"Jeno bangun." Ucap seseorang sambil menepuk-nepuk bahu Jeno, dengan malas ia pun berusaha membuka matanya.
"Ini Jaemin kan?" Lanjutnya."Hmm" Jeno hanya menjawab pertanyaan dari Mark dengan gumaman.
"Dia kenapa? Kok bisa ada disini? Kamu sedang apa?" Tanya Mark.
"Dia pingsan di bawah terus aku bawa kesini dan aku tertidur."
"Tapi kenapa dia bisa pingsan? Kamu apain dia?"
"Tidak aku apa-apain." Jawab Jeno sambil memutar mata. Mark terus memberi Jeno pertanyaan kenapa Jaemin bisa pingsan dan bagaimana ia membawa Jaemin ke kamarnya.
"Sudahlah hyung terlalu banyak bertanya dan sudahku bilang dia tiba-tiba pingsan dan aku tepat di belakangnya." Ucap Jeno.
"Lalu kenapa kau bisa ada di belakangnya? kau mengikutinya? Kenapa kau mengikutinya?" Tanya Mark lagi
"Aku sudah jelaskan semua pada hyung. Sekarang terserah mau percaya sama aku atau tidak hyung." Jawab Jaemin dan langsung keluar dari kamarnya sendiri.
****
"Ssshhh" ringis Jaemin sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.
"Jaemin? Kamu sudah sadar?" Tanya Mark.
"Aku kenapa hyung?"
"Kamu tadi pingsan di bawah pas acara berlangsung terus dibawa ke sini." Jelas Mark.
"Makasih ya Mark-hyung udah bawa jaemin ke sini kalo gak ada hyung mungkin aku masih tergeletak disana." Ucap Jaemin kepada Mark.
"Eehh itu sebenernya yang ba--." Kruuck Kruuck kruuck.
Ucapan Mark terpotong mendengar bunyi perut Jaemin."Kamu mau makan?" Tanya Mark dengan kekehannya.
Jaemin menyengir malu kemudian menganggukan kepalanya.
"Aku ambil makanan dulu ya." Lanjutnya sambil tersenyum lalu keluar dari kamar itu.
Pandangan Jaemin tertuju pada satu bagian dinding berwarna hitam dan disana tertempel banyak sekali foto-foto kecil, Jaemin berjalan menuju ke dinding itu untuk melihat foto-foto itu. Di bagian tengah dinding ada foto sepasang suami istri dengan dua anak laki-laki, yang Jaemin yakini itu Mark dan Jeno saat keduanya masih SMP mungkin. Lalu di sekililing foto itu tersebar abstrak foto-foto dengan ukuran lebih kecil dan kebanyakan itu foto Mark dan Jeno.
"Jaemin-ah ayo makan dulu." Ucap Mark.
Jaemin makan ditemani oleh Mark, setelahnya mereka pergi ke ruang keluarga untuk berbincang-bincang kecil dan sesekali bercanda.
"Hyung boleh aku pinjam ponsel? Ponselku ada di mobil Jaehyun-hyung."
"Boleh kok." Jawab Mark sambil menyerahkan ponselnya kepada Jaemin. Jaemin kemudian menelepon Jaehyun tetapi tidak diangkat. Jaemin menelepon Jaehyun lagi tapi di reject, setelah mencoba tiga kali menelponnya akhirnya telepon diangkat oleh Jaehyun.
"Apa ada Mark? Jawab Jaehyun.
"Hyung ini nana, bisa tolong jemput nana di rumah Mark-hyung?" Tanya Jaemin.
"Maaf na hyung baru pulang nanti malem soalnya hyung lagi pergi ada urusan sama temen, kalau enggak minta anter aja sama Mark gimana?"
"Yaudah deh hyung nanti nana minta tolong sama yang lain aja. Dahh hyung, nana tutup ya."
"Maafin hyung yang gak bisa jemput nana. Dahh" ucap Jaehyun dan Jaemin segera memutus panggilannya dengan Jaehyun
"Kamu mau aku anter pulang?" Tanya Mark yang sempat mendengar pembicaraan Jaemin dan Jaehyun.
"Apa tidak merepotkan hyung?"
"Aku tidak merasa direpotkan jika itu tentangmu Jaemin-ah." Ucap Mark sambil mengacak surai Jaemin.
"Mark-hyung bisa saja." Ucap Jaemin dengan wajah memerah malu.
"Yasudah ayo nanti keburu larut." Ucap Mark sambil menarik tangan Jaemin.
Mark dan Jaemin melangkah ke arah pintu dengan bergandeng tangan dan senyum di wajah mereka tanpa mengetahui ada seseorang yang sejak tadi melihat ke arah keduanya dengan wajah masam, seorang Lee Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Love? | Nomin
FanficNa Jaemin, pemuda manis yang dikelilingi oleh banyak orang yang sayang padanya. Ia beruntung mempunyai keluarga dan sahabat yang sangat menyayanginya bahkan sahabat-sahabat kakaknya juga menyayangi Jaemin. Lee Jeno, pemuda tampan itu selalu merasa s...