Naya duduk sambil menopang dagu. Matanya menatap intens lurus kedepan. Dimana dua orang sedang belajar tapi di kantin. Macam gk ada tempat lain aja. Lama-lama naya jengah melihat nya. Ingin sekali naya datang dan menjambak rambut orang yang bersama kekasihnya sekarang. Ya, orang yang di tatap naya saat ini adalah arsen. Arsen belajar berdua dengan mitha. Di kantin. Catet.
Naya menyesap milo dingin nya yang tinggal setengah lagi. Naya bosan. Buat apa punya pacar kalau gk bisa di ajak romantis-romantisan. Naya mengedarkan pandangan nya. Melihat seseorang yang semalam merecokinya lewat chat saat hendak tidur. Naya tersenyum kepadanya, dan melambaikan tangan nya agar orang itu mendekat.
"Gi". Panggilnya. Orang itu datang. Membawa milk shake ditangan nya.
"Ya nay? ". Regi memanggil naya kalau di depan arsen. Tidak mau dia ambil resiko di depan arsen.
"Duduk sini dong, bosen". Naya menatap dan menunjuk arsen yang ada di meja depan dengan dagunya. Regi mengerti. Arsen memang seperti itu. Tidak mau diganggu walau naya sekalipun.
"Serasi ya". Arsen membakar-bakari. Sudah tau dia naya siap meledak.
Naya melotot. Membuat regi terkekeh lalu duduk di depan nya.
"Biasa aja mukanya". Ucapnya sambil menyedot milk shake miliknya.
"Gue cemburu, sumpah".
"Wajar dong, berarti lo normal".
"Kadang gue heran, arsen sayang gk sih sama gue". Naya menatap kedepan. Membayangkan sikap arsen selama ini padanya. Biasa-biasa saja.
"Kok tanya gue, tanya orang nya lah".
"Gue selalu tanya, dia bilang sayang, tapi perlakuan dia gk nunjukin kalau dia itu sayang, gue sedih".
"Lo yang sabar aja nay, dia emang gitu, es balok". Regi mencoba menenangkan.
"Kadang gue berpikir, apa gue terlalu bodoh? ". Regi menggeleng. "Gk, lo gk bodoh, lo tau mana yang ganteng mana yang enggak, berarti lo gk bodoh ". Ucap nya lalu menatap arsen dari duduk nya.
"Ambigu lo".
"Menurut lo, kalau gue duduk di sana, jadi penggangu gk ya? ". Tanyanya, regi mengangkat bahu pertanda tak tahu.
Naya menarik napasnya panjang, lalu menghembuskan nya perlahan. Begitu sampai 3 kali.
"Gue kesana". Ucapnya lalu berjalan ke meja arsen dan mitha.
"Sayang". Panggilnya. Arsen yang tadinya fokus dengan buku yang ia jelaskan pada mitha, menoleh. Menaikkan sebelah alisnya.
"Boleh duduk gk? ". Arsen diam.
"Gk boleh ya? ". Tanya naya yang sudah letih berdiri tanpa di persilahkan Duduk. Mitha merasa serba salah. Akhirnya dia berucap setelah lama berpikir. "Boleh kok, duduk aja". Mitha menepuk bangku di sebelahnya.
Arsen diam. Dan kembali melanjutkan aktifitasnya bersama mitha. Sedangkan naya, duduk seperti orang bodoh, tanpa tau harus berbuat apa. Ikutan belajar? Jurusan mereka beda. Ingin basa-basi? Bukan di sini, bukan di tempat dua orang yang monoton hidupnya. Bukan di tempat dua orang yang bicara saja terhitung. Sama seperti regi bilang tadi mereka cowok!.
Aneh memang. Yang punya pacar siapa? Yang lebih dekat siapa?
"Ehm". Naya mencoba menahan suaranya. Dari tadi dia ingin berbicara. Tapi tak ada kesempatan. Dua orang itu membahas tentang rumus-rumus yang sama sekali tak di ketahui oleh naya. Naya jadi bingung. Ingin pergi, malu rasanya. Karna di anggurin. Gk pergi, naya merasa seperti puasa bicara. Sama sekali tak di berikan kesempatan untuk berucap. Naya merogoh sakunya, mengambil ponsel dan hendset lalu memasang di kedua telinganya. Mengklik aplikasi musik. Lalu memutar lagu yang baru-baru ini menjadi kesukaannya. Musik mulai mengalun seirama dengan bibir naya yang mengikuti nya.
"Igeon amu gamdong eopsneun, love story, eotteon seollemdo eotteon uimido negen mianhajiman, i'm not sorry, oneulbuteo nan nan nan" naya bersenandung, sekali-sekali memejamkan matanya.
Sekarang seluruh pasang mata yang ada di kantin menatapnya. Ada yang menatap aneh. Ada yang menatap tak percaya. Dan ada juga yang menggeleng-gelengkan kepalanya, regi misalnya.
Ternyata benar, seorang k-popers, koreans, akan mirip dengan orang yang mengidolakan nya. Seperti naya contohnya. Ayah nya asli jawa. Mama nya asli batak. Lalu dari mana naya mendapat wajah ke korea-koreaan. Nenek moyang?
Naya membuka matanya cepat, saat alunan lagu tak lagi terdengar di indera pendengarannya. Naya menoleh ke depan. Melihat cowok itu memicing menatapnya. Naya berpikir apa yang dia lakukan sehingga bisa membuat triplek bisa jadi kusut seperti sekarang.
"Apa? ". Tanya nya polos. Tak tau situasi.
"Pergi".
"Hah, kenapa? Aku kan gk ganggu, kenapa di usir".
"Pergi". Tekan nya. Naya melihat kilat amarah di kedua mata cowok itu.
Naya berdiri dari duduk nya. Merampas ponsel nya di atas meja. Lalu berlari meninggalkan kantin yang sekarang seisinya sedang menatapnya.
"Tega lo".
Itu kata terakhir yang naya dengar setelah benar-benar pergi dari sana. Naya tau itu suara regi.
Naya berlari masuk ke dalam kelas. Mendudukkan pantatnya kasar. Lalu menenggelamkan kepalanya di atas meja dengan alas kedua tangan nya. Naya menangis. Tak menimbulkan isakan. Tapi semua orang tau kalau gadis itu sedang menangis. Karna bahunya yang bergetar.
"Hey nay, lo kenapa? ".
Naya mendongakkan kepalanya. Menatap arta kemudian berhamburan memeluknya. Arta yang tak siap dengan serangan mendadak naya pun terjungkat kaget. Untung saja tidak sampai jatuh.
"Arsen? ". Naya mengangguk.
"Cih, lagi-lagi dan lagi".
"Udah, mending lo putus aja". Naya menggeleng.
Arta menghembuskan napasnya. "Jadi mau lo apa sih? ". Tanyanya. Gemas sendiri dia dengan naya, tersakiti tapi tak mau mengakhiri.
"Gue mau arsen seutuhnya buat gue". Ucapnya di sela-sela tangisnya.
"Susah nay ".
"Gue tau, tapi gue akan berusaha buat dia selalu ada buat gue".
"Gue angkat tangan nay, lo terlalu di perbudak cinta".
Naya mendongakkan kepalanya lalu tersenyum. Menatap arta sesaat lalu Menyengir lebar. Membuat arta lagi-lagi menghembuskan napasnya kasar. Sudah tahu dia.
"Gila". Naya mengangguk mengiyakan. Lalu memeluk arta selanjutnya.
"Cukup gue aja yang tau dan ngerasain semuanya". Batinnya.
Sampai bel pulang sekolah naya tak beranjak dari kelasnya. Tak ingin menemui arsen saat keadaanya seperti tadi. Mata bengkak hidung merah dan rambut acak-acakan.
Naya berjalan ke parkiran dengan malas. Dia ingin menghindari arsen untuk pulang bersama dan memilih naik bis saja. Naya menatap parkiran dan seketika matanya membulat sempurna. Pemandangan yang cukup mengejutkan.
Arsen pulang bersama mitha. Membukakan pintu mobil untuk cewek itu , di samping kursi kemudi. Tanpa menunggu atau meminta izin naya, mereka melenggang meninggalkan parkiran sekolah. Hanya berdua! Tak memikirkan perasaan naya saat ini.
Naya menyesali pulang telat hari ini. Niatnya untuk menghindari.malah melihat yang lebih sakit ternyata. Dia lupa hari ini arsen ada pelajaran tambahan fisiki, mengingat cowok itu akan mengikuti olimpiade bulan depan, di temani mitha yang memegang kendali mata pelajaran kimia.
Naya mengerjapkan matanya berkali-kali, menghindari tetesan itu bertumpuk sempurna. Tapi gagal. Air itu menetes dengan indahnya, Seperti air terjun yang mengalir dengan derasnya.
Naya merutuki dirinya sendiri. "Sakit".
Tbc.
Maaf typo bertebaran.
istri sah nya cameron Dallas ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya
Teen FictionPunya pacar yang sikapnya dingin itu seperti makan permen rasa nano-nano.