Aku Memilih Resign

458 17 0
                                    

Pagi menjelang, seakan menjadi saksi bisu dari kejadian tadi malam. Lina masih merasa kurang enak badan sejak kejadian tadi malam, tetapi ia tetap memaksakan untuk berangkat kerja. Seperti biasanya, ronni mengantarkan lina hingga depan gerbang kantor. Tetapi ronni menasehati lina agar ia tidak memaksakan jika memang sudah tidak kuat lagi, untuk segera ijin pulang.

Dengan langkah yang lunglai lina, bergegas masuk kedalam kantor. Sesampainya diruangan, lina duduk sejenak dan memandangi sekitar. Ada yang aneh ditempat kerja rahmat, terlihat rahmat tidak ada ditempat kerjanya. Lina menanyakan ke teman kerjanya tentang keberadaan rahmat, jika rahmat masuk IGD rumah sakit. Sontak lina tercengang mendengarnya, seakan akan tidak percaya karena kemarin rahmat masih dalam keadaan sehat.

Lina kembali kemeja kerjanya, lalu memulai pekerjaan yang biasa dikerjakan. Devi teman kerja lina, melihat raut muka lina yang sudah mulai pucat.
"Lin...", ucap devi sambil memegang pundak lina.

"Kamu sakit...?", tanya devi.

"muka kamu terlihat pucat sekali."

Lina menoleh sedikit ke arah devi.
"Aku tidak apa-apa dev, hanya tidak enak badan saja."

Devi pun memberikan saran kepada lina, agar lina ijin pulang.
"Lin, kamu ijin pulang saja."

"Dari pada kamu memaksakan, malah yang ada tambah sakit." ucap devi.

Merasa sudah tak kuat lagi, lina memutuskan untuk ijin pulang.
Segera ia memesan ojek online, agar dapat cepat sampai dirumah. Dalam perjalanan pulang, kepala lina terasa sangat berat. Ia meminta tukang ojek online untuk mempercepat perjalanan. Sesampainya dirumah, lina segera menelpon ronni untuk memberitahu keadaannya. Lina pun ambruk seketika setelah menelpon ronni, kepalanya pusing dan badan nya terasa lemas.

Selang beberapa jam, terdengar suara ketukan pintu.

"Assalamualaikum"

Ternyata itu suara ronni yang baru saja sampai rumah. Melihat istrinya lemah dan kurang sehat, ronni segera bergegas mengajak lina pergi ke rumah sakit.

"lin, kamu enggak enak badan...?", tanya ronni.

"iya mas.", lina sambil tersenyum kecil.

"yaudah, ayo kita berobat ke dokter. Mungkin karena kamu kecapean." ucap ronni.

Ronni dan lina bersiap bergegas kerumah sakit, meski tubuh lina masih terasa lemas. Sesampainya dirumah sakit, lina menceritakan tentang kondisi badannya kepada dokter. Dan dokter pun mendiagnosa, bahwa lina memang kelelahan disebabkan kurang teratur dalam istirahat dan menyuruh lina untuk beristirahat. Sesampainya dirumah, lina menceritakan kepada ronni tentang kejadian rahmat yang masuk rumah sakit.

Mendengar cerita lina, ronni terdiam sesaat lalu tersenyum.
"sudah tak perlu su'udzhon, kita berpikir positif saja." tungkas ronni.

"mungkin saja rahmat teman kantor kamu itu memang benar sedang sakit.", lanjut ronni.

Lina pun terdiam, raut muka lina menggambarkan ingin mengatakan sesuatu kepada ronni.
"mas..., boleh berbicara sama kamu...?", tanya lina.

Ronni menatap lina, seakan akan ronni telah mengetahui apa yang ingin lina biacarakan.
"kamu sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dihati." ucap ronni.

"yaudah, coba kami omongin sama aku."

Dengan rasa yang enggak enak kepada ronni, akhirnya lina pun mencoba untuk mengutarakan keinginan nya.
"mas, sekarang - sekarang ini aku sering sakit." ucap lina dengan nada pelan.

"aku enggak enak sama teman-teman kantor aku, kalau aku sering tidak masuk kantor."

Dengan mata yang sedikit berkaca kaca menatap ronni, lina melanjutkan pembicaraannya.
"aku ingin resign mas...,"

"aku enggak kuat dikantor, kalau terus sakit - sakitan begini." lanjut lina.

Ronni tersenyum mendengarnya, tangan kanan ronni memegang pundak lina seraya menenangkan lina.
"baiklah jika itu memang keputusan mu dan yang terbaik untuk mu.", ucap ronni.

"silahkan, tidak apa-apa."

"aku paham apa yang kamu rasakan. Semoga dengan resign nya kamu."

"kamu bisa lebih sehatan.", lanjut ronni.

Expresi lina berubah seketika, raut mukanya lebih giras dengan senyum mengembang.
"terima kasih mas. Kamu sudah ngertiin aku." ucap lina.

"nanti aku siapin surat resignnya. Dan besok aku siapkan semuanya dikantor."

Lina pun pamit dalam pembicaraan dengan ronni, dia mulai membuat surat resign. Ke esokan hari nya dikantor, lina mengutarakan keinginan resignnya kepada teman teman kantornya. Semua teman kantor lina kaget mendengar lina ingin resign. Walaupun berat bagi lina, akan tetapi ia beranggapan inilah jalan terbaik.

Hari demi hari lina lewati, tak terasa sebulan sudah lina tidak berkerja. Meski ia sudah keluar dari kantor tempat ia bekerja, namun gangguan masih terus saja ada. Terkadang lina agak sedikit frustasi dengan keadaan ini, untungnya ronni suami lina terus memberi semangat kepadanya.

Tak jarang juga, selama lina berada dirumah. Ia selalu menemukan binatang binatang melata seperti kelabang berkepala merah, kecoa, ratusan kerumanan semut, kumbang kelapa dan ular kecil. Semua binatang mengandung energi yang tak lazim, yang membuat lina merasa merinding ketika ingin membuangnya.

Karena dirasa ada yang tak lazim dalam rumah nya, lina menceritakan semua kejadian itu kepada ronni.
"mas..., kesini deh."

"aku mau cerita kepada mu." ucap lina.

Ronni pun mengajak lina keruang tamu, agar perbincangan dengan lina bisa terasa santai.
"kamu mau cerita apa...?." ucal ronni dengan senyum.

Tatapan lina mulai terlihat serius.
"aku mau cerita, kejadian kejadian aneh dirumah."

"mulai dari munculnya binatang binatang, sampai ular kecil pun ada." lanjut lina.

"itu kenapa ya mas...?."

"seakan akan kok binatang binatang tersebut mengandung energi negatif." ucap lina dengan keheranan.

Mendengar cerita lina, ronni tergelitik untuk mencari tahu.
"kamu tahu dari mana binatang tersebut membawa energi negatif...?." tanya ronni.

"pas ketika aku buang. Tiba-tiba aku merasa merinding mas." jawab lina.

"mungkin hanya perasaan kamu saja kali lin..!". Lanjut ronni.

Dengan nada yang sedikit tegas, lina menjelaskan hal tersebut yang memang ia rasakan.
"enggak kok mas!!, itu memang benar. Aku merasa merinding ketika membuang binatang itu." tungkas lina.

Terlihat raut muka ronni mulai menganggap hal ini serius. Ronni terdiam sebentar, pikiran nya sedang menganalisa setiap kejadian yang lina ceritakan.
"sudah tidak apa-apa, dan itu bukan apa-apa kok."

"mari kita istrirahat, mungkin kita hanya lelah." ucap ronni yang berusaha menenangkan lina.

Waktu sudah sangat larut, perbincangan lina dan ronni pun usai. Meraka kembali untuk beristirahat, karena besok ronni harus bekerja. Tepat pukul 02.30, ronni terbangun. Ia melangkah kaki nya kedapur untuk membuat kopi. Dalam heningnya malam dan hangatnya secangkir kopi, ronni memikirkan masalah yang terjadi pada lina. Walaupun lina telah resign, tetapi gangguan masih saja terjadi padanya. Ronni pun di liputi perasaan bingung dan bertanya-tanya dalam. Batinnya. "apa yang terjadi atas setiap kejadian ini...?". Ucap lirih dalam hatinya ronni.

Berbagai argumen dan analisa yang sedang ronni pikirkan. Sebungkus rokok kretek dikeluarkan dalam sakunya, lalu dihisapnya sambil serasa memikirkan kejadian tersebut. Baru sampai beberapa hisapan rokok,  ronni mempunyai firasat tetang kejadian yang lina alami. Ia merasa firasat ini sangat kuat, bahwa dukun yang waktu lina masih bekerja akan membalas dendam kepada ronni dan lina.

Sufisme Dan IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang