Delapan

31 3 3
                                    

"Arsen".

"Ya naya". Cowok itu duduk dengan santainya. Sambil memakan kue coklat yang naya ambil dari kulkas.

"Kamu kenal dirly? ". Tanya naya takut-takut.

"Gk penting, yg penting kamu jauhin dia". Tegas arsen tak terbantah.

Naya tak menjawab. Gadis itu sibuk dengan pikiran nya sekarang. Pikiran mengapa arsen terlihat sangat tidak suka pada Dirly. Apa arsen mengenalinya?

"Arsen, ingat ya, aku masih marah sama kamu". Ucap naya, seakan dirinya memang betul-betul marah pada cowok di hadapan nya itu.

"Naya aku bisa jelasin".

"Gk perlu arsen, semua uda jelas". Potong naya cepat. Tidak ingin mendengar apa yang akan di ucapkan arsen. Seperti itu hal yang akan menyakitinya jika mendengarnya.

"Nay".

"Sen". Naya menirukan gaya bicara arsen. Cowok itu berdecak tidak suka.

"Terserah kamu".

"Sen, kamu sayang gk sih sama aku? ".

Arsen menatap naya lekat. Gadis itu menggeliat tak nyaman di tatap seintens itu oleh arsen. "Sen".

"Kalau aku hitung berapa kali kamu ngomong kayak gitu, mungkin gk terhitung banyaknya berapa". Cowok itu kembali memakan coklat di tangan nya yang sempat terangguri beberapa saat.

"Aku serius sen".

"Aku sejuta rius". Naya berdecak sebal. Bisa-bisa nya cowok di hadapannya itu begitu menyebalkan. Melihat dari image sehari-hari nya berbanding terbalik dengan sekarang.

Naya menghirup oksigen dalam. Seperti pasokan oksigen terbatas dan naya harus menstoknya. "Kamu sayang sama mitha ". Arsen menatap naya dalam lalu setelahnya mengangguk. Mengiyakan.

Hancur sudah harapan gadis itu. Hancur sudah hatinya. Apa cowok di depan nya itu tak bisa sedikit saja mempunyai perasaan menjaga. Menjaga dalam arti menjaga hati seorang perempuan, seorang kekasih. Seorang yang di sayangi. seorang yang dicintai? Apa benar arsen tidak pernah menyayangi nya?  Naya ragu akan hal itu.

"Oh". Mati-matian naya menahan agar air mata itu tak menetes. Naya benci terlihat lemah tak berdaya di depan orang yang dicintai. Tapi sayang, Arsen melihat itu, arsen melihat dengan jelas , melihat air mata yang siap akan jatuh membasahi pipi mulus gadis nya itu.

Arsen menarik naya dalam dekapannya. Cowok itu mengelus lembut rambut panjang Gadis itu, berusaha menenangkan. Naya sudah tak tahan lagi. Air mata itu mengalir dengan derasnya bersamaan dengan isakan pilu yang keluar dari bibir kecil gadis itu.

"Nay, dengar ya, aku sayang sama mitha, dia sahabat aku, kamu harus ngertiin itu semua, aku tau aku salah, tapi plis kamu jangan macam-macam pada mitha, dia sakit nay". Seakan arsen tau apa yang ada di pikiran gadis nya itu. Katakan arsen sangat egois. Katakan arsen hanya memikirkan perasaan sahabat nya itu. Arsen berpikir bahwa naya adalah gadis kuat. Gadis yang akan mau mengerti dengan keadaan nya sekarang. Arsen perlu menjelaskan bahwa mitha hanyalah sahabatnya.

"Nay". Arsen melerai pelukan mereka. Menarik dagu gadis itu agar menatapnya. "Nay, aku emang sayang sama mitha, tapi dia gk akan pernah dapetin cinta aku, aku cuma kasih cinta aku pada satu gadis ".

Arsen menatap lekat tepat di manik gadis itu. "Yaitu kamu". Ucapnya kembali memeluk naya. Kali ini Lebih erat. Seperti arsen tidak ingin gadis nya itu pergi darinya.

"Apa aku harus percaya". Batin naya dalam hati.

Apakah naya harus senang atau sedih, setelah mendengar ucapan arsen?

"Aku harap kamu gk nyembuiin sesuatu dari aku ". Ucap gadis itu ambigu. Memang apa yang akan di sembunyikan arsen darinya?

Arsen hanya menganggukan kepalanya. Mencoba menetralkan detak jantungnya. "Aku harap juga kamu akan selalu ada di sampingku, kanaya". Batin arsen sambil terus mengusap punggung gadis itu.

🌼🌼🌼🌼

Hari ini begitu cerah. Secerah suasana hati gadis yang berjalan dengan senyum yang mengembang di bibir kecil nya. Gadis itu terus saja tersenyum, sesekali menyapa setiap orang yang berpapasan dengan nya saat di koridor. Gadis itu memicingkan matanya melihat satu titik. Arta. Gadis yang selama ini ia rindukan. Sahabat yang beberapa hari ini sibuk sampai lupa kalau dia memiliki sahabat yang sangat merindukan nya.

Gadis itu berlari kecil menghampiri arta.

"Artha". Jeritnya saat gadis yang bernama artha itu ingin melangkahkan kakinya.

"Naya" gadis itu memeluk naya erat. Seakan mengatakan kalau dia juga sangat merindukan gadis yang saat ini ia peluk.

"Lo kemana aja si tha". Ucap naya saat artha melepaskan pelukan nya dari sahabat nya itu.

"Lo macam gk tau gue aja sih".

"Natha? ".

"Yups".

"Si nathan buat ulah lagi ya". Artha menggeleng.

"Cuma ya gitu, lo tau bokap gue gimana, dia nyuruh gue buat nemenin tuh curut keluar negri hanya karna itu kemauan dia". Raut wajah artha berubah saat mengatakan itu. Naya sudah tau bagaimana keluarga Artha . Dan bagaimana nathan terhadap Artha . Sahabat nya itu.

"Gk papa dong, sekali-sekali lo liburan bareng cowok ganteng" naya menaik turunkan alisnya. Mencoba menggoda Artha  saat ini.

"Ck, walaupun dia ganteng kayak cameron Dallas tapi gue gk suka sama dia, lo tau kan gue sukanya sama siapa ".

"Tau la, lo mana bisa jauh-jauh dari Bara alias Bayu Gatra". Artha membekap mulut naya dengan kedua tangan nya. Naya memberontak. Tapi sesaat naya bungkam saat melihat natha kini ada di depan mereka. Natha  itu panggilan nathan untuk dirinya. Natha= Nathan -Artha.

Artha melepaskan bekapan nya pada mulut naya. Gadis itu cengar-cengir di depan cowok yang kini menatap mereka curiga.

"Uda selesai". Ucap Artha lembut. Tidak biasanya.

"Tumben lembut, ada yang di sembunyiin" . Artha menggeleng. Nathan tau ada yang di sembunyikan gadis nya itu. Tapi dia memilih diam saja.

"Ayo". Tarik Nathan. Sesaat Artha pamit pada naya. Gadis itu tidak bisa berlama-lama dengan sahabat nya itu. Karna Nathan yang posesif kini menariknya menjauh dari gedung sekolah.

Naya melambaikan tangan nya saat Artha menatapnya. Lalu ia tersenyum dan berbalik.

"Gimana caranya arsen bisa temenan sama nathan". Ucap gadis itu pada dirinya sendiri.

Gadis itu melangkah menuju kantin. Dia merasa sepi karna Artha tidak ada. Gadis itu memilih ke kantin lantai dua untuk menemui kekasihnya.

Saat hendak menaiki tangga. Sayup-sayup gadis itu mendengar ada orang yang berdebat. Suaranya familiar. Naya segera membalikan badannya dan mengintip ke arah lorong yang menuju ruang eksul. Yang berada di sisi kiri tangga.

"Lo uda nyakitin kinan". Ucap salah satu Orang Itu. Naya menyipitkan matanya, ingin melihat jelas siapa saja orang yang ada disana. Dua laki-laki dan satu perempuan.

"Lo uda nuduh kinan selingkuh dan buat gadis itu mati secara perlahan " . lanjut orang itu lagi.

"Lo tau, kalaupun benar gue rebut kinan dari lo waktu itu, gue harap semua itu nyata, gue akan bahagian kinan, tanpa lo harus nekan cewek itu hingga depresi dengan baik pada gadis murahan ini". Tunjuk orang itu pada gadis yang menundukkan kepalanya ke bawah.

"Bacot". Lawan bicara nya meninju muka orang itu. Orang itu yang tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu pun terjatuh tersungkur ke lantai.

Jantung naya benar-benar ingin lepas dari dadanya. Begitu juga matanya. Ia merasa lemas kala melihat siapa orang-orang yang ada di lorong sepi itu. Naya  sempat memegang dadanya. Memastikan apakah jantung itu masih ada disana,apakah masih berdetak. Naya berbalik ingin menjauh dari sana Tapi tiba-tiba pandangan nya mengkabur lalu berubah menjadi gelap.








Tbc.

Maaf typo bertebaran.

Istri sah nya cameron Dallas ❤

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang