Anjing

34 2 0
                                    

Teror dari mengetahui bahwa keadaan telah berbalik. Pemuda memang aneh saat sedang sekarat. suasana hati seperti
wahana di pasar malam. Matanya merah seperti lautan setelah paus kalah bergelut dengan bajak laut. Bangkai sang paus dibiarkan teronggok lemah dibawah kelopak mata. Aku tak mau jadi korban! aku adalah penjajah atas tanahmu.
Sambut aku, algojo bagi tanah mu yang mengagumkan! Kau lemah di bawah tarianku, kau lemah dibawah iramaku. Mati atau hidup kamu atau kerangkamu akan menari bersamaku.

Sudah hampir 2 jam aku bersembunyi dari pemuda-pemuda primitif yang membawa obor untuk menerangi kegelapan dari si pagi buta. Aku sangat sial, terlewat sial! harusnya ini adalah saatnya aku istirahat tenang didalam rumah megah, dikelilingi gadis-gadis pelacur lokal yang umurnya berkisar 16-21 tahun, cerutu dengan tembakau terbaik dari tanah Karolina utara.
Bukan kandang anjing berukuran 1m x 1m. Inikah balasan mereka atas jasaku yang membebaskan mereka dari jajahan keluarga besar bajak laut dawson?
Neraka baru mereka bilang?
mereka terlampau berlebihan dalam menyikapi.
Ini adalah hutang budi seumur hidup bagi pahlawan.
Aku adalah penyelamat bagi udara yang mereka hirup. Kebebasan mana yang mereka inginkan? manusia diberi kebebasan akan membabi buta! kemerdekaan apa? jangan menghayal!
Tidak ada udara yang lebih baik selain udara di tanah sendiri untuk diri sendiri. Setidaknya nikmati udara kalian, bocah.

Dan biarkan aku menikmati apa yang harusnya aku dapatkan.

Seharusnya aku menebas kepala Meiraba saat ia mencoba kabur dari pulau ini. Harusnya aku tahu ada triliunan ilmu diluar sana yang akan ia bawa pulang untuk mencuci otak para penghuni pulau. Sekarang suara mereka habis hanya untuk memanggil-manggil nama anak gadisnya yang telah mereka hadiahkan padaku.
Toh, Mereka dan aku tiada lah berbeda. kutinggalkan anak gadis ku pada Kapten Ricchard demi peti berisi emas.
Kilauannya menggambarkan betapa jaya dan tersohornya aku untuk beberapa tahun kedepan.
Aku bisa jadi apapun dengan peti usang itu. Sialan, bangsat, keparat! buat apa aku menangis seakan kematian semakin dekat.

Ah, kematian ya.

Terasa seperti sebuah kebohongan jika seseorang mengatakan bahwa aku akan selamat dari mata mereka. Bahkan mungkin seseorang tersebut justru akan menggiringku ke tengah manusia-manusia itu. Aku mangsa yang empuk.

Satu-satunya yang bisa kulakukan saat ini hanyalah mengumpulkan mental untuk menerima kenyataan bahwa aku akan kepayahan mencari tepian di lautan api neraka.

Kalau dipikir-pikir, kapan terakhir kali aku merasa serendah dan sehina ini?

30 tahun yang lalu sepertinya.

Saat aku masih rela memangkas keringat demi melihat Eve meraih mimpinya untuk menjadi seorang penari.

Ah, iya. Dia.

Eve, Aku masih ingat.
Saat dua anak buahku datang mengabarkan berita bahwa kau disekap dan dibuat sekarat, yang ada dipikiranku waktu itu, nyawamu tidaklah lebih penting dibanding waktu menghisap tembakauku. Sampai kau datang di hadapanku dalam keadaan kaku didalam karung jorok, pun, aku hanya menutup hidung, memerintahkan mereka membuangmu ke laut.
namun sekarang bibirku meracau namamu didalam bangunan yang hina. Ah, mendendam sudah tidak ada gunanya sekarang. Daya mana yang akan kupakai untuk melawan mereka. Pun, itu tak dapat membuatnya kembali.

Kalau sudah begini siapa yang akan kucari untuk menjadi tempat teraman? Cinta sejatiku Noele, ibu dari Eve. Iya, dia berada di Holles menungguku pulang.
Oh tunggu..
Tidak, aku lupa telah menjualnya kepada raja di mesir yang merupakan sahabat karibku selama berlayar. Mungkin dia sudah mati karena memang pemuas nafsu disana tidak pernah berhasil
bernafas lebih lama dari 8 hari.

Aku tidak bisa berbohong, aku benar-benar merasa payah dan kecil. Aku memang pantas dimusnahkan.

Ya, aku pantas dimusnahkan.

Kepalaku mendadak seakan baru saja dihantam pilar kayu. Gendang telingaku berdenging, berisik. Percuma menutup telinga, aku malah ikut mendengar suara detak jantung kebanggaanku yang aku sendiri sudah tidak mau mendengarnya lagi. Darahku mungkin sudah keluar dari sirkuit saking hebatnya badai memporak porandakan aliran darahku.

"Dari mana saja rasa bersalah ini? "

Hati ku yang hampa mendadak tak dapat lagi mendengar suara manusia-manusia marah. Riuhnya sedekat bulu di kulit anjing.
Aku telah menjadi anjing sepenuh nya di dalam kandang ini.
Bahasa manusia pun tak lagi ku pahami.
Melihat cahaya dari api-api yang menyala pun tak dapat membuatku panik lagi.

Aku sudah sepenuhnya anjing.
Beku dalam kobaran api.
Apa yang dapat membuat ku menjadi manusia lagi?
setelah semua ketidakmanusiawi-an yang luput dibungkus oleh rakus. Mungkin, selama ini aku memang belum pernah menjadi manusia.
Terlambat. Siksaan mungkin satu-satunya hal yang dapat menebus semua ini.
Bagaimana caraku membela diri saat berhadapan dengan tuhan nanti?

Eve, Noule, keluarlah dari surga dan berkunjunglah ke neraka sebentar saja. Bergabunglah dengan para malaikat yang berjubah algojo, siksa aku disana. Aku mau jadi manusia lagi.

The Lover ( and other stories) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang