9. Pertemuan yang tidak terelakkan part 2
. . .'Mungkin masa lalu tidak menyakitkan untuk sebagian besar orang, namun tidak untuk beberapa orang yang berusaha membuat tameng untuk menghindari masa lalu.'
-------
Cici dan Nata sedang asik jalan berdua di salah satu mal yang berada ditengah kota. Cici melihat setiap toko dengan saksama, siapa tahu radarnya memberi tanda sebuah barang yang akan dibelinya. Sedangkan Nata, dia hanya mengandeng tangan, Cici mengikutinya kemanapun, dan selalu terfokus keponselnya.
"Bang Nata, itu gue mau baju kayak gitu." Rengek Cici kepada Nata yang sedang asik dengan ponselnya. Radarnya mulai memberi tanda. Nata mendongak lalu melihat kearah yang sedang ditunjuk Cici.
Nata meletakkan ponselnya. "Ayok liat dulu."
Cici langsung sumringah. Nata memang jahil kepada Cici, tapi dia tidak pernah menolak permintaan adik kecilnya itu.
"Yeay! Sayang abang sampe tumpeh tumpeh!"
"Iye, gue tau lo sayang gue."
Mereka berdua berjalan memasuki toko itu. Cici masih sumringah, sambil terus mengedarkan pandangannya.
"Kamu mau yang warna apa dek?" Tanya Nata saat mereka sudah sampai ditempat baju itu dipajang.
"Hmm, maroon aja tapi yang ukuran L bang."
"Ga kegedean sama lo kalo L? Mending lo coba dulu sono, gue tungguin." Nata memandang Cici yang masih bergelantungan di lengannya.
Cici mengangguk, "Okey!"
Cici mengambil ukuran baju M dan L, kemudian langsung berjalan ke ruang pas. Nata duduk disalah satu bangku yang sudah ada disana. Dia mengambil ponselnya, lalu berkaca sambil merapikan rambutnya.
Sesekali dia mengedarkan pandangannya ke sekitar toko, manatahu dia melihat baju yang cocok buat Cici ataupun buat dia sendiri. Baju buat cewek disebelah kanan, sedangkan buat cowok disebelah kirinya.
"Bang, bagus gak?" Cici keluar dari ruang pas sambil memutar badannya yang tengah mengenakan baju yang memicu radarnya ini.
Nata belum menanggapi, dia masih sibuk melihat baju dari tempat duduknya.
"Ihh! Bang Nata liat dulu!" Cici mengerucutkan bibirnya kesal, "Gue duduk ah cape."
Nata menoleh dan mendapati Cici sedang duduk di lantai didepan pintu ruang pas. "Ga dingin duduk disitu?"
"Ga. Gimana bajunya?" Cici menampakkan wajah centilnya kepada Nata.
"Jelek dek, lehernya kependekan. Untung gue abang lo, liat tuh nampak belahan." Nata cekikikan setelah mengusik Cici. Dengan sigap Cici memegang dadanya lalu berlari kearah Nata sambil terus memukulinya sekuat tenaga. Dia benar-benar kesal dengan Nata saat ini.
"Ampun dek, ya ampun hahah." Nata masih terus tertawa mambuat perutnya sakit karena tidak berhenti tertawa sejak tadi.
"Ah, gue ngambek pulang sama om gojek aja." Cici berjalan memasuki ruang pas lagi, meninggalkan Nata yang masih tertawa, wajah Nata sudah memerah seperti tomat.
Setelah Cici keluar dari ruang pas, Nata langsung menarik tangannya. Dia mengajaknya ketempat baju couple. Nata sangat senang kalau dia memakai baju couple dengan Cici, begitupun sebaliknya.
Cici yang tadinya merajuk sudah kembali normal. Nata memang tahu cara mengembalikan mood adiknya ini.
"Baju ini aja." Nata dan Cici berkata secara bersamaan, lalu mereka tertawa karena melihat ternyata mereka sehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...