diri mungkin"
"Heh! Sembarangan" gue mengambil baju yang sudah disiapkan oleh pak Yuta. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan memakainya
Setelah selesai, pak Yuta mengantar gue pulang selepas makan siang
~to be continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret : Nakamoto Yuta
Short StoryKisah klasik. Gue yang ga sengaja tidur bareng bos gue yang dingin dan datar kaya kulkas "Haera saya menggaji kamu bukan untuk menggosip hal yang tidak penting" © jae-niverse