Saat ini, hari minggu pukul 06.00 pagi. Kebanyakan orang masih berada di alam mimpinya. Ada juga yang sedang menikmati sarapannya dan secangkir kopi atau teh serta ada yang sedang melakukan olahraga pagi, namun tidak dengan Jeno.
Hari ini ia bangun lebih awal dari biasanya. Jeno sedang mengemudi dalam keheningan untuk perjalanan menuju suatu tempat.
Dua jam dalam perjalanan, akhirnya Jeno sudah sampai di depan sebuah bangunan besar. Setelah memarkirkan mobilnya, Jeno tidak langsung turun. Ia menunduk dalam sambil memejamkan matanya.
Jeno melihat ke arah bunga tulip putih yang ia beli sewaktu di perjalanan tadi.
Tangannya bergerak untuk mengambil bunga itu, Jeno mendekap tulip putih itu di dadanya."Aku harus bisa." Ucap Jeno sambil tersenyum untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Keluar dari dalam mobil, Jeno melangkahkan kakinya untuk memasuki bangunan besar di depannya. Seorang pria dewasa menyapa Jeno di pintu masuk yang dibalasnya dengan senyuman.
Jeno berjalan dalam lorong panjang yang berakhir di sebuah ruangan yang sangat besar. Ruangan itu terlihat sangat mewah walaupun pencahayaannya minim dengan aura yang terkesan mencekam.
Dalam ruangan besar dengan langit-langit yang tinggi itu terdapat banyak vas bunga besar dan beberapa sofa di beberapa sudutnya. Ruangan juga berhias berbagai tulisan-tulisan indah dan jangan lupakan adanya barisan lemari kaca besar di setiap pinggir ruangan itu.
Jeno menghentikan langkahnya di depan salah satunya. Tangannya terulur untuk mengusap sebuah gucci keramik di dalam lemari kaca itu.
"Anyeong Noona, Bagaimana kabarmu? Kau bahagia di tempat indah itu bukan? Maaf, aku selalu tidak berhasil untuk menyusulmu dan maafkan aku sepertinya aku tidak akan berusaha menyusulmu lagi, ada sesuatu yang menahanku di sini." Ucap Jeno pelan.
Hening, ruangan itu sangat hening setelah Jeno selesai berbicara. Ia meletakan bunga tulip putih yang ia bawa di depan gucci keramik itu. Mata Jeno menatap ke foto seorang gadis cantik yang berada di samping gucci tadi.
"Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu tapi aku yakin sebentar lagi keluargamu pasti segera kemari, aku pergi dulu dan selamat ulang tahun Koeun noona." Setelahnya Jeno berbalik menuju pintu keluar.
Jeno duduk ditemani oleh seorang pria di sebuah kursi panjang di dekat pintu masuk.
"Halo nak Jeno, Bagaimana kabarmu?" Ucap seorang pria dewasa yang tadi menyapa Jeno di pintu masuk.
"Aku baik-baik saja Paman Kim, bagaimana denganmu paman?" Ucap Jeno.
"Seperti yang kau lihat nak, bagaimana dengan nak Minhyung dan Tuan serta Nyonya?"
"Mereka juga baik-baik saja paman."
"Syukurlah jika seperti itu. Ku harap mereka akan mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku tahu jika kau anak yang kuat tapi bagaimanapun juga mereka tidak berhak menyalahkanmu karena itu bukan kesalahanmu."
Jeno terdiam setelah mendengar perkataan Paman Kim.
"Datanglah padaku jika kau membutuhkan bantuanku, aku akan selalu mendukungmu tuan muda." Ucap Paman Kim sambil mengusap bahu Jeno.
"Terima kasih paman Kim, aku akan pergi sebelum keluarga Noona datang." Ucap Jeno.
"Berhati-hatilah saat menyetir." Ucapnya sedikit berteriak karena Jeno sudah mulai menjauh.
Hanya beberapa saat setelah Jeno meninggalkan tempat itu sebuah keluarga memasuki ruangan tadi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Love? | Nomin
FanfictionNa Jaemin, pemuda manis yang dikelilingi oleh banyak orang yang sayang padanya. Ia beruntung mempunyai keluarga dan sahabat yang sangat menyayanginya bahkan sahabat-sahabat kakaknya juga menyayangi Jaemin. Lee Jeno, pemuda tampan itu selalu merasa s...