My Secret

1.8K 273 17
                                    

Mean yang dilanda emosi, segera membenturkan bibirnya di bibir Plan. Plan yang terkejut, segera memukul Mean.

"KURANG AJAR! APA YANG KAU LAKUKAN?" ucap Plan marah.

"Apa yang aku lakukan? Kau tanya apa yang aku lakukan?" ucap Mean pelan sambil melap sudut bibirnya yang berdarah.

"Ini yang aku lakukan." ucap Mean sambil menarik tangan Plan, kemudian mencium Plan lagi. Plan berusaha lepas dari Mean, namun pegangan Mean terlalu kuat. Jadi sia-sia saja usaha Plan.

Setelah dirasa Plan sudah tenang, Mean melepaskan pagutannya.

"Sudah? Biarkan aku pergi." ucap Plan datar. Setelah itu, Plan berjalan pergi meninggalkan Mean. Mean yang tersadar, segera mengikuti langkah Plan.

"Tunggu." ucap Mean menahan langkah Plan.

BUGH

"Berhenti menyentuhku. Jangan pernah tunjukkan wajahmu didepanku. BRENGSEK!" ucap Plan marah.

*****

Sesampainya di rumah, Plan segera masuk ke kamar tanpa menyapa ibunya yang saat itu tengah menyirami bunga.

"Berani-beraninya dia menciumku." marah Plan. "Tapi, bibirnya terasa tidak asing." gumam Plan sambil menyentuh bibirnya sendiri.

Drrt. . . drrt. . .

Tiba-tiba ponsel Plan bergetar. Plan segera meraih ponselnya untuk melihat siapa yang tengah menelfonnya. Tapi, ternyata si penelfon tidak jelaslah yang saat ini menelfonnya. Plan hanya membiarkan panggilan itu tanpa berniat menjawabnya.

*****

Sementara itu ditempat lain, tampak Mean tengah frustasi kala mengingat ucapan terakhir Plan. Dan saat tengah menyesali perbuatannya, Mean kembali diingatkan dengan masa lalunya.

Flashback

Tampak dua orang remaja menggunakan seragam sekolah, tengah berjalan di pinggir pantai. Tapi, hanya satu orang yang sepertinya terlihat bahagia. Yang satu lagi menunjukkan muka bosan.

"Plan. Aku mengajakmu kemari untuk melepaskan penat setelah test tadi. Tapi kau sepertinya tidak menyukai pantai?" ucap pria tinggi tersebut sambil memandangi wajah kekasih mungilnya.

"Kau tahu, aku lebih menyukai naik gunung daripada Pantai yang isinya hanya air. Dan kau malah membawaku kemari." jawab Plan.

"Jadi, kau tidak senang?" tanya Mean.

"Jika kau ingin aku jujur, ya aku tidak senang. Tapi jika kau ingin aku berbohong, ya. AKU. TIDAK. SENANG." jawab Plan.

"Apa bedanya itu?" sahut Mean.

"Ck. Ayo kita ke gunung saja na." ucap Plan sambil menggoyangkan tangan Mean.

"Bagaimana kalau weekend nanti saja kita naik gunung?" usul Mean.

"Kau tahu, itu terlalu lama." jawab Plan.

"Tidak. Kalau kau sabar weekend tidak akan lama. Lagipula, cuaca sedang tidak baik untuk naik gunung, Plan." jawab Mean. Plan langsung melihat sekitarnya dan melihat langit untuk memastikan ucapan Mean.

-Ya, memang sedikit mendung.- batin Plan.

"Tidak. Cuacanya sedang bagus. Ayolah Mean. Kita naik gunung saja na. Kau tidak lihat, aku sangat bosan disini." paksa Plan.

"Tidak, Plan. Lagipula, naik gunung itu butuh persiapan. Kau seharusnya tahu itu, karena kau yang lebih sering naik gunung." tolak Mean.

"Ck. Bilang saja kalau kau memang tidak mau menurutiku. Aku pulang." ujar Plan. Setelah itu berbalik pergi meninggalkan Mean.

Waiting For You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang