Vania memandang pantulan dirinya di cermin setelah selesai bersiap-siap. Ia tersenyum kecil melihat penampilannya sesuai harapan. Vania memang suka memakai make up yang natural dengan pakaian sederhana yang nyaman untuknya.
"Sudah sip lah, tinggal nunggu" gumam Vania lalu beranjak keluar kamar.
Vania menuruni anak tangga satu-persatu seraya memainkan ponsel. Ia menunggu kabar Erisa yang kabar terakhirnya sudah di jalan dekat rumahnya, "Jangan main ponsel kalo turun tangga" peringat mamanya yang tak sengaja melihat anak perempuannya yang sibuk dengan ponsel dan tak memperhatikan jalannya.
Vania menurunkan ponselnya lalu meringis menunjukkan deretan giginya yang rapi. Vania mempercepat jalannya mendekat ke arah sang mama lalu memeluknya erat. Tak lupa ia mencium pipi mamanya sebagai rasa sayang.
"Jadi pergi sama Erisa?" tanya mamanya dan diangguki oleh Vania.
"Iya, Mom. Siapa tau kan ketemu cogan terus anak mama ini nggak jomblo lagi" canda Vania membuat mamanya terkekeh pelan.
"Kamu itu bisa aja" seru mamanya seraya memukul pelan lengan Vania.
"Tapi ya nggak papa sih, biar mama cepet dapat cucu lagi" tambah mamanya membuat Vania mengerucutkan bibirnya.
"Ih mama ah! Pasangan aja belom boro-boro anak" kesal Vania.
Mama Vania tergelak melihat kekesalan anaknya, "Udah, itu kayaknya Erisa udah sampai. Have fun ya" seru mama Vania mendengar suara deru motor. Vania menganggukkan kepalanya lalu mencium tangan mamanya.
"Aku pergi dulu, Mom. Assalamu'alaikum" pamit Vania lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu.
"Wa'alaikumussalam"
Di lain tempat, Rio berkumpul bersama kedua rekannya di salah satu cafe di mall setelah menghadiri seminar. Rio sendiri fokus menyeruput jusnya dan sesekali memakan kentang goreng serta mendengarkan perdebatan unfaedah kedua temannya.
"Emang kenapa? Gue emang cantik kok. Wajar aja banyak yang suka sama gue"
"Ilihhhh, cantik dari mana coba? Dari empang?"
"Eh lo dasar buaya darat, enak aja dari empang. Gue gampar tau rasa lo!"
Itulah perdebatan yang sedang ia dengar. Rio sendiri terkadang risih dengan perdebatan mereka. Menginginkan suasana tenang malah jadi kebalikannya karena sejak sore tadi mereka memaksa Rio untuk keluar bersama mereka padahal Rio sempat menolak. Mereka merupakan teman Rio semasa SMP yang sekarang berprofesi sama dengannya.
Mereka bernama Nadia Farhana dan Reyhan Yuda Sanjaya. Nadia merupakan dokter umum, sedangkan Reyhan adalah dokter ortopedi.
"Eh, Yo. Ada film horor baru nih. Nonton kuy? Gue beliin dah tiketnya tapi popcorn nya Lo ya " ajak Reyhan menunjukkan daftar film di ponselnya.
Rio terdiam sebentar lalu mengangguk pelan menyetujui. Daripada ia di apartemen kesepian lebih baik menghabiskan waktu bersama sahabatnya mumpung malam minggu.
Vania duduk menunggu Erisa yang sedang memesan tiket. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya melihat orang yang lalu lalang. Ia merasa iri acap kali tak sengaja melihat pasangan muda-mudi yang menghabiskan waktu bersama pasangan, tak seperti dirinya yang masih menjomblo di usia 23 tahun.
Vania tersenyum kecil ketika tak sengaja mendengar celoteh seorang anak kecil perempuan berusia sekitar dua tahun yang duduk tak jauh dirinya. Anak itu terus bertanya 'apa ini?' 'apa itu' meminta penjelasan apapun yang ia lihat, sedangkan kedua orangtuanya menjelaskannya dengan sabar bahkan saat anak itu mengulang pertanyaannya kembali.
Entah mengapa melihat anak itu membuatnya ingin memiliki anak perempuan nantinya. Sepertinya akan lucu jika ia mendandani dengan berbagai gaya.
"Hoi, Van. Udah nih tiketnya" seru Erisa membuat Vania sontak mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BELOVED DOCTOR
RomansaVania Martha Ayu, seorang perempuan yang memiliki wajah cantik dan senyuman yang manis. Rio Satrya Wardhana, seorang dokter yang memiliki wajah yang begitu tampan. Ia dikenal dengan sifatnya yang angkuh dan kaku. Kejadian di masa lalunya membuatnya...