Empat

29 4 1
                                    

Gemericik air yang di haslikan sempurna oleh gumpalan awan hitam kini membasahi bumi. Tetesan-tetesan air itu sedikit demi sedikit membentuk genangan air di aspal jalan yang tak datar. Seperti hari ini juga tau perasaan naya sekarang.

Keinginan naik bis tidak jadi karena insiden menyakitian hati yang dilihat naya tadi.

Naya berjalan membela hujan, hujan yang tadinya hanya sebatas rintikan kini berubah menjadi deras, seperti air matanya yang mengalir deras tertutupi oleh  hujan.

Naya terus saja merutuki dirinya. Naya berpikir tentang gosip yang mengatakan kalau dirinya tidak pernah di cintai arsen sama sekali. Arsen hanya mengasi haninya. Pikiran itu semakin membuat naya sakit. Rasa takut kehilangan itu datang kembali. Sekarang naya benar-benar takut!

"Ciessstt".genangan air yang ada di aspal kini berpindah pada tubuh gadis itu. Gadis itu melihat sebuah mobil sport warna hitam berlaju dengan kecepatan di atas rata-rata, sehingga mengakibatkan cipratan-cipratan sempurna.

Dari mobil itu naya Seperti familiar. Mengenali siapa pemilik mobil itu. Naya tersenyum getir. Bibir pucat dan keriput nya masih bisa terangkat walaupun dalam keadaan seperti ini.

"Hm kamu". Ucapnya lalu melanjutkan langkahnya.

🌸🌸🌸🌸

gadis itu berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah. Bajunya yang basah kini sedikit mengering di tubuhnya. Dia masuk dan langsung membasuh badannya dengan air hangat. Sedikit lebih baik dari yang tadi.

Gadis itu berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Menuju dapur dan membuka kulkas. Ingin memakan atau memasak sesuatu. Yang instan. akhirnya gadis itu menemukan apa yang di carinya. mie instan.  Kebiasaan kalau mamanya belum pulang.

Omong-omong soal mie instan. Gadis itu jadi teringat seseorang. Seseorang yang selalu mengisi hari-harinya. Walau hanya dengan menatap saja.

"Jangan makan yang instan-instan, gk baik untuk kesehatan kamu". Seperti itu ucapan seseorang itu. Gadis itu jadi senyum-senyum sekarang. Terkesan receh, tapi sangat berpengaruh terhadap jantung nya.

Tiga bungkus mie instan isi dua udah habis disantap gadis itu. Dia kembali berjalan menaiki tangga.

Gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur besarnya. Memejamkan mata mencoba menghilangkan sesak yang sedari tadi singgah di hati nya. Berpikir sebentar, lalu meraih ponsel dan mengetikan sesuatu.

Naya:
Arsen? Sayang?

Sampai dua puluh menit lamanya tapi seseorang di sebrang sana tak kunjung membalas. Gadis itu kembali mengirim nya pesan.

Naya:
Marah ya? Arsen marah sama naya?  :(

Naya:
Jangan marah sayang, tadi kan naya cuma bosen aja, gk sadar kalau mulut naya menggangu arsen sama mitha.

Naya:
Arsen, pliss jangan diemin naya, naya gk sanggup,

Naya:
Arsen, plis maafin naya.

Naya:
Arsen.

Naya:
Arsen. Iya arsen. Naya tau arsen pasti marah kan?  Yaudah naya tunggu aja arsen gk marah lagi sama naya, kabari naya ya arsen sayang. Naya sayang arsen. I love you.

My baby honey:
Berisik. Aku lagi sama mitha.

Kini naya tidak dapat lagi membendung air matanya. Air itu mengalir dengan derasnya, jatuh di kedua pipi mulusnya.  Dia menangis, sangat sedih melihat orang yang dicintainya tidak mau memaafkan nya, malahan bersama dengan gadis lain. Naya merasa benar jika dirinya memang tak dianggap.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang