Sinar mentari yang memasuki celah kaca membuat tidur Rio terusik. Rio menggerakkan tubuhnya mencoba menghilangkan rasa pegal di tubuhnya.
Rio membuka matanya dan melihat dirinya berada di tempat yang begitu ia kenali. Rio melihat ke arah sampingnya dan mendapati tempat itu telah kosong.
Rio mendudukkan dirinya seraya memijat pelipisnya. Kepalanya begitu pusing serasa seperti habis terkena benturan yang cukup kuat. Rio melihat ke arah jam dinding dan melihat jika sekarang sudah pukul 06.30 pagi.
Rio mengerutkan dahinya ketika mendapati ia shirtless. Rio sudah merasa sedikit perasaan tidak enak. Dengan sedikit rasa bimbang, Rio membuka selimut secara perlahan yang berujung ia mendesah kesal dengan rasa bersalahnya.
Rio mencoba mengingat apa yang ia lakukan. Ia teringat ketika ia memutuskan pergi ke klub setelah pergi dari kontrakan Shafa karena pikirannya sudah kalut. Di club itu, ia digoda beberapa wanita tapi tak dihiraukannya sama sekali dan memilih untuk minum banyak kemarin. Hanya itu yang dia ingat.
"Siapa yang bawa gue pulang? Kenapa keadaan gue gini?" gumam Rio berpikir.
"Apa gue lakuin itu lagi?" pikir Rio sontak membuat kepalanya bertambah sakit.
Setelah menyegarkan tubuhnya, Rio keluar dari kamar mencari keberadaan Vania tapi tak ditemukannya. Dengan kepala yang masih terasa pusing, Rio berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman dan obat pereda nyeri.
Baru saja ia akan membuka lemari es, Rio menemukan sebuh note kecil berwarna kuning tertempel di pintu lemari es.
Maaf aku tidak membangunkan Kakak. Aku harus cepat berangkat ngajar karena aku ada pelajaran pertama. Aku sudah menyiapkan makanan di atas meja makan. Maaf cuma masakan biasa
~Vania~
Rio meletakkan kembali note itu lalu membuka lemari es dan menungangkan air ke dalam gelas yang ia pegang. Rio berjalan ke arah meja makan lalu membuka tudung saji dan melihat sayur bening dengan ikan di goreng berada di dalamnya.
Rio mendudukkan dirinya lalu mengambil piring yang telah disediakan Vania. Ia mengambil nasi lalu mengambil sayur dan lauknya. Rio menyantap makanannya dalam keheningan seraya melihat ke arah kursi yang biasa diduduki oleh Vania. Ia menghela napas dalam lalu kembali melahap makanannya.
Di lain tempat, Vania terus melamun setelah selesai menerangkan materinya. Ia masih teringat kejadian dini hari tadi, di mana Rio selalu menyebut nama Shafa bahkan saat melakukan dengannya.
Vania sedikit bingung saat Rio mengatakan jika ia akan menemuinya nanti. Ia bukanlah orang bodoh, pasti Rio telah menemui Shafa atau seseorang yang berhubungan dengan Shafa. Ia sempat berpikir untuk menghubungi mama mertuanya, tapi langsung diurungkannya.
"Kenapa kamu sedih? Seharusnya kamu senang, Sha. Aku adalah milikmu. Selamanya. Aku milikmu. Aku akan selalu memilihmu. Apa perlu aku buktikan, heh?"
Vania memejamkan matanya ketika teringat perkataan Rio malam tadi. Dadanya terasa sakit ketika mengingatnya. Walaupun ia tahu jika Rio masih mencintainya, tapi rasanya tetaplah sama.
---------------------
Vania memasuki apartemen dan hanya menemukan keheningan. Ia mengedarkan pandangannya dan sama sekali tak menemukan keberadaan Rio.
Vania menghela napas panjang lalu berjalan ke arah kamar. Ia mendudukkan dirinya di tempat tidur seraya memejamkan matanya. Vania terus berpikir bagaimana cara supaya Rio melupakan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BELOVED DOCTOR
RomanceVania Martha Ayu, seorang perempuan yang memiliki wajah cantik dan senyuman yang manis. Rio Satrya Wardhana, seorang dokter yang memiliki wajah yang begitu tampan. Ia dikenal dengan sifatnya yang angkuh dan kaku. Kejadian di masa lalunya membuatnya...