18. Roy Anjasmara
. . ."Sudah kalian siapkan apa yang saya minta?" Tanya Roy kepada bawahannya.
"Sudah bos!" Jawab mereka kompak.
Roy tampak seperti berpikir,"ingat! Jangan sampai ketahuan! Ini adalah misi penting dari klien kita."
"Baik!"
Roy melihat ke sampingnya. "Lucas, untuk urusan anak laki-laki ini aku percayakan padamu." Roy mengeluarkan sebuah foto dari saku dalam jasnya. Itu adalah foto Divo.
Lucas mengambil foto tersebut lalu memperhatikannya sejenak. "Apa yang harus saya periksa?"
"Kamu pernah dengar cerita tentang werewolf, Lucas?" Tanya Roy sambil menaikkan sebelah alisnya. Lucas mengangguk. "Kalau begitu ini hampir sama seperti mencari jati dirinya. Kita bisa memanfaatkannya nanti."
Lucas yang masih sedikit ragu namun ia tetap mengangguk. "Baik, akan saya laksanakan."
"Lucas, kamu akan mengerti saat kamu melihatnya sendiri. Jangan lupa untuk melaporkannya kepada saya." Roy melepaskan kancing jasnya.
Lucas kemudian mengangguk. "Baik!"
Roy memiringkan sedikit kepalanya dengan kedua tangan di dalam saku celananya."Baiklah kalian boleh pergi."
Dengan cepat mereka semua pergi meninggalkan Roy seorang diri didalam ruangannya. Roy kemudian kembali duduk di meja kerjanya sambil melihat ke monitor komputer yang ada disana. Ternyata itu ada rekaman cctv dari ruangan yang digunakan untuk menyekap mamanya Cici. Terlihat Roy tersenyum puas saat ini.
Roy membuka salah satu lacinya dan mengeluarkan sebuah foto yang terkesan sudah lama dan terlihat ada lima anak kecil yang sedang bergandengan tangan disana. Ada dua anak perempuan dan sisanya anak laki-laki. Ia menatap foto itu sendu lalu menyimpan kembali foto itu didalam lacinya. Ia pun menatap layar monitor sebentar lalu bangkit dan keluar dari ruangan tersebut.
Roy turun dari mobil hitam yang dikendarainya lalu berjalan masuk ke dalam sebuah restoran bintang tiga yang tampak sedikit ramai. Sesampai didalam ia kemudian menunjukkan sebuah kartu VIP kepada seorang pelayan yang langsung dengan cepat menuntun Roy masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar dengan hanya tersedia satu meja panjang dan dua kursi di setiap sudutnya. Balutan jas coklatnya hampir senada dengan warna taplak meja yang terdapat beberapa motif kecil dibawahnya. Ia pun duduk disalah satu kursi yang lebih dekat darinya.
Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu halus. Menandakan tamu yang ditunggu Roy sudah tiba.
"Silahkan masuk, tuan." Ucap pelayan tersebut sambil membuka pintu lebar mempersilahkan seorang laki-laki untuk masuk.
"Terima kasih." Pelayan itu mengangguk lalu menutup pintunya kembali.
Roy mengikuti arah laki-laki dari pintu masuk sampai duduk dengan pandangannya.
"Ngapain si ngundang gue kesini?" Tanya laki-laki yang ternyata Sena itu dengan nada suara yang tidak suka.
Roy terkekeh pelan. "Cuma mau jumpa teman lama gue. Emang lo gak kangen gue?"
"Dih, kagak lah! Lu kalik yang kangen gue." Sena mengibaskan tangannya diudara.
Roy terkekeh lalu menarik leher Sena dan mendekapnya sambil mengacak-acak rambut Sena. Sena berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya, hanya saja Roy terlalu kuat.
"Woi, Roy! Lepasin gak?!" Berontak Sena.
Roy melepaskan sambil terkekeh, "lemah lo. Masa gitu doang gak bisa lepasin,hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA♕[ON GOING]
Jugendliteratur⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...