Revealing the story of the past

1.9K 235 39
                                    

"Bantu aku mengembalikan ingatanku yang hilang." pinta Plan pada Saint.

"A. . . Apa?" tanya Saint kaget.

"Bant. . ."

"Eumh, Plan. Sepertinya aku harus pergi sekarang." potong Saint. Setelah itu, dengan langkah tergesa meninggalkan Plan sendirian di kantin.

*****

Sepeninggalnya Saint, Plan kembali dibuat bingung. Bukankah Saint bilang, mereka berteman? Tapi kenapa dia tidak mau membantunya?

Plan pergi meninggalkan kantin. Menuju ke kelas untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Setibanya di depan kelas, Plan berhenti. Menghembuskan nafas pelan, Plan membuka pintu kelas.

BYUR

Seketika tawa teman sekelas menggema di ruangan kelasnya. Plan hanya diam. Plan diam bukan karena mau diperlakukan seperti ini, Plan hanya tidak mau beasiswanya di tarik oleh pihak kampus.

"Air apa sebenarnya yang mereka gunakan untuk menyiramku ini? Bau sekali." gumam Plan pada dirinya sendiri.

"Ugh bau sekali. Apa bau seorang gay itu seperti ini? Seharusnya dia tidak berada disini. Dia pantasnya diselokan." seru salah satu temen sekelas Plan. Plan diam.

"Plan." panggil Good.

"Jangan mendekat. Sebaiknya mulai sekarang dan seterusnya kau jangan mendekatiku." ucap Plan tanpa melihat ke arah Good. Tepat setelah itu dosen masuk ke dalam kelas.

"Bau apa ini?" tanya Mr. Gung tiba-tiba. Semua murid terdiam mendengar pertanyaan Mr. Gung.

"Jika tidak ada yang menjawab, kalian semua saya hukum membersihkan kitchen beserta perlengkapannya." ancam Mr. Gung. Keadaan masih hening. Tidak ada yang berani membuka suara.

"Baiklah. Jika. . ."

SRAK

"Khun Rathavit." ucap Mr. Gung.

"Saya yang membawa bau menyengat ini. Saya tadi tidak sengaja tercebur ke selokan. Saya akan keluar jika memang keberadaan saya mengganggu." jelas Plan. Setelah mengucapkan itu dan melakukan wai, Plan segera keluar dari ruang kelasnya. Ditengah perjalanan, Plan bingung akan kemana. Namun tidak lama kemudian, Plan memutuskan akan berada di rooftop saja.

Setelah beberapa saat, Plan telah sampai di rooftop. Plan meletakkan tasnya agak keras di lantai, kemudian duduk dan menyenderkan tubuhnya di salah satu dinding. Plan menelungkupkan kepalanya diantara kedua lututnya.

"Ugh. Aku bau sekali. Anak-anak sialan itu bisa mendapatkan air selokan darimana sebenarnya. Sial sekali." Umpat Plan.

"Kenapa seragammu basah?" tanya seseorang yang suaranya sangat dikenal Plan.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini? Kau mengikutiku?" tanya Plan.

"Tidak. Aku memang berada disini sejak tadi. Dan melihatmu kemari dengan kondisi badan yang basah kuyup dan eumh. . . " Mean ragu akan melanjutkan ucapannya atau tidak.

"Katakan saja aku bau. Memang faktanya begitu." tanpa Plan sadari kebiasaan menggerutu ketika sedang kesal di depan Mean, kembali diperlihatkan.

"Kau tahu? Ini semua karenamu. Karena ulah penggemarmu. Apa sebenarnya yang mereka sukai darimu? Bagaimana bisa laki-laki sombong, dingin, seperti robot, bahkan cara berjalannya seperti bebek, ini banyak yang menyukai. Sama sekali tidak ada nilai plusnya." ucap Plan panjang lebar. Mean terdiam. Tiba-tiba ingatannya terlempar pada saat mereka masih bersama.

Flashback

"Lihatlah dirimu. Bagaimana bisa sesorang yang sombong sepertimu, muka triplek, cara berjalan seperti robot bebek, pemalas, tukang tidur, banyak yang menyukai? Sungguh mereka pasti melihatmu dengan mata tertutup." ucap Plan saat sedang berada di rooftop sekolah menikmati jam makan siang berdua saja.

Waiting For You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang