13. Canggung
. . ."Div, beneran kamu mau masuk sekolah sayang? Memangnya kamu sudah sehat?" Fania menatap anak semata wayangnya itu dengan teduh.
Divo tersenyum hangat kepada Mamanya itu, "Divo ngga papa kok. Mama ngga perlu khawatir gitu, Divo udah sehat. Seriusan dehh."
Fania menghela nafasnya. "Mama tau kamu ngga bakal nyerah ngebujuk mama."
Divo terkekeh pelan mendengar ucapan Mamanya itu yang ternyata memang sangat mengenalnya.
"Yaudah, hati-hati ya dijalan. Kalau kamu udah ngerasa sakit lagi langsung hubungi mama ya sayang. Biar pak Harto yang jemput kamu."
"Iya mama." Divo beranjak dari duduknya dan langsung berpamitan kepada mamanya. Kalau dia tidak segera pergi, mungkin dia tidak bakal pergi sekolah karena harus mendengar ocehan mamanya yang selalu berulang-ulang dikatakannya.
Divo memakai sepatunya dengan cepat lalu melirik jam tangannya. Masih empat puluh lima menit lagi sebelum bel masuk sekolah. Dia pun mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu diatasnya.
Ci, jangan berangkat dulu. Biar gue jmpt.
06:30✓✓Setelah mengirim pesan, Divo langsung menaiki motornya dan menghidupkan mesin motornya.
Ting!
Cici L Dania
Jgn bilang lo mau sklh? Emng udh sembuh?
06:32✓✓Udh kok. Pokoknya Lo jgn prgi dlu! Kita berangkat bareng!
06:32✓✓Cici L Dania
Iyaiya bawel bangt. Cepet, sblm kk Nata maksa gw buat brngkat bareng dia.
06:33✓✓Okeey, tunggu y!
06:33✓✓Divo memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Lalu menjalankan motornya saat sudah memakai helm.
Cici memastikan barang-barang didalam tasnya. Saat sudah yakin tidak ada yang tertinggal dia kembali menutup tasnya. Dia meneguk habis susunya lalu beralih memasang sepatunya dengan cepat. Cici sudah terlihat rapi dengan seragam putih abu-abu dan rambutnya yang di kuncir satu.
Cici mengangkat ponselnya dan membuatnya seperti cermin. Dia memastikan kembali rambutnya sudah rapi atau belum. Saat dia yakin sudah rapi 100% dia menurunkan ponselnya dan menyimpannya di saku roknya.
"Kok lo cepet?" Nata tampak terlihat terkejut saat melihat Cici yang sudah siap untuk berangkat sekolah. Sedangkan dia, masih baru akan pergi mandi.
"Iya, gue mau bareng Divo, kak." Jawab Cici sekenanya.
"Dia sekolah?"
Aku mengangguk. "Iya katanya dia mau sekolah. Dia lagi otw kerumah. Paling bentar lagi sampai."
Baru beberapa detik setelah Cici mengucapkan kalimat itu, klakson motor sudah terdengar dari luar rumahnya.
"Nah itu dia, panjang umur." Cici beranjak dari duduknya. "Cici duluan ya kak!" Cici melambaikan tangannya kepada Nata.
"Hati-hati dek!"
"Iyaa."
Cici berlari kecil saat membuka pagar rumahnya. Dia melihat Divo yang sedang merapikan rambutnya dengan melihat pantulan wajahnya di kaca spion motornya.
![](https://img.wattpad.com/cover/60544432-288-k75216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...