Sorry

1.8K 252 13
                                    

Saran sih, pas baca sambil puter lagunya yang di mulmed. Dijamin, nggak ada reaksi apa-apa. Iseng aja sih itu pasang mulmed. Yah kebetulan lagu fav gue. Jadi, anggep aja gue lagi berbagi lagu fav gue. Ye kgak? 😂😂😂



*****

Esoknya, Plan datang ke kampus dengan hati yang tidak menentu. Entah kenapa, Plan merasa bahwa hari ini akan ada kejadian buruk yang menimpanya. Tapi, dia tidak tahu apa itu. Tidak lama bus yang ditumpanginya telah sampai di halte tujuannya.

Plan turun dan perasaan tidak nyaman itu semakin membuatnya tidak karuan. Beberapa kali, terlihat Plan membuang nafasnya. Setelah sampai di lobi gedung fakultasnya, Plan melihat banyak orang yang berkerumun di depan papan mading.

Plan juga melihat beberapa orang, tengah berbisik sambil menatapnya. Karena penasaran, Planpun mendekat ke arah mading. Dan betapa terkejutnya dia, ketika melihat apa yang tertempel di papan mading tersebut.

"Aku tidak menyangka. Ternyata seperti ini ulahmu. Inikah alasanmu tidak memberikan kue buatan kami ke Mean. Tapi, kau memberikan kue itu ke anak-anak yang sedang berlatih sepak bola. Aku tidak menyangka kau selicik itu, Plan." ucap salah satu teman sekelasnya yang sempat meminta tolong padanya tersebut.

"Dan kau berciuman dengan Mean? Konyol sekali. Aku tahu kau berbakat dalam memasak yang itu sesungguhnya pekerjaan perempuan. Tapi, bukan berarti kau bisa menyeret Mean untuk menjadi gay sepertimu. Kalau kau ingin menjadi gay, jangan ajak yang lain." ucap temannya yang lain.

Plan terdiam shock. Foto-foto itu dimulai dari Plan yang diseret Mean ke mobil hingga Plan yang bertengkar dengan Mean ada semua. Termasuk yang mereka berciuman.

-Siapa yang melakukan ini padaku? Meankah? Mean marah karena kemarin dia memukulnya? Haruskah Mean membalasnya dengan ini?- tanya Plan ditengah kebingungannya.

"Jawab aku, brengsek!" sentak teman sekelas Plan membuat Plan terlonjak kaget.

"A. . . aku. . . aku harus pergi." ucap Plan terbata sambil berlalu pergi. Tidak lupa untuk mencabut semua foto-fotonya dengan Mean.

-Mean. Mean. Mean. Kau harus tanggung jawab tentang ini.- gumam Plan dalam hati.

Tanpa disadarinya, air mata sudah mengalir deras di pipi chubbynya. Plan terus berjalan ke gedung A tanpa menghiraukan tatapan mahasiswa lain yang Plan yakini tengah menggunjingnya.

Tidak lama, Plan sudah sampai di lobi gedung A. Plan terdiam bingung. Dia tidak tahu kelas Mean. Plan bermaksud berbalik pergi sebelum ada seseorang yang memanggilnya.

"Plan? Apa yang kau lakukan disini?"

"Saint. Saint dimana kelas Mean hari ini? Cepat beritahu aku." jawab Plan.

"Mean? Hari ini Mean tidak ada kelas. Ta. . ."

"Aarrgghh. . ." tanpa mempedulikan Saint, Plan pergi meninggalkan Saint.

Melihat Plan kacau, Saint segera menghubungi Mean. Bermaksud untuk menyuruhnya datang ke kampus lebih awal.

"Kemana dia? Kenapa tidak menjawab panggilanku." gerutu Saint. "Awas saja kalau sampai dia menyalahkanku karena tidak awas dengan Plan." lanjut Saint.

Saint masih mencoba menghubungi Mean. Tapi hasilnya sama saja. Mean tidak menjawab panggilannya sam sekali. Pada akhirnya, Saint memutuskan untuk mengirim pesan pada Mean. Saint hanya berharap, Mean tidak terlambat membaca pesannya.

Saat ingin memasukkan ponselnya ke dalam saku, Saint melihat notifikasi buletin kampus di ponselnya. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat isi berita tersebut. Tanpa pikir panjang, Saint berusaha menghubungi Mean lagi sambil berlari untuk mencari jejak Plan.

Waiting For You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang