Bagian Dua- Sakit

85 23 20
                                    

Bau khas rumah sakit langsung menyergapnya ketika Reina membuka mata. Terakhir yang ia ingat, ia tertabrak mobil. Ia tidak yakin berapa lama ia pingsan? Satu jam? Dua jam? Enam jam?

"Auhsss" desah Reina menahan sakit di tubuhnya terutama dibagian kepala karna ia mencoba untuk duduk.

"Lo udah sadar? " tanya seorang lelaki yang tidak ia kenali. Ia langsung memencet bel di meja tepat sebelahnya berbaring. Tidak lama dokter datang memeriksa keadaannya.

" Kondisi nya sudah lumayan baik, cuma lukanya belum kering, pasien diharapkan jangan banyak bergerak dulu. " kata dokter itu bicara pada lelaki yang ia lihat saat pertama kali ia membuka mata. Dokter itu keluar setelah membisikkan sesuatu pada lelaki itu.

Seorang wanita setengah baya masuk membawa plastik berlogo salah satu swalayan di kedua tangannya.

" Eh, nak Reina sudah sadar? Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit? " wanita itu menghujaninya dengan pertanyaan penuh perhatian. Hati Reina menghangat, andai ibu nya seperti itu.

" Jangan ditanya banyak dulu ma, dia baru sadar, Langit udah panggil dokter" ujar lelaki itu, oh, namanya Langit. Dan wanita itu sudah pasti ibu nya. Reina mencoba kembali duduk, meringis karena ngilu di kepala.

"Hati-hati. " ujarnya.

" Langit, kalo gitu mama pulang dulu ya. Besok siang mama kesini lagi, mama ada urusan di butik, "ujar wanita itu sambil menatap putranya, Langit hanya mengangguk. Lalu wanita itu beralih pada Reina yang sedari tadi masih bingung, juga resah memikirkan neneknya.

" Nak Reina, tante pulang dulu ya sayang. Kamu cepat sembuh" ujarnya lembut, lalu memeluk Reina. Yang membuat Reina terpaku merasakan kehangatannya. Reina hanya mengangguk kecil. Lalu wanita itu keluar setelah mengambil tas nya di atas sofa. Tinggal Reina dan Langit berdua di ruangan itu. Reina bingung harus bagaimana, ia tidak mengenal lelaki ini. Ia melirik ke meja samping tempat tidurnya, hendak mengambil minum karna ia haus sekali rasanya. Tapi segera ditahan lelaki itu.

" Biar gue, " ujarnya, lalu membantu Reina untuk minum.

" Makasih " kata Reina setelah melegakan tenggorokannya. Lelaki itu hanya berdehem singkat.

" Omong-omong, lo yang bawa gue kesini? Makasih ya. Oh iya,hari ini gue mau pulang aja ya, gue udah ngerasa sehat kok. Nenek gue pasti bingung gua ga pulang, biasanya jam dua kan udah pulang sekolah, ini udah jam lima. Pasti nenek gue khawatir" ujar Reina panjang lebar.

" Lo udah seminggu ga sadar" ujar lelaki itu menunduk.

"HAH? Ya ampun nenek gue siapa yang jagain dirumah. Eh, lo ga kasih tau nenek gue, kalo gue kecelakaan kan? Nenek gue tuh jantung nya lemah, dia bisa sakit kalo--"

" Nenek lo, meninggal tepat di hari lo kecelakaan " lirih, tapi Reina mendengar dengan jelas apa yang lelaki itu katakan.

" Gu.. Gue ga denger. " ucap Reina tidak yakin apa yang ia dengar barusan.bisa saja ia salah dengar kan? Ya, ia salah dengar.

" Nenek lo meninggal. " ucap lelaki itu tadi, kali ini menatapa Reina. Kali ini, Reina yakin hidupnya tidak akan sama lagi.

Runtuh. Reina membatu, tidak bergerak apalagi mengatakan sesuatu. Apa lagi? Apalagi yang mau takdir berikan padanya? Pertama ayahnya yang dahulu menemui tuhan di umurnya yang ke 13 tahun, ibu nya pergi bersama lelaki lain tidak lama ayahnya meninggal. Lalu sekarang nenek yang satu-satunya ia punya pergi menyusul ayahnya.

" Dan maaf, gue yang nabrak lo sampe kayak gini. " sambung lelaki itu.

Reina menjerit. Menjambaki rambutnya sendiri, memukuli dadanya yang sesak, tidak peduli darah yang mengalir dari kepala, dan luka-luka di sekujur badannya yang kembali terbuka karena gerakan brutalnya, tidak peduli pula selang infusnya berubah warna menjadi merah. Ia meraung, menangisi takdirnya. Lelaki itu berusaha menenangkannya, memeluknya walau Reina berontak tidak sudi dipeluk olehnya. Lelaki itu hanya tidak ingin Reina melukai dirinya sendiri. Rasa bersalah semakin menyergapnya sekarang. Suster yang kebetulan melewati ruangan Reina langsung melihat keadaannya,dan terkejut melihat Reina mengamuk juga darah memenuhi sekujur badan, suster itu memanggil dokter, yang segera melihat dan menyuntikkan sesuatu hingga Reina tidak sadarkan diri.

THE FIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang