Aku Indigo 📖

899 30 0
                                    

Aku memang dilahirkan sebagai anak indigo, bagi sebagian orang yang paham menganggap hal itu sebagai anugerah. Tetapi bagi yang awam, hal itu sebagai kelainan.

Dalam satu keluarga hanya aku yang mempunyai kelebihan seperti ini. Aku sadar, bahwa anak indigo memiliki beberapa ciri yang khas dalam diri nya.

Yaitu sering menolak aturan atau petunjuk, penuh rasa ingin tahu, berkeinginan kuat, mempunyai kemampuan intuitif dan memiliki spiritual dibawah sadar yang kuat.

Dahulu waktu aku menginjak sekolah dasar, ayah ku pernah bertemu dengan seseorang lelaki tua. Lelaki tua itu hanya berkata,

"salah satu dari anak bapak, mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki seperti anak lainnya." ucap lelaki tua dengan tersenyum.

Ayah ku tidak terlalu menghiraukan perkataan lelaki tua tersebut, ia melanjutkan perjalanan menuju toko. Selang beberapa menit, ayah ku berubah pikiran dan berbalik badan untuk menanyakan kepada lelaki tua tersebut, anaknya yang mana yang dimaksud oleh lelaki tua tersebut. Seketika itu juga, lelaki tua itu menghilang begitu saja.

Beranjak aku dewasa, keanehan keanehan pun timbul satu per satu. Mulai dari aku kuliah semester awal, sakit kejang kejang yang tak kunjung sembuh.

Pada waktu aku kejang kejang, seakan melihat sesuatu yang akan terjadi. Aku bercerita kepada keluarga ku tentang yang aku lihat, mereka tidak ada yang percaya satu pun pada cerita ku.

Keluarga ku menganggap bahwa aku mempunyai penyakit, awal nya aku dibawa ke rumah sakit mana pun tapi tak kunjung sembuh. Walaupun di setiap rumah sakit yang aku datangi, sudah berbagai macam pemeriksaan. Dan tidak temukan satu penyakit. Hingga akhirnya keluarga ku, memutuskan untuk membawa ku ke pengobatan alternatif.

Baru sesampainya di tempat pengobatan tersebut, seketika aku bertemu dengan seorang mantri yang akan menangani aku. Tiba-tiba, mantri tersebut seketika mencium tangan ku. Lalu ayah ku bercerita soal penyakit yang aku derita kepada mantri tersebut, mantri itu menatap aku dengan tatapan yang tajam.

"jangan khawatir pak, anak bapak ada yang menjaganya." ucap mantri dengan tersenyum.

Mantri tersebut mengambil sebotol air mineral, dan menyuruh ku untuk cuci muka dengan air itu.

Sesampainya dirumah kondisi ku masih sama, dan melihat sesuatu lagi yang akan terjadi. Aku bercerita tentang apa yang aku lihat kepada ibu ku.

"bu, hati-hati pada bawa motornya. Akan terjadi kecelakaan, entah siapa aku pun tidak tahu." ucap ku kepada ibu dengan perasaan cemas.

Selang tiga hari kemudian, benar saja hal itu terjadi. Ternyata saudara ku yang terjatuh dari motor, dia menabrak motor yang berada didepannya. Hari demi hari aku jalani sebagai wanita indigo, hal itu sudah menjadi biasa dalam hidup ku.

Terkadang aku juga jengah, ketika teman teman ku sering bertanya tentang hubungan mereka kedepan nya. Terutama dewi, dia menanyakan hubungan dengan pacarnya.

"lin, aku boleh nanya gak...?." ucap dewi dengan raut muka pengaharapan.

"nanya apa lagi...?." jawab ku dengan ketus.

Sambil menyodor kan foto pacarnya, dewi meminta untuk menerawang hubungan kedepan.

"coba deh, hubungan aku dengan cowok ini gimana...?"

"aku penasaran ni lin..?." ucap dewi.

Dahi ku mengkerut saat ditanya hal seperti itu. Ketus aku menjawab.

"aku gak tau, kamu jalani saja."

Aku membalikan badan, langsung aku tinggalkan dewi. Dewi terlihat agal sedikit kesal kepada ku.

Waktu demi waktu aku jalani, tak terasa aku sudah mulai memikirkan untuk kehidupan kedepan. Singkat cerita aku mulai mencari cari pasangan untuk hidup berumah tangga, maka aku bertemu dengan calon suami ku ronni.

Kami pun berpacaran tidak lama, hanya setahun dan kami berlangsung ke jenjang pernikahan. Dari pacaran, aku belum mengetahui sosok suami ku lebih dalam. Aku hanya mengetahui keseharian dan sifat sifatnya saja, terkadang suami ku juga penuh misteri. Sifat nya yang kadang sulit untuk ditebak oleh ku, tetapi aku tetap menerima dia sebagai suamiku.

Sufisme Dan IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang