He's his friend?

64 2 0
                                    

"Gio, apa yang kau lakukan disini?"

Mili langsung melihat ke arah Kyle, kini ia tahu bahwa pria yang ia puja adalah teman dari calon kakak tirinya itu. Hm, maaf ralat bukan calon. Tapi memang sudah resmi menjadi kakak tirinya.

"Bodoh, kau pikir orangtuaku tidak akan memaksaku datang kesini hah?" jawab Gio sambil menjabat tangan Kyle.

Pandangan Gio teralihkan ke arah Mili yang memilih untuk diam dan membiarkan mereka bercengkrama berdua. "Hm, kau membawa wanita ke acara pernikahan ayahmu sendiri? Sungguh sulit dipercaya seorang Kyle membawa wanita ke acara keluarga." 

"Ah, aku? Bukan, aku bukan pasangan Kyle. Aku--"

"Dia anak dari kolega ayahku." Kyle langsung memotong kalimat Mili. Ah tentu saja Kyle melakukan itu, ia memang tidak mau ada orang yang tahu bahwa Mili dan dirinya adalah saudara tiri.

"Oh bagus kalau begitu. Siapa namamu miss?" tanya Gio sambil mengulurkan tangannya, Mili hanya bisa mencoba untuk mengatur napasnya agar tidak terlihat terlalu gugup.

"Mili, dan kau pasti Gio? Daritadi aku mendengar kau dipanggil itu." jawab Mili sesantai mungkin.

"Hanya Mili?" tanya Gio memastikan. Kyle tahu kemana arah percakapan Gio, ia pasti menunggu nama belakang Mili agar ia bisa mencari tahu siapa Mili. Tipikal Gio saat ia mulai tertarik dengan seorang wanita. Ia akan mencoba untuk mencari tahu siapa wanita itu.

"Gi, lebih baik kita pergi dari sini. Kurasa ayah akan senang melihatmu hadir di hari besarnya." 

Tanpa basa-basi Kyle langsung menarik Gio, tetapi Gio menyempatkan diri untuk mencium puncak tangan Mili. "Later, Mili." ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya yang tentu saja itu sangat membuat Mili tersipu malu.

Keesokan harinya, Mili harus izin tidak hadir di kelas karena harus membereskan barang-barangnya untuk dipindahkan ke rumah barunya yang sudah pasti rumah yang sama dengan yang Kyle tinggali sekarang.

"Kenapa kamar kak Mili tidak dekat dengan kamarku?" rengek pria kecil yang kini telah menjadi adiknya itu.

"Aku juga menyangkan hal itu buddy, tapi aku janji setiap hari aku akan main di kamarmu. Okay?" ucap Mili sambil memberikan jari kelingkingnya sebagai tanda janji.

Kyle pun melakukan hal yang sama dengan Mili, atas permintaan ayahnya Kyle harus rela tidak mengikuti kelasnya hari ini demi membantu proses pindahan mama barunya itu.

"Terimakasih kau sudah mau membantu kami, Kyle.." ucap wanita yang kini telah resmi menjadi mamanya itu.

Sebenarnya Kyle memang tidak mempunyai alasan khusus kenapa ia harus membenci mama tirinya itu, tapi entah kenapa gengsinya lebih tinggi dari itu semua.

"Aku melakukan ini karena ayah yang menyuruhku." hanya itu yang keluar dari mulut Kyle.

Mili melihat dengan jelas raut kecewa di wajah ibunya, dan ia tidak bisa tinggal diam melihat ibunya bersedih seperti itu. "Mom..." panggil Mili sambil memberikan tatapan 'are you okay?' dan tetap dijawab senyuman.

Setelah dirasa cukup rapi, Mili menghampiri Kyle yang tengah duduk di ruang TV. "Bisa aku bicara denganmu sebentar?" tanya Mili dengan nada datar.

"Kau bisa membicarakannya disini." jawab Kyle tanpa melihat ke arah Mili.

"Aku tidak bisa membahasnya disini, bisa kita ke belakang sebentar?"

Kyle sedang tidak mood untuk beradu argumen tentang dimana tempat yang enak untuk mengobrol, jadi ia hanya menuruti apa yang Mili minta.

"Aku memiliki satu permintaan.." ucap Mili to the point.

Kyle mengangkat sebelah bibirnya, "Baru sehari kita menjadi keluarga sambung tapi kau sudah meminta sesuatu padaku? Apa yang akan terjadi nan--"

"Aku mohon, hargai ibuku Kyle. Kau bisa berbuat semaumu padaku, kau bisa mengacuhkanku, kau boleh menganggapku tidak ada dan bahkan, kau boleh membenciku. Tapi kumohon, cobalah untuk menghargai mom. Aku tahu ia bukan ibu kandungmu, dan aku pun tahu mom tidak berniat merebut posisi itu dihatimu. Jadi kumohon, jangan kau perlihatkan kebencianmu dihadapannya. Aku mohon.." ucap Mili sambil menunduk menahan tangis.

Kyle tahu kalau Mili sedang menahan air matanya, ia tahu dari suaranya yang bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kyle tahu kalau Mili sedang menahan air matanya, ia tahu dari suaranya yang bergetar. Dan di dalam hati Kyle, ia merasa sedikit bersalah.

"Aku--"

Lagi-lagi Mili memotong kalimat Kyle, "Aku mohon Kyle, aku tidak peduli jika kau memang tidak pernah bisa menerima kehadiranku. Tapi ia ibuku, aku tidak bisa melihatnya sedih saat kau mengacuhkannya atau saat kau melihatkan padanya betapa bencinya kau pada mom. Tapi kumohon, cobalah untuk bersandiwara di depannya. Aku tidak memaksamu untuk menyukai mom, tapi bisakah kau berpura-pura menyukainya hanya saat dihadapannya? Jika kau bisa mengabulkan permintaanku, aku berjanji aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku akan benar-benar seperti hilang di hidupmu, kecuali saat acara keluarga. Kumohon..."

Entah mengapa terbesit rasa ingin merengkuh Mili dalam pelukannya, tapi lagi-lagi Kyle terkalahkan oleh gengsinya. "Deal, menjauhlah sebisa mungkin dari hidupku dan aku akan berbuat manis pada ibumu."

Setelah kalimat itu keluar dari mulut Kyle ia langsung berbalik meninggalkan Mili yang masih menangis. Tapi tiba-tiba saja Kyle merasakan pelukan dari belakang punggungnya, "Terimakasih." ucap Mili sekejap dan langsung pergi ke kamarnya.

Kyle masih berdiri mematung di tempat yang sama, ia memegang dadanya sendiri. Berdebar. Kencang. Bahkan sangat kencang.

Shit, tidak mungkin aku suka padanya. Tidak mungkin! -batin Kyle.

 Tidak mungkin! -batin Kyle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang