IX. Katharsis

80 9 1
                                    

Saat ini aku tengah berjalan di halaman belakang sekolah, sebuah tempat yang jarang sekali dikunjungi murid lain karena kejadian tragis yang pernah terjadi di tempat ini beberapa bulan lalu.

Langkahku pun terhenti tepat di depan garis polisi yang sudah tampak usang. Masih kuingat jelas kejadian di hari itu, dimana dunia berubah menjadi merah dalam hitungan detik. Aku pun kembali merasakan mual sehingga tubuhku tak sanggup menopang berat tubuhku dan membuatku jatuh terduduk di tempat ini. Nafasku terasa sesak ketika potongan-potongan memori di hari itu kembali terputar di kepalaku. Bagaimana berantakannya kami malam itu, dan bagaimana dosa menggoroti jiwa kami pada malam itu.

Author POV

6 bulan yang lalu...

"Neru, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf! Saat itu, saat itu aku tidak bermaksud membunuhnya. Aku hanya begitu kesal padanya dan tidak sengaja mendorongnya. Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku akan melakukan apa saja agar kau memaafkanku." rengek Yui pada Neru tanpa henti. Namun Neru yang melihatnya hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Seperti ini?" Neru berucap sembali sedikit mendorong tubuh Yui yang telah berada di ujung balkon tak bersangga, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"TIDAAAKK!!!"

"NERU APA YANG KAU LAKUKAN!!????" Hirate begitu histeris menyaksikan perbuatan Neru tepat di depan matanya. Ia berusaha bangkit dan berlari ke ujung balkon guna menyelamatkan Yui. Namun terlambat, yang saat ini hanya bisa ia lihat adalah tubuh Imaizumi Yui yang telah tergeletak di tanah dengan genangan liquid merah di sekelilingnya. Hirate tersentak, tubuhnya menjadi lemas seketika hingga ia hampir kehilangan keseimbangan. Ia mungkin akan mengalami hal yang sama dengan Yui jika saja Neru tidak menopang tubuhnya.

Hirate terisak dan menangis dengan histeris. Tubuhnya benar-benar gemetaran hingga Neru memeluknya guna menenangkannya. Tak berselang lama, suara sirine polisi dan ambulance pun memecahkan suasana mencekam malam itu. Para medis segera mengangkut tubuh Yui dan membawanya ke rumah sakit, dan beberapa polisi terlihat berlarian menyebar ke seluruh sekolah.

"Membunuh seseorang sebagai bentuk balas dendam, rasanya sangat menyakitkan ya? Kukira aku akan merasa lega karena telah membunuh pembunuh Hikari." lirih Neru masih dengan menenangkan Hirate. Hirate tak bergeming, mungkin saja saat ini ia telah kehilangan indera pendengarannya karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja ia saksikan. Meski begitu, Neru terus bercerita pada seorang gadis yang sedang ia peluk saat ini.

"Ayuzawa Hikari-chan adalah sahabat baikku sejak kecil. Aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri. Namun, kita harus berpisah saat SMP karena Ayahku harus dinas di Nagasaki. Hikari itu orang yang lembut dan juga mudah hancur, aku sangat khawatir karena aku tidak akan bisa menjaganya dari orang jahat. Tapi, dia bercerita bahwa dia memiliki teman yang sangat baik. Teman itu adalah Imaizumi Yui." Neru menghentikan ucapannya dan mengambil nafas dalam.

"Saat itu, aku sangat senang mendengarnya karena aku tidak perlu mengkhawatirkan Hikari lagi. Kupikir Imaizumi bisa menggantikan peranku untuk melindunginya. Tapi setahun setelahnya, Hikari meninggal karena bunuh diri. Yah, itulah setidaknya yang dikatakan pihak sekolah. Tentu saja, aku tidak mempercayai hal sebodoh itu, aku sangat mengenal Hikari, selemah apapun dia, dia tidak akan memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri." Neru pun melepas pelukannya pada Hirate saat ia merasa tubuh Hirate telah berhenti gemetar.

"Techi, kau tahu? Hikari-chan, sangat mirip denganmu. Dia sangat baik, dan penuh perhatian pada semua orang. Gadis seperti dirinya, tidak akan pernah melakukan hal seperti itu seberat apapun keadannya. Lalu, aku mencari tahu penyebab sebenarnya dibalik kematian Hikari selama setahun, dan mendapati bahwa Imaizumi yang merupakan teman baiknya, merudungnya di sekolah hanya karena pria yang ia sukai, menyukai Hikari. Hingga aku menemukan rekaman cctv di balkon dimana Imaizumi dengan sengaja mendorong Hikari hingga ia terjatuh." Neru hanya tersenyum sinis saat mengingatnya.

"Betapa memuakkannya sekolah itu hingga menutupi kejahatan seorang murid hanya demi uang. Kau tahu? Hatiku sangat hancur saat itu."

"Neru.." Hirate yang sudah tersadar pun berucap dengan lirih, mendengar penuturan Neru membuatnya semakin bingung dalam menghadapi keadaan saat ini.

"Maaf karena telah memanfaatkanmu, Hirate-san. Maaf karena melibatkanmu ke dalam lingkaran setan ini. Kau tidak perlu memaafkanku, tapi mulai sekarang.. hiduplah dengan lebih bebas dan jadilah dirimu sendiri. Hirate Yurina, aku menyukaimu!" Neru tersenyum dengan sangat manis, Hirate yang melihatnya merasa terpana karena ini pertama kalinya ia melihat senyum tulus dari Neru. Tanpa mereka sadari, beberapa polisi pun sudah memasuki pekarangan dan mulai menyeret mereka berdua untuk diinterogasi.

******

"Neru kau baik-baik saja?" Hirate memulai pembicaraan sesaat setelah Neru duduk di hadapannya.

"Hm, aku baik-baik saja. Kau sendiri? Kau memotong rambutmu sangat pendek, aku hampir tidak mengenalimu. Kau tahu? Kau terlihat sedikit tampan dengan rambut seperti itu." Neru sedikit tertawa saat mengucapkannya. Hirate yang mendengarnya pun hanya terkekeh dan merasa sedikit malu.

"Apa kau makan dan tidur dengan baik?" tanya Hirate lagi.

"Hmm.. Makanan disini tidak terlalu buruk. Jangan khawatir, aku menjaga diriku dengan baik. "

"Neru?"

"Hm?"

"Kenapa.. saat itu kau menelfon polisi?" Neru tersenyum mendengar pertanyaan Hirate.

"Untuk apalagi? Tentu saja untuk memenjarakan diriku sendiri. Aku harus bertanggung jawab atas tindakanku. Meskipun aku yang merencanakannya sendiri, tetap saja aku merasa menyesal karena balas dendam dengan cara seperti itu. Aku ini, benar-benar seorang pendosa ya?"

"Ah benar! Saat aku keluar dari penjara nanti, mari kita menghabiskan waktu bersama. Jika dipikir-pikir, kita belum pernah benar-benar bersenang-senang bersama kan?"

"Neru.." Neru hanya menampikkan senyuman seperti biasanya. Bahkan hingga saat ini, Hirate pun masih kesulitan untuk melihat sosok Neru yang sebenarnya. Tapi, ia sadar akan satu hal, bahwa Neru memiliki hati yang sangat kuat. Terlepas dari semua tragedi yang terjadi saat kehadiran Neru di hidupnya, ia sangat senang karena dapat mengenal sosok Neru sebagai sahabat sejatinya.

FIN

Katharsis - Hirate Yurina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang