"Hal yang aku lupakan adalah, bahwa waktu terus berjalan, kehidupanpun berubah, keadaan berubah, dan bahkan perasaan manusiapun dapat berubah. Ketika semua yang ada di sekitarku berubah di saat aku juga ingin merubah diriku, lantas apa yang harus kulakukan?"
Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku dan teman-temanku mengunjungi pemandian air panas ketika liburan. Dan tidak terasa, waktupun telah berjalan selama setahun sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di sekolah ini. Akupun kini telah menjadi murid kelas 2. Berbeda dengan diriku saat di SMP, aku menghabiskan waktu SMAku dengan banyak kenangan yang menyenangkan. Aku harap hal-hal yang menyenangkan ini akan terus berlangsung. Aku sangat menyukai teman-temanku!
Hari ini aku tengah bersiap untuk kelas pertamaku menjadi murid kelas 2. Akupun memakai seragam musim panas yang baru. Ah, dan juga rambutku sudah lebih panjang dari sebelumnya. Aku berencana untuk memanjangkannya karena teman-temanku bilang akan bagus jika aku memiliki rambut panjang haha. Sebenarnya, aku tidak pernah berpikir untuk memiliki rambut panjang sebelumnya. Aku menyukai rambut pendek, karena aku tidak perlu repot untuk mengurusnya, dan juga akupun bisa irit dalam penggunaan shampoo. Alasan yang tidak masuk akal, kan?
Akupun kini telah memasuki pekarangan sekolah, dan matakupun menangkap sesosok pria tinggi yang tak asing berjalan di depanku. Dia, Murakami Arata-san. Sebelumnya, aku pernah tanpa sengaja bertemu dengannya di perpustakaan beberapa waktu lalu. Meskipun ini sekolah khusus wanita, tapi dia tidak jarang mengunjungi SMA Zelkova, hal itu karena dia merupakan anak Murakami sensei, guru sastra Jepang di sekolah ini. Itulah kenapa banyak murid yang mengenalnya, dan kurasa dia juga cukup terkenal karena parasnya yang cukup..tampan. Oh, dan juga dia saat ini bersekolah di sekolah khusus pria juga tak jauh dari sini, itulah kenapa ia sering sekali datang kesini.
"Hirate-san?" eeh, tiba-tiba Murakami-san menoleh dan memanggilku! Aku terlalu terkejut hingga aku tak dapat menjawab panggilannya dan hanya menatapnya seperti orang bodoh. Dan saat kusadari, ia mulai berjalan mendekat ke arahku. Akupun semakin gugup dan merasakan wajahku yang menjadi panas. Eh, apa yang terjadi padaku?
"Kau baik-baik saja?"
"Ah, hai!" ucapku cepat dan juga lantang, kulihat ekspresi wajahnya yang kebingungan. Akupun merutuki diriku sendiri, kenapa aku jadi sangat gugup seperti ini? Tak lama dia malah jadi tertawa kecil, dan kali ini aku yang kebingungan.
"Kenapa? A-apa ucapanku terdengar aneh?" akupun mulai serius menanggapinya.
"Ah tidak, aku hanya terkejut saja mendengarnya. Maaf."
"Ah, tidak, tidak masalah." Selama beberapa detik kamipun hanya saling diam dan membuang muka hingga akhirnya diapun angkat bicara, "Selamat! Sekarang kau sudah kelas 2, kan? Kelas 2 itu memang tidak sesibuk kelas 1, jadi kau bisa lebih bersantai. Tapi ingat, jangan berlebihan. Kau harus tetap fokus pada pelajaranmu. Kau paham, kan?" ucapnya. Akupun mengangguk kecil.
"Murakami-san juga sudah kelas 3, ya? Jadi nanti akan menghadapi banyak ujian, kau juga harus semangat ya." balasku. Dia hanya tersenyum kecil.
"Baiklah kalau begitu, aku duluan ya? Bye bye."
"Emm, bye bye!" balasku. Iapun pergi menyisakan diriku yang masih terdiam di tempatku. Sejujurnya, aku selalu merasa gugup jika berada di sekitar Murakami-san. Ah, sudahlah lupakan. Aku tak ingin memikirkan hal-hal yang aneh. Akupun segera beranjak menuju kelas.
Sesampainya di kelas, akupun segera duduk di bangkuku dan tak berselang lama, Yui datang dengan wajah bahagianya. 'Apa dia habis mendapatkan lotre? Dia terlihat bahagia sekali' batinku.
"Yui-channn. Jadi bagaimana??" tiba-tiba Montapun terlihat sangat bersemangat. "Eh, doushita nda?" tanyaku bingung."Ah,,maaf Techi sepertinya aku belum memberitahumu. Itu.. Kau tahu Murakami Arata-san? Anak Murakami sensei." akupun mengangkat alisku. "Ada apa dengannya?" tanyaku lagi. Kulihat Yui yang menjadi tersipu malu. Montapun segera berbisik padaku, "Yui menyukainya." eh?
"Ah, Yui-chan jadi kau menyukai Murakami-san ya?" ucapku kemudian. Sejujurnya, aku merasa ada yang aneh pada diriku, aku merasa agak sedih mendengarnya.
"Hushh, ini rahasia. Sebenarnya, tadi aku memberikannya coklat buatanku. Dan dia menerimanya! Ahh, aku senang sekali~!" Cantik. Itulah yang kupikirkan saat ini, melihat Yui yang berbunga-bunga itu tampak cantik. Meskipun aku sedikit sedih, tapi melihat Yui bahagia seperti itu, akupun jadi ikut tersenyum.
"Omedetou, Yui-chan. Aku akan selalu mendukungmu. Ganbatte, ne!" ucapku menyemangatinya. Lalu, tak lama kemudian sensei pun datang dengan seorang anak perempuan. Membuat seisi kelas cukup gaduh membicarakan anak perempuan di depan itu. "Murid baru, kah?" lirihku.
"Minna, mulai hari ini kalian akan mendapatkan teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu." anak perempuan itupun mengangguk ketika sensei memintanya untuk memperkenalkan diri.
"Selamat pagi. Nagahama neru desu. Saya berasal dari Nagasaki. Yoroshiku Onegaishimasu."
"Baiklah Neru, kau bisa duduk di bangku kosong itu." Nerupun segera pergi ke bangku kosong yang dimaksud. Aku melihatnya sekilas ketika ia melewati bangkuku. Dia sangat kawaii dan diapun sempat tersenyum juga padaku. Sepertinya dia orang yang ramah dan mudah bergaul.
Kemudian, bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa aku dan yang lain akan pergi ke kantin untuk makan disana. "Ah, maaf aku lupa jika aku harus mengumpulkan catatanku pada Arimaki sensei saat istirahat. Kalian duluan saja, aku akan menyusul segera." ucapku tiba-tiba saat kami tengah menuju kantin. Ah, hampir saja aku melupakannya. Jika aku tidak mengumpulkannya saat istirahat, nilaiku akan kosong.
"Baiklah. Kami akan menunggumu di tempat biasa." balas Yui. Akupun segera kembali ke kelas untuk mengambil buku catatanku. Saat aku memasuki kelas, kulihat sosok Neru tengah berada di bangkunya sendirian. Benar juga, dia pasti tidak punya teman karena dia murid baru. Eh, tapi kenapa tidak ada yang mengajaknya ya? Aku merasa bahwa tak ada seorangpun yang berbicara dengan Neru sejak tadi. Sejujurnya, aku ingin bicara padanya. Tapi aku bukanlah tipe orang yang mudah bergaul, meskipun aku ingin, aku tak bisa melakukannya. Akupun perlahan menuju bangkuku dan mencari buku catatan yang kubutuhkan.
"Ah,, sedihnya. Menjadi seorang murid baru itu ternyata cukup sulit, ya?" tiba-tiba aku mendengar suara Neru yang seperti tengah berbicara pada seseorang. Eh, apakah dia sedang berbicara padaku? Mengingat tak ada seorangpun disini. Akupun menolehkan kepalaku ke arahnya, ia tengah melihat ke sisi jendela, namun tak lama iapun menolehkan kepalanya, saat itulah pertama kalinya kami saling bertatapan, ia melihatku sembari tersenyum kecil.
"Aku rasa, aku akan dikucilkan di kelas ini. Deshou?" eh? Apa aku salah dengar? Dia mengatakan itu tepat sembari menatap mataku dan dengan menampikan senyumannya. Aku tidak mengerti. Apa dia sedang mengajakku berbicara? Atau dia tengah berbicara sendiri dan kebetulan saja melihat ke arahku? Akupun akhirnya dengan berani mencoba untuk berbicara dengannya.
"Nagahama-san. Apa kau tahu dimana letak kantinnya? Jika tidak, aku bisa mengantarmu." ucapku akhirnya.
"Ehh?? Benarkah?? Kau bersedia menemaniku??" diapun dengan segera berdiri dan sedikit menghentak-hentakkan kakinya. Dia jadi terlihat sangat antusias. Aku hanya mengangguk pelan untuk membalasnya. Diapun segera menghampiriku.
"Arigatou, Techi. Yoroshiku onegaishimasu." akupun hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
"Tunggu sebentar, aku ambil buku cata_" eh, tunggu. Bagaimana dia tahu nama panggilanku? Aku yakin teman-temanku tidak memanggilku hari ini. Akupun segera membalikkan badanku ke arahnya.
"Doushitano, Techi?" tanyanya kemudian masih dengan senyumannya itu. Senyuman yang tak bisa kuartikan. Dia ini, siapa sebenarnya?
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Katharsis - Hirate Yurina [COMPLETED]
RandomOrang-orang mengatakan padaku untuk menjalani hidup apa adanya seolah-olah mereka mengerti hidupku. Memangnya, apa itu hidup? Jika aku menjadi seperti apa yang mereka inginkan, apa aku bisa bahagia? Tapi memangnya, apa itu kebahagiaan?