Jangan bersikap seolah paling terluka.
Bisa jadi, kamulah penoreh luka sesungguhnya.
**
" Lo ini sebenernya cantik, Rein." ucap Langit setelah menelan somaynya." udah tau, ga kaget. " ujar Reina tidak peduli ucapan lelaki itu.
Semenjak kejadian di kolam renang hampir sebulan yang lalu, komunikasi mereka memang lebih santai. Reina juga tidak terlalu dingin dengan Langit, tapi tetap saja sikap sinis gadis itu tidak hilang.
" Gue tuh suka sama cewek yang percaya dir-"
" cot. " sahut Reina langsung memotong ucapan Langit.
" Kok salah tingkah gitu? Lo suka ya sama gue? " Langit menyeringai melihat Reina yang semakin salah tingkah.
" Jijik ih. Gue masih benci kalo sama lo. Jangan lupa. " balas Reina menatap sinis ke Langit.
" Iye ga lupa. Lo juga jangan kelabasan, ntar benci jadi cinta. Kan enak gue nya. " sahut Langit santai, lalu mengeluarkan kotak rokok dari kantong celananya.
" Lo mau ngapain? "
" Ngerokok lah. " ucap Langit sambil menghidupkan rokok diselipan bibirnya.
" Jauh-jauh sono ah. " usir Reina sambil mengibaskan tangannya pada Langit.
Langit tidak menghiraukan gadis itu, malah semakin gencar menghembuskan asap rokoknya ke Reina.
" LANG, AH! " teriak Reina spontan sesaat setelah terbatuk, membuat seisi warung belakang sekolah menatap mereka penasaran berdua.
" Kalo jadi pacar gue harus tahan sama asep rokok. " ujar Langit setelah mematikan rokoknya. Tidak tega melihat gadis itu terbatuk sampai mukanya memerah.
" Dih, siapa juga yang mau jadi pacar lo! " ketus Reina lalu meminum es jeruk miliknya.
" Ya siapa tau, jadi biasain lah mulai sekarang. "
" Lo aja yang biasain ga ngerokok deket gue. "
" Nah, mau lo jadi pacaran dengan gue? " tanya Langit sambil tersenyum miring.
" Gak. Jijik. " ucap Reina yang malah membuat Langit tertawa. Membuat gadis itu memandang lelaki di depannya heran.
Namanya juga orang gila.
" Jangan sampe cewek didepan hamba ini nyesel ya Allah pernah ngomong gitu. "
Ucap Langit sambil mengadahkan kedua tangannya, membuat Reina tertawa sampai ke mata." Gila emang ni anak. " ucap Reina di sela-sela tawanya.
" Mana orang berdoa dikata gila sih, ah! " sungut Langit pura-pura kesal. Berapa detik kemudian ikut tertawa bersama Reina.
Kan? Emang Langit itu gila.
Langit menghentikan tawanya ketika ponsel lelaki itu bergetar.
" Nanti temen-temen gue dateng lo diem aja ya, nunduk. " ujar Langit serius setelah memasukkan ponselnya ke kantong celana.
Kenapa? Apa Langit malu karena ia gadis cacat.
" Kenapa? " tanya Reina.
" Nanti para cengcorang itu naksir lagi, abis lo manisnya lebihin gula. " ujar Langit cengengesan.
" Halah-"
" WASAP BRADER! " siapa lagi yang suka berteriak seperti itu disini? Seisi kantin juga tau tanpa menengok.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIRST
JugendliteraturKisah mereka bukan kisah seperti kebanyakan remaja. Bertemu untuk saling membenci, bersama untuk saling mencintai, dan berpisah untuk saling mengerti. Apakah yang berawal dari kehancuran akan berakhir dengan hancur juga? " Bisakah kita cukup salin...