III. A Girl in a Dream

241 27 3
                                    

Terdengar deru alunan air sungai yang mengalir dengan indahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar deru alunan air sungai yang mengalir dengan indahnya. Perlahan kusadari bahwa aku berada tepat di sungai yang mengalir tersebut, di sebuah tempat tak asing namun tidak kuketahui dimana. 'Tempat ini lagi?" gumamku. Aku tahu bahwa aku sering kali berada di tempat ini, tempat yang sunyi dengan semua pemandangan alam yang hidup dan tengah menjalani aktivitas mereka masing-masing. Air sungai masih mengalir perlahan dengan anggunnya, kupu-kupu yang menari di udara, tak lupa para seranggapun ikut bernyanyi dengan indahnya sebagai musik alami bagi para makhluk hidup. Namun disini aku terdiam, di atas bebatuan, memandangi pemandangan di depanku dan merasakan kesegaran dan keindahannya. Aku tidak tahu sudah berapa kali aku melihat ini, namun rasanya masih tetap sama, sungguh menakjubkan. Jika kudeskripsikan tempatku saat ini, di sebelah kanan tempatku berdiri terdapat sebuah terowongan besar yang sedikit runtuh dengan sisa puing-puing yang berserakan di jalan. Berbanding terbalik dengan pemandangan di depanku yang begitu indah, ketika aku menoleh ke belakang dan memandangi sekitarnya, aku hanya mendapati reruntuhan dan kegelapan tanpa suara kehidupan yang terdengar.

Mungkin itulah alasan kenapa aku enggan untuk beranjak dari tempatku saat ini dan hanya memperhatikan pemandangan indah yang berada di depanku. Jika kau bertanya mengapa aku tidak mendatangi tempat itu dan malah hanya berdiri di tengah-tengah seperti ini, akupun tak begitu mengerti alasannya. Mungkin saja aku hanya merasa segan untuk menghancurkan tempat itu dengan keberadaanku disana, kurasa melihat mereka hidup bahagia seperti itu saja sudah cukup untukku.

'BUG'

Terdengar suara sebuah besi kawat yang terjatuh, akupun hanya melirik ke arah belakangku dan berusaha agar tidak bereaksi berlebihan. Sejujurnya, tidak hanya ada aku saja di tempat ini. Yah, satu orang lainnya yang kuketahui ada di tempat ini tengah bersembunyi diantara reruntuhan dan kawat besi di belakangku. Aku tahu bahwa dia memperhatikanku setiap saat, tapi aku terlalu malas hanya untuk mencari tahu siapa dia, jadi kubiarkan saja hingga dia yang menunjukkan batang hidungnya sendiri ke hadapanku. Lagipula apa yang bisa dia lakukan? Apa dia akan membunuhku? Membunuhkupun tak ada gunanya karena aku tak memiliki apapun. Ah, tapi jika dia seorang psikopat sih itu mungkin saja terjadi, membunuh hingga bahkan memutilasi tubuhku hanya untuk bersenang-senang. Ah, sudahlah biarkan saja. Jika hal itu benar-benar terjadi mungkin memang sudah takdirnya begitu. Aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Tak berselang lama, akupun merasakan cahaya yang menyilaukan dari arah kiriku hingga aku menutup mataku.

Aku membuka mata dengan cepat dan melihat sebuah lampu gantung di atasku, akupun segera bangun dan melihat sekitarku, sebuah kamar yang berpondasikan kayu menyambut pemandanganku. "Ah, aku bermimpi itu lagi," aku bergumam lagi. Aku baru tersadar bahwa tempat tersebut hanya mimpi belaka, anehnya aku seringkali memimpikan tempat tersebut dan baru mengingatnya ketika aku terbangun.

"Kau bermimpi apa?" tiba-tiba suara Monta membuyarkan lamunanku. "Eh, kau sudah bangun?" bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah balik bertanya.

"Iya, aku terbangun dan tidak bisa tidur lagi." ucapnya, aku melihat jam. Dan tengah menunjukkan pukul 05:00 AM. Masih sangat pagi untuk memulai aktivitas. "Techi, apa kau mau mencoba pemandian air panasnya?" ucap Monta kemudian.

"Hehhh, jam segini?? Kau yakin?"

"Iya, kudengar berendam di air panas jam segini akan terasa lebih menyegarkan.

"Benarkah? Mungkin kita bisa mencobanya!" ucapku bersemangat. Montapun tersenyum lebar dan segera beranjak mencari handuk sedangkan aku mengikuti di belakangnya.

Kamipun pergi menuju tempat pemandian air panas setelah membawa peralatan mandi. Dan tanpa sengaja mataku menatap seorang gadis yang tengah berdiri di depan kolam ikan sembari menatap langit. Tanpa sadar aku tertegun melihatnya, dia seorang gadis yang kulihat kemarin. Dengan rambut panjang yang tertiup oleh angin, membuat sosoknya terlihat menakjubkan.

"Techi, apa yang kau lakukan disana?" tiba-tiba suara Monta membuyarkan lamunanku. Akupun segera menoleh dan berlari kecil ke arahnya.

"Maaf, tadi aku melihat sesuatu dan tanpa sadar aku berhenti."

"Eh, Techi kau menangis? Kenapa? Ada apa?" ucapan Monta membuatku bingung, akupun refleks menyentuh pipiku dan merasakan genangan air membasahinya. 'Ehh, kenapa aku menangis?'

"Techi kau baik-baik saja?" tanya Monta lagi.

"A-aku baik-baik saja. Aku tidak tahu kenapa pipiku jadi basah seperti ini." akupun jadi tersenyum hambar, entah kenapa aku jadi merasa sedih dan ingin menangis.

"Memangnya apa yang kau lihat sehingga kau menangis?"

"Ah. Itu seorang.. Gadis." akupun berucap sambil menunjuk pada gadis yang kutemui tadi pada Monta. Tapi saat aku menoleh dia sudah tidak ada.  'Eh, dia sudah pergi?' batinku.

"Seorang gadis? Mana?" tanya Monta lagi.

"Tadi dia disana." balasku. Monta menyipitkan matanya, sepertinya dia tidak percaya padaku.

"Ah lupakan. Mungkin aku salah lihat, ayo cepat kita ke pemandiannya!" akupun segera menarik tangan Monta dan meninggalkan tempat itu. Akupun melirik sekilas ke tempat itu lagi, apa gadis itu langsung pergi setelah Monta memanggilku? Dan kenapa juga aku bisa menangis tanpa sadar? Apa karena aku iba dengan gadis itu? Aku sungguh tidak mengerti.

To be continued..

Katharsis - Hirate Yurina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang