Kondisinya memburuk, kakinya mulai tidak dapat digerak, dan sekarang dia harus hidup bergantung pada kursi roda.
Yeri berbicara di seberang telepon. Seulgi dengan serius mendorong kursi roda dari koridor ke tempat lain. Sesekali dia mendongak dan melirik Joohyun, ingin mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
“Lihatlah, aku masih bisa berdiri.”
Seulgi memegang lengan kursi dengan kuat, tapi kakinya tetap hanya bisa menempel di lantai dengan lemas dan kapan saja bisa jatuh. Dia mengatupkan giginya, pipinya berubah jadi merah dan warna merah itu mulai naik ke telinga. Joohyun dengan cepat mengakhiri telepon dan membantunya. Seulgi tiba-tiba membengkokkan siku tangannya dan jatuh kembali ke kursi.
“Gagal, gagal, heheh…”
Dia menggaruk kepalanya dan dengan semangat ingin mencoba lagi. Joohyun terlebih dahulu manahan bahunya agar dia tetap duduk di kursi roda.
“Aku percaya denganmu.”
“Kamu pasti akan sembuh, yang kamu butuhkan adalah waktu.”
“Kita pelan-pelan saja.”Seulgi menundukkan kepalanya seolah sedang berpikir dengan serius.
“Dance juga telah meninggalkanku.”
“Aku sudah tidak punya apa-apa lagi.”Joohyun mendengarnya berbisik.
… …
Pekerjaan dan urusan keluarga membuat Joohyun akhir-akhir ini jarang bisa duduk di kursi. Dia kembali memperhatikan kondisi Seulgi setelah sekitar satu bulan.
Yeri yang di seberang sana sudah menangis sampai susah bernapas. Joohyun menggenggam kuat teleponnya yang hampir jatuh ke bawah. Telapak tangannya dibasahi keringat dingin yang lengket.
Perkataan orang itu seperti racun yang menghabiskan tulangnya. Jiwanya dibakar dan kian habis, berusaha untuk keluar dan mengeluarkan teriakan yang mengerikan tetapi tidak ada tempat untuk bersembunyi. Dia menangis minta ampun, bertobat dan meminta Tuhan untuk mengasihani orang yang dia cintai. Tetapi di dalam tubuhnya yang tak berguna itu, jantung hanya berdebar dengan sia-sia.
Kata Yeri, dia melihat Seulgi duduk di kursi roda dengan seluruh badannya dicondong ke depan, tangannya hampir lepas dari kedua sisi wastafel. Air yang mengalir meninggalkan jejak merah muda di wastafel. Ketika Seulgi mendongak, dagunya sudah penuh dengan warna merah yang indah sekaligus menusuk mata. Dia menggunakan air untuk membersihkan darah, dan menunjukkan senyumnya sangat dipaksa, tetapi dia terus menghirup udara karena kesakitan.
“Tidak masalah, aku baik-baik saja, jangan khawatir…”
Dia terus berbisik tapi tidak tahu sedang berbicara kepada siapa, kemudian wajahnya muncullah kesedihan yang amat besar.
“Di mana Joohyun?”
“Aku menyesal masih ada banyak hal yang belum kukatakan padanya.”Air mata keluar dari matanya yang menyipit. Suara tertawa Seulgi seperti awan di atas langit, akan dengan mudah menghilang jika bersatu dengan udara.
“Yeri, kamu tahu tidak?”
“Biasanya orang di film kalau muntah darah berarti sudah dekat dengan mati.”Bagaimana mungkin Yeri tidak tahu dengan kondisi Seulgi sekarang. Siapa yang tidak bisa masa bodoh hanya untuk lari dari kenyataan dan mencari alasan untuk ketenangan sesaat, tapi masalah sudah berkembang menjadi keadaan sekarang. Dia baru sadar, Seulgi masih berjalan jauh di depan, hingga ujung yang hampir ditelan oleh cahaya.
Kita berjuang untuk maju, tetapi itu seperti kapal berlayar melawan arus air, sudah ditakdirkan untuk terus mundur.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
《SeulRene》Pernikahan (✔)
NouvellesBae Joohyun: "Awalnya aku pikir, kalo dia berani merebut, aku juga berani pergi dengan dia" Kang Seulgi: "To like is to run wild, to love is to restrain. Tetapi, sampai saat ini aku baru sadar bahwa rasa cinta itu tidak dapat ditahan."