Masih dapat kugambarkan dengan jelas sinar matahari yang menyusup masuk kedalam kamarku pagi itu. Mereka masuk melalui celah-celah kecil pada lekukan di kain sutra. Aku bangun sebelum adikku datang untuk membuka gorden. Tak seperti biasanya. Bukan, bukan adikku yang terlambat. Aku tahu betul apa yang membuatku terbangun lebih awal. Sejak dari malam kemarin, jantung ku kebanjiran darah. Semalam suntuk, jantungku kebingungan mencari ritme yang tepat. Panas sekujur tubuh. Aku sangat yakin ini bukan efek dari flu yang sedang ku derita. Melainkan efek jangka panjang dari kepingan memori-memori buram di tengah malam yang telah kulalui bersama pangeran Edward. Mereka datang dengan semena-mena, perlahan bersatu dan menciptakan fantasi seakan ia ada di sekeliling ruangan. Menggerayangi bahu sampai leher, menatap ku dengan mata coklat nya yang tajam. Dia merangkak kedalam nadi ku dan berenang bersama darahku. Kulitku berteriak memanggil-manggil namanya.
Saat aku masih melamuni fantasi semalam, tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan perlahan. Aku berdoa bahwa seseorang dibalik pintu kayu cendana itu bukanlah Pangeran Edward. Karena ia harus melihatku dalam keadaan terbaik, aku harus bersolek, dan mengenakan gaun ungu yang sangat ia sukai. Bayangan di lantai keramik terlihat jelas karena lantai tersebut mengkilap nyaris seperti kaca. Ternyata bayangan itu milik Mary Anne, adik perempuanku yang terlihat sumringah pagi ini. Matanya sayu berwarna biru muda seperti air danau Eddelise yang belum tercemar, rambut nya berwarna merah gelap seperti warna rambut sang raja yang pernah bertahta di istana ini. Marry anne sangat mirip dengan ayahku, itulah mengapa aku sangat menyayanginya lebih dari apapun di dunia ini. Tatapan matanya dan wangi tubuhnya benar-benar seperti ayahku. Wabah mengerikan yang memporak porandakan kerajaan kami, benar-benar membuat kami gila.
Setiap hari Marry Anne membawakanku makanan. Ia memastikan aku mendapatkan gizi yang cukup dari seluruh makanan yang di hidangkan. Aku bisa melihat, makanan-makanan tersebut mengandung vitamin, mineral, protein dan karbohidrat. Ia tampak sangat cantik saat meletakkan makanan-makanan tersebut ke meja ebony di samping ranjangku.
Jika kau bingung mengapa dialah yang membawakan makanan ke mejaku, kami kehilangan seluruh pembantu kami semenjak kepergian ayah dan ibu. Kawan kami satu-satunya ialah tekanan dan ketakutan. Aku, dan adikku, bisa dibilang gila. Oh, bukan rahasia lagi. Hanya saja, kegilaan itu tersimpan jauh di dalam kepala kami, sehingga kamu tidak mungkin bisa melihatnya dengan mata telanjang. Namun waktu sudah mengubah dan membangun dorongan agar kami tetap hidup secara perlahan.
"Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa membunyikan loncengnya lagi"
ujar nya sambil tersenyum hangat
"Aku merasa jauh lebih baik hari ini. Kemungkinan mulai hari ini aku akan mengambil air dari kendi dengan tanganku sendiri"
Jawabku dengan sombongnya.
Ia tersenyum, kali ini nampak lah deretan giginya. Gigi-gigi yang memantulkan sinar kebahagiaan.
"Oh iya" katanya, sambil sedikit terkejut. Ia mengeluarkan sebuah gulungan kertas yang awalnya kukira itu adalah sebuah undangan jamuan makan malam. Rupanya, dugaan ku salah. Aku tak perlu membuka surat tersebut untuk mengetahui isi surat tersebut. Aroma semerbak yang pekat menyambar hidung ku dengan sangat kuat. Tidak salah lagi! Ini aroma wewangian dari Pangeran Edward. Ia berencana untuk datang dan menjengukku setelah sekian lama ia tidak menyambangi rumahku karena urusan diplomatik. Aku sangat bahagia! Benar-benar bahagia! Firasat ku semalam bukanlah sebuah kebetulan atau nafsu yang menyerbu tiba-tiba.
Saat itu aku langsung menggenggam tangan adikku Marry Anne. Kukatakan padanya, aku akan mengadakan makan malam bersama pangeran. Ia pun mengatakan bahwa itu adalah sebuah ide yang Bagus. Namun, Anne mengatakan bahwa Edward masih dalam perjalanan menuju Derby. Perjalanan yang lumayan panjang karena ia masih berada di Wainfleet. Mary Anne kemudian menanyakan kesanggupan ku untuk menjemput nya. Wajahnya yang berubah menantang dan tangannya yang melipat berhasil membuat ku meragukan kesanggupanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover ( and other stories)
HorrorKumpulan cerita pendek yang mengangkat efek samping dari emosi manusia.