Apakah kau sudah menekan tombolnya?
Baiklah.
Banyak hal yang tidak bisa kuingat. Sebelum kalian buang-buang tenaga untuk menyetrum tempurung kepalaku demi membangkitkan memori traumatis di rumah Antonio, ketahuilah bahwa itu tidak akan berhasil. Aku sudah melakukannya terlebih dahulu daripada kalian, aku melakukannya setiap malam, tidak hanya menyetrum ubun-ubunku dengan sengaja, setiap aku pergi tidur, saat pertanyaan-pertanyaan menjemukan yang berjalan selama 3 tahun itu terus menyerbu, aku akan terus memukul-mukul kepalaku.
Semenjak kebakaran di rumah Antonio, aku seakan tidak memegang kendali atas pikiranku. Awalnya aku kira aku sedang berjalan ke dapur untuk merebus daun teh, tiba-tiba seorang anak sudah berada di hadapanku menangis-nangis sambil makan roti isi. Kukira aku sedang menggosok tubuhku saat mandi, tiba-tiba aku sedang menyisiri rambut seorang anak perempuan yang sudah gemetar sekujur tubuh bahkan gigi-giginya yang habis karena terlalu banyak makan permen pun sampai bergemertak.
Beberapa kali aku mencoba bermeditasi, bertanya apa yang sebenarnya terjadi, namun semakin aku mendalami alam bawah sadarku, aku justru semakin ketakutan dan gelisah. percayalah, saat itu aku adalah pria berumur 20 tahun yang berpendidikan, aku menghabiskan waktu di perpustakaan universitas -yang aku percaya kalian sudah melakukan penguntitan legal tentang dimana aku menimba ilmu- , aku belum menginjak masa dimana sifat ke-ayah-an ku mulai tumbuh. Demi tuhan, aku bahkan tidak mau berurusan dengan anak kecil. Tangisan dan rasa penasarann mereka membuatku berpikir dua kali untuk memiliki anak. Aku bersumpah , kedua kalinya, demi tuhan, aku tidak bermaksud menyekap sepuluh anak-anak itu.
Ini mungkin terdengar tidak masuk akal bagimu, karena jelas-jelas kalian melihat aku sedang menyekap salah satu anak di rumahku. Atau kalian mau menganggap aku gila dan butuh bantuan psikologis profesional, aku juga berfikir demikian, maka dari itu akau rajin melakukan konsultasi setiap sabtu. Atau kalau kalian masih menganggap aku tidak bisa ditolong, aku sangat memohon untuk mengurungku dimanapun, rumah sakit jiwa atau bahkan penjara, hukuman mati sekalipun! karena berada di tubuh ini saja sudah terasa seperti penjara bagiku. Bayangkan hidup seakan tidak memiliki dirimu sendiri.
Tapi sebelum kalian mengirimku ke rumah sakit jiwa, penjara, atau neraka, aku ingin kalian bersedia mendengarkan sudut pandangku. Kalian bisa menggunakannya sebagai penelitian psikologi ataupun studi kriminologi, apapun itu.
Hal ini dimulai saat aku pulang dari perpustakaan, aku mendengar banyak orang menyebut nama Antonio di siang itu. Menurutku orang-orang itu memperumit informasi sederhana di kepala mereka. Menurut yang kudengar, Antonio kehilangan ibunya yang mana adalah satu-satunya orang tua yang ia miliki, Ayahnya pergi meninggalkan mereka saat Antonio masih kecil, jadi kini ia hidup sendirian dan depresi. Tentu saja ia tidak lagi keluar rumah, atau sekedar ke perpustakaan dimana aku sering mengobrol tentang karya-karya ilmiah.
Hanya saja orang-orang suka menggosip dan jujur aku sudah mulai jemu, dan rasa jemu ini menuntun kepada rasa penasaran. Seolah aku ingin langsung terjun ke lapangan.
Selain untuk berbicara tentang buku dan seni, aku tidak berbicara banyak tentang kehidupan personalnya. ia orang yang sangat sulit di dekati meskipun kami lumayan dekat. Aku bisa menjamin bahwa aku hanyalah satu-satunya teman yang mampu berbicara dengannya lebih dari 5 kata. Kami kerap berbicara sambil berjalan ketika berpapasan di koridor meskipun kita menuju ruangan yang berbeda. Beberapa kali ia menyebutku sahabat. Mungkin ia memiliki perbedaan pandangan tentang makna sahabat itu sendiri. Aku merasa hubungan persahabatan memiliki struktur yang lebih intim dibandingkan dengan obrolan basa-basi kami yang bisa bertahan sampai 3 jam. Aku tidak bisa melihatnya sebagai sahabat, terus terang saja.
Antonio terkenal sebagai anak yang misterius dan populer dikalangan anak perempuan yang suka bergosip karena perawakannya yang mencolok. Ia memiliki kulit yang pucat, rambut hitam, mata coklat terang yang tajam, tubuhnya tinggi dan bentuk rahangnya tegas.
Tapi ia tampak tidak memperdulikan hal tersebut, perhatian para wanita yang mencoba mendekatinya selalu diabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover ( and other stories)
TerrorKumpulan cerita pendek yang mengangkat efek samping dari emosi manusia.