15. Buah dari penantian

14 2 23
                                    

Sudah dua hari ini Joni mengikuti aktifitas seorang aktor ternama, Pram Alexander.  sebagai managernya. Ia menghabiskan dua hari bersama sahabat kecilnya itu dengan menyibukkan dirinya tanpa henti, ia sengaja membabat habis semua pekerjaan yang bisa dikerjakan. Sesekali ia bahkan mendapat teguran dari sahabat kecilnya itu, karena terlalu memaksakan diri bekerja keras dengan kondisinya yang belum sembuh total. Namun bukan Joni namanya Jika ia menanggapi omelan Pram, sudah tentu peringatan itu hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.

Bukan tanpa alasan, Joni tampaknya sengaja melakukan semua itu. Jelas sekali dari air mukanya yang terlihat kacau seolah tengah berusaha keras mengalihkan pikirannya.

Sejak tadi Joni terus saja bergelut dengan beberapa pekerjaan kasar, kali ini pun juga. Ia membantu mengangkat beberapa properti syuting berukuran besar, kotak-kotak besar yang entah apa isinya. Segera ia menghela napasnya kuat-kuat, begitu kotak terakhir yang di panggulnya berpindah tempat diposisinya. Sudah waktunya untuk beristirahat sejenak, Joni mengistirahatkan tubuhnya di salah satu bangku yang tersebar di sekelilingnya.

"Ini, bang. Minumnya. "

Pluukkk...!!!

Nice cathc...!!!

Joni menunjukan tangkapan sempurnanya pada Sarno, salah satu kuli yang khusus bekerja di bagian angkut-mengangkut barang.

"Thanks, Sar. " Ucap Joni.

Joni langsung menegak isi dari botol itu hingga separuhnya. Ia menutup kembali penutupnya hingga tak ada lagi cairan yang bisa tumpah, lalu diletakkan di sisinya.

Entah apa yang menghantui pikirannya. Selalu saja di saat-saat seperti ini pikiran itu kembali datang menghantui. Padahal ia sudah lelah tapi tetap saja ia tidak bisa mengosongkan kepalanya. Setidaknya untuk satu hal yang mengganggu itu saja, ia ingin lupa.

"Ahhh... sial. " Maki Joni, entah ditunjukkan pada siapa makian itu.

Joni menghela napas kuat-kuat, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya. Yah, Setidaknya hal itu bisa sedikit melegakan dadanya yang terasa sesak. Sekilas ia melirik ke arah Pram, pemuda itu masih berkutat dengan make up artis dan staf wardrobe untuk finishing penampilannya hari ini. Pram sebetulnya tengah bersiap untuk  sebuah konferensi pers,  tekait kasus penangkapannya beberapa hari yang lalu. Melihat temannya itu sudah tidak begitu sibuk, Joni langsung  mendekatinya.

"Pram, aku mau keluar dulu. Tidak akan lama, dari sini kamu bisa sendiri kan? " Ucap Joni.  sekedar memastikan bahwa bantuannya sepertinya sudah cukup untuk sementara waktu.

"Keluarlah! Aku juga tinggal masuk ke ruangan saja, tidak ada yang dikerjakan lagi. Pergilah!  semangat!!! " Sahutnya, sambil mengangkat kepalannya tinggi-tinggi.

"Memangnya kamu tahu aku mau kemana?"

Pram memberi tanda pada staf untuk meninggalkannya, agar diberi waktu berdua untuk saja dengan Joni.

"Wajahmu itu jelas sekali, kamu ingin menemui Alex kan?  Menjelaskan semuanya. Kamu akan bersaing secara adil untuk merebut hatinya. "

Joni sampai tercengang, tidak menyangka temannya ini juga berbakat jadi cenayang. Ia seketika tersenyum.

"Wahh... Hebat!!! Dasar cenayang.  Baguslah kalau kamu tahu, aku pergi dulu kalau begitu. " Ucap Joni berpamitan.

"Oh, good luck. "

Pram melambai dengan santainya.

"Ok, thanks. " Sahut Joni sambil berlalu.

Seketika Pram tersenyum sendiri.

Justice and love 5 knights  (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang