Dua

45 5 2
                                    

"Nay, ada arsen di bawa". Wanita itu menyadarkan lamuman gadis itu.

"Ha, iya ma, aku berangkat dulu ya ma, asalamualaikum ". Gadis itu menyalami wanita yang tak lain adalah mamanya.

"Iya, walaikumsalam, titip salam sama arsen ". Gadis itu mengangguk. Lalu berlari menuruni tangga menuju ruang tengah. Benar cowok itu sudah ada disana. Duduk dengan menyilangkan kedua tangan nya di dada. Mengedarkan pandangan nya hingga pandangan nya dan pandangan gadis itu bertemu.

"Uda lama? ". Tanya gadis itu yang sudah berdiri di depan nya. Cowok itu mengangguk. Lalu berdiri dari duduk nya.

"Hm". Dia hanya berdehem sebagai jawaban.

Gadis itu mengikuti langkah cowok itu keluar rumah. Di depan sudah ada mobil sport warna hitam. Tidak biasanya cowok itu mengendarai mobil ke sekolah. Atau jangan?

"Kok bawa mobil sih? ". Tanya gadis itu.

"Gpp". Jawabnya lalu masuk ke dalam tanpa mempersilahkan naya masuk juga.

Naya masuk,  dengan pikiran yang melayang-layang entah kemana. Arsen mengidupkan mesin mobilnya. Sebelum benar-benar meninggalkan pekarangan rumah naya dia bersuara. "Nanti mitha bareng kita juga". Setelah nya mobil melaju dengan kecepatan standart.

Pantesan dia mau repot-repot bawa mobil. Naya membatin dalam hati.

Benar. Cewek yang bernama mitha itu sudah berdiri di depan rumahnya. Menenteng beberapa buku di tangan nya. Serta senyuman hangat miliknya menyambut arsen yang membukakan pintu mobil untuknya.

Naya memutar bola mata. "Beda kalau sama gue". Dia bicara pada dirinya sendiri.

Gadis itu masuk di kursi penumpang. Memandangi arsen melalui kaca spion dalam mobil. Begitu juga dengan arsen. Tatapan mereka bertemu. Tak langsung memutuskan , tetapi saling melempar senyuman hangat. Yang membuat naya merasa sebagai orang ketiga disana.

Naya berdecak sebal. Menatap cowok yang ada di sampingnya sengit. Agar cowok itu peka, kalau dia lagi cemburu. Alih-alih cemburu cowok itu malah menaikkan sebelah alisnya. Menatap aneh ke arah naya. Naya pasrah. Ingin membuat cowok itu peka dengan keadaanya, adalah hal yang mustahil. Es tetaplah es.

Setelah sampai di parkiran sekolah arsen turun, membukakan pintu penumpang untuk mitha. Naya tak turun, dia ingin di perlakukan seperti mitha barusan. Apa salahnya berharap pada pacar sendiri. Sampai lima menit , pintu itu tak di buka sama sekali. Naya menoleh. Tak ada mitha di kursi penumpang. Naya memandang luar, dia terkejut melihat arsen jalan beriringan dengan mitha ke gedung sekolah. Naya berdecak sebal, seraya membuka pintu itu kasar, lalu menutup nya setengah membanting.

Naya mengejar arsen dan mitha yang sudah jauh darinya. Setengah berlari dengan napas yang tersenggal-senggal.

Setelah sampai di depan pintu lift, naya mencekal tangan cowok itu. Tangan arsen yang ada di samping tangan mitha.

"Kok tinggalin naya sih? ". Tanyanya. Bukan nya marah atau apa, naya malah menanyakan yang bukan ada dipikiran nya.

"Lama".

"Aku kan juga pengen di bukain pintu kek mitha tadi". Naya mengerucutkaan bibirnya hingga beberapa centi.

"Manja".

"Arsen ih". Arsen diam.

Setelah pintu lift terbuka. Mereka bertiga masuk dengan beberapa siswa kelas dua belas lainnya.

"Arsen". Naya memanggil arsen. Cowok itu berbincang-bincang dengan mitha yang ada di sebelahnya.

"Arsen". Panggilnya lagi. Kali ini cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Menunggu ucapan naya selanjutnya.

"Kenapa diemin naya? ".

"Biasa juga gini".  Jawabnya datar. Sedatar triplek yang siap di jadikan dinding.

"Beda lo,  kamu kalau sama aku dan mitha". Naya menunjuk mitha dengan tangan nya. Mitha tersenyum masam. Dia tahu kalau pacar sahabatnya itu cemburu padanya.

"Biasa aja".

Pintu lift terbuka. Menyambut dengan udara segar hari ini. Beda kalau di dalam lift. Sempit, sesak, serta banyak bau parfum yang berbeda-beda.

Arsen yang memang sekelas dengan mitha berjalan menuju kelasnya. Sementara naya beda jurusan. Sehingga mereka berbelok setelah keluar dari lift tadi. Naya enggan meninggalkan arsen berdua dengan mitha. Tapi apa lah dayanya. Tak mungkin juga ia ikut masuk ke dalam kelas sakral itu. Bisa-bisa dia jadi bahan cemoohan di sana. Sudah cukup jadi pacar arsen saja yang membuatnya di benci.  banyak yang mencemooh dan membulynya selama ini. Tak jarang kata-kata pedas terlontar dari orang-orang yang tak menyukai hubungan nya dan arsen berjalan mulus.

Naya masuk ke dalam kelasnya dengan menghentakkan kakinya serta wajahnya yang di tekuk. Dia membuang tas nya ke sembarang tempat. Lebih tepatnya di belakang bangkunya. naya duduk di meja terakhir. Naya menopang dagunya di atas meja. Menatap lurus ke depan. Tatapan nya kosong. Ntah apa yang dia pikirkan sekarang.

"Dor".

"Astagaaaa". Naya memegang dadanya. Merasakan jantung nya yang ingin copot keluar.

"Artaaaaa". Jeritnya setelah menemukan siapa pelaku yang telah mengejutkannya pagi-pagi seperti ini.

Arta cengar-cengir. Lalu duduk di sebelah naya. "Kenapa mula lo kusut gitu". Tanyanya.

Naya kembali mengingat arsen.

"Arsen? ". Tebak arta. Naya mengangguk. Arta menghela napas panjang. Seperti sudah tau apa yang terjadi.

"Lo tahan amat sih, sama sikap nya dia? ".

"Gue cinta ta". Naya memandang keluar jendela. Melihat kebawa. Satu persatu murid sudah berdatangan.

"Cinta boleh, bodoh jangan".

"Karna gue cinta makanya gue di butakan, gue jadi bodoh". Ucap naya dramatis.

"Hidup lo terlaku monoton nay, lo di perbudak cinta".

"Gak papa monoton kalau sama arsen. Ini sekarang udah ada pihak ketiga tau gk". Ucap naya ketus. Seolah orang yang di maksud ada di depan nya.

"Mitha? ".  Naya mengangguk.

"Dia kan sakit sih nay".

"Gue tau, tapi gue rasa dia manfaatin itu supaya deket terus sama arsen". Naya mulai berpikir negatif tentang mitha.

"Pikiran lo, negatif mulu".

"Mungkin aja kan".

"Ingat nay, sadar, mereka temenan dari smp". Arta memgingatkan naya kalau arsen dan mitha adalah teman lama. Yang berarti arsen lebih dulu mengenal mitha dari pada dirinya.

Naya diam. Memikirkan perkataan arta. Dia tidak boleh berpikir negatif kepada orang lain. Lagipula seperti kata arta. Arsen dan mitha hanyalah teman sejak smp. Tidak saling menyukai. Karna sampai sekarang mereka selalu bersikap layaknya sahabat. Arsen mengakui mitha sahabatnya. Namun tidak tahu kalau gadis itu menganggap arsen apa.


*****

Tbc.

Maaf banget kalau typo bertebaran di mana-mana.

Maklum. Baru pemula.

Istri sah nya cameron Dallas ❤.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang