Tidak lama lagi aku akan lulus dari SMP. Aku sangat senang, dan aku bertekad pada diriku sendiri untuk memulai semuanya dari awal lagi. Sejak aku SD hingga saat ini aku berada di bangku SMP, aku tidak pernah memiliki teman di sekolah. Alasannya karena aku ini bukan seorang anak yang pandai bergaul, selain itu aku juga begitu pendiam dan pemalu. Aku rasa orang-orang di sekitarku tidak bisa menerima kondisiku yang seperti ini, itulah mengapa mereka selalu mengabaikanku, dan tanpa sadar akupun selalu menjadi manusia transparan. Yah begitulah setidaknya kanggilan orang-orang terhadapku.
Apa aku kesepian? Sejujurnya, aku memang merasa sedikit kesepian. Tapi, akupun tidak bisa memaksakan diriku untuk menjadi seperti yang diinginkan orang lain. Oleh karena itu, akupun membiarkannya berjalan apa adanya. Meski terkadang, sering kali aku mendengar orang-orang bergosip tentangku, meski menyakitkan tapi aku baik-baik saja, selama mereka tidak melukaiku secara fisik, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Hei, kalian tahu tidak? Kemarin aku melihat Reika dengan seorang pria," terdengar pembicaraan gadis-gadis di belakangku, sepertinya mereka mulai bergosip lagi. Saat ini aku tengah duduk di bangkuku sembari membaca komik yang baru kubeli kemarin. Kelas masih sangat pagi sehingga ruangan ini masih terisi oleh beberapa murid saja.
"Heeee, benarkah? Bukankah Reika bilang bahwa dia tidak pernah pergi keluar dengan pria? Bukankah dia bermuka dua? Dia berpura-pura menjadi gadis polos, tapi sering berkencan dengan banyak pria. Menjijikan." ucap salah seorang dari mereka. Eh, kenapa aku jadi menguping obrolan mereka?
"Ohayou minna~" tak berselang lama, terdengar sapaan Reika. Seperti biasa, ia selalu ceria.
"Ah, Reika-chan, ohayouu~"
"Ohayouu Reika-chan, kami sedang menunggumu. Kemarilah, ada yang ingin kuperlihatkan." Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tak habis pikir. Saat Reika tak ada mereka membicarakannya dengan buruk. Tapi saat di depannya, mereka seperti seorang teman yang baik. Menakutkan sekali, bukan? Yah, meskipun mereka juga sering membicarakanku, tapi setidaknya mereka tidak berpura-pura baik di depanku. Sungguh, aku benar-benar benci orang-orang yang berpura-pura seperti itu. Ada baiknya juga aku yang seperti ini. Karena aku yang seperti ini, jadi aku tidak perlu banyak bersosialisasi. Bagiku, hubungan antar manusia itu begitu rumit.
Namun, semakin aku dewasa, aku semakin mengerti bahwa aku tidak bisa selamanya sendirian seperti ini. Itulah alasan kenapa aku ingin berubah saat SMA nanti, tapi di sisi lain aku takut jika aku akan menjadi sosok yang paling ku benci. Apakah menjadi orang dewasa itu berarti kau harus akrab dengan kebohongan? Apakah agar bisa diterima kau harus berteman dengan kebohongan? Aku.. sama sekali tidak mengerti.
"Hirate-san!" tiba-tiba Nana si ketua kelas memanggilku. Aku tahu, bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik. Aku ingin menoleh, tapi rasanya sulit sekali, leherku terasa benar-benar kaku.
"Oi, Hirate! Apa kau tidak mendengarku??" kurasa Nana sudah jengah memanggilku dan kuabaikan, hingga akhirnya dia menghampiriku.
"Tak bisakah kau segera merespon saat aku memanggilmu dengan begitu keras?? Kau tahu, semakin hari kau semakin terlihat aneh. Dan itu sangat menjengkelkan!" aku hanya bisa menunduk mendengar celotehannya.
"Gome." lirihku. Aku tidak tahu kenapa aku selalu seperti ini dan tidak pernah bisa melawan meskipun aku ingin. Tapi, akupun sadar. Aku hanya tidak ingin membesar-besarkan sesuatu dan membuatnya semakin rumit.
"Ck, bahkan semutpun tidak bisa mendengar suaramu itu. Ini, formulir pendataan SMA. Cepat kau isi dan berikan pada Sichiro sensei." iapun kemudian pergi meninggalkanku. Sejujurnya, meskipun ia sedikit kasar, ia satu-satunya murid yang masih mengajakku berbicara. Aku tidak tahu apa aku harus senang atau kesal karena hal itu. Yah, namun setidaknya aku tidak pernah ketinggalan informasi kelas karena Nana-san selalu memberitahuku.
Akupun memperhatikan kertas pendataan di mejaku ini. Sejujurnya, aku belum memutuskan akan masuk ke SMA mana. Tapi, aku lumayan suka menulis dan aku berpikir untuk bersekolah di sekolah yang berasrama dan yang memiliki jurusan sastra. Dan aku menimbang-nimbang untuk mendaftar di Zelkofa High School di Tokyo. Sekolah khusus wanita, dan di sekolah itupun terdapat jurusan dan club sastra. Selain itu, SMA Zelkofapun memiliki asrama bagi murid luar Tokyo. Kurasa aku bisa membangun kemandirian dan keberanianku jika tinggal di asrama.
Ohya, dan juga sejujurnya beberapa hari lalu, aku secara iseng mendaftarkan cerpen yang kutulis di perlombaan cerpen SMP yang diadakan Koran Nihon. Ajaibnya aku memperoleh peringkat 3! Dan akupun mendapatkan satu set alat menulis. Aku sangat senang! Oleh karena itu aku ingin memperdalam tulisanku. Kurasa SMA Zelkova adalah sekolah yang pas untukku. Meskipun, sebelumnya aku berfikir untuk bersekolah di luar negeri. Aku pikir satu-satunya cara agar aku bisa terlahir kembali adalah dengan meninggalkan Jepang. Tapi, karena kemampuan B. Inggriku sangat payah, akupun tak dapat melakukannya. Aku sangat sedih. Aku akan meningkatkan bahasa Inggrisku di SMA nanti, aku berjanji!
Tapi, kupikir ini juga merupakan hal yang bagus. Karena.. Aku tidak boleh selamanya melarikan diri, kan? Aku akan berusaha menjadi sebaik mungkin. Dan menjadi Hirate yang baru.
**
Hari ini akhirnya datang juga, hari kelulusanku! Aku sengaja merapikan rambutku dengan pergi ke salon dengan Ibuku. Aku ingin terlihat bagus di foto kelulusanku! Saat ini pukul 08.00 a.m dan kelaspun masih terasa sepi. Acara kelulusan akan dimulai pukul 09.00 a.m, itulah kenapa masih sedikit murid yang berlalu lalang di sekolah. Akupun mulai memperhatikan isi kelasku lamat-lamat.
Tak ada kenangan yang berarti, apalagi membahagiakan. Tapi aku senang karena aku bisa bertahan selama 3 tahun di kelas ini. Akupun mulai melangkah perlahan sembari menikmati pemandangan kelas yang tak akan kulihat lagi. Tiba-tiba, air mataku menetes. Sejujurnya, selama ini aku benar-benar merasa kesepian. Aku selalu berharap ada seseorang di sisiku dan berbagi cerita denganku.
Aku.. ingin memiliki seorang teman!
Aku tidak tahu kenapa sulit sekali memulai pembicaraan dengan orang lain. Aku tidak mengerti kenapa suaraku sukar untuk kukeluarkan. Akupun kembali memikirkannya. Semua pemikiran orang-orang tentang diriku. Apa aku ini benar-benar orang aneh? Apa aku satu-satunya orang aneh disini? Aku tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti. Apa yang salah? Kenapa aku seperti ini? Siapapun, tolong jawab aku!
Akupun menyeka liquid bening yang berhasil runtuh membasahi kedua pipiku. Mencoba untuk tersenyum, dan menguatkan diriku sendiri. Aku pasti, akan berubah saat SMA. Aku tidak akan kesepian lagi. Aku akan memulainya dari awal! Semua kenanganku di SMP ini, aku akan meninggalkannya tanpa jejak. Akan kutinggal dan tak akan pernah aku kembali ke masa-masa itu. Si aneh Hirate, Si transparan Hirate. Aku akan mengubur semua itu dalam-dalam! Aku akan terlahir.. menjadi manusia baru! Akan kupastikan itu!
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Katharsis - Hirate Yurina [COMPLETED]
RandomOrang-orang mengatakan padaku untuk menjalani hidup apa adanya seolah-olah mereka mengerti hidupku. Memangnya, apa itu hidup? Jika aku menjadi seperti apa yang mereka inginkan, apa aku bisa bahagia? Tapi memangnya, apa itu kebahagiaan?