AWAL

91 24 10
                                    

Tahu kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari?

Iya, kisah itu memang hanya legenda masyarakat.

Namun, bagaimana jika ada kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari yang menjadi nyata?

Seperti kisah ini. Tentang Jaka Tarub Samudera dan Bidadarinya di era metropolitan. Kisah modern yang lebih masuk akal. Tidak ada mantra abrakadabra yang dapat mengubah sebutir beras menjadi sebakul nasi dalam sekejap. Tidak ada gadis-gadis mandi di sungai dan menjadi tontonan alam semesta. Tidak juga tentang mereka yang cantik turun ke bumi lalu terbang lagi dengan seuntai kain tipis menuju langit dimana khayangan berada.

Kisah ini juga tentang Jaka, pangeran kampus paling tersohor yang bertemu malaikat jatuh tanpa sengaja. Perjodohan dari orang tua membuatnya harus memutar otak agar bisa menghindari skenario cinta itu.

Akhirnya, semesta mempertemukan Jaka Tarub Samudra dengan seorang Nawang Wulan Olivia. Malaikat jatuh dari negeri sebrang yang dimaksud Jaka. Melihat kesempatan yang ada di depan mata tentu tak akan Jaka sia-siakan begitu saja. Sebut ia egois, karena selain menjadikan Wulan salah satu caranya menghindari perjodohan, ternyata Jaka juga jatuh hati dalam sekali tatap.

Apa jadinya jika nanti Wulan menemui kenyataan pahit yang mesti ia telan mentah-mentah saat Jaka mencoba jujur?

"Ka..."

"Iyaaa?"

"Tau legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari?"

Jaka mengangguk sekilas, lalu menyesap kopi hangat miliknya.

Suasana kafe hari ini cukup ramai. Kafe tempat Wulan dan Jaka berbagi cerita saat pertama kali bertemu. Meskipun sekarang bukan waktunya liburan, bukan juga waktu wajarnya anak kuliahan berada di luar kampus saat ujian, Jaka dengan santai malah mengajak gadis itu pergi kesini.

Jaka hanya ingin sekedar menenangkan diri. Duduk berhadapan dengan gadis yang baru saja dikenalnya seminggu—Wulan.

Pemuda jangkung yang cukup tampan, rahang tegas, rambut kecokelatan, kulit tan dan pupil cokelat muda menatap keluar. Ia sengaja mengajak bidadarinya kesini, melihat keramaian untuk menutupi sendunya dengan sempurna.

"Aku gak begitu suka legendanya."

Nyaris saja Jaka menyemburkan minumannya saat itu juga. Mengapa ada manusia yang bahkan tidak menyukai legenda dari tanah kelahirannya sendiri?

Matanya mendelik kearah gadis di hadapannya. "Aneh," lalu terkekeh pelan.

"Aneh?"

"Legenda punya tanah sendiri harusnya lo pelajarin dan lo lestariin. Kenapa coba gak suka?" Tanyanya sambil menggulung lengan jaketnya. Memakukan pandangan ke gadis manis yang tampak gugup.

Kini berganti Wulan yang menatap keluar. Ia sadar, Jaka telah mengalihkan atensi ke dirinya. Agak risih.

"Gak begitu suka, Jaka. Tokoh laki-lakinya jahat. Aku tau sih itu emang cuma legenda, tapi who knows kalo ternyata kejadian di dunia nyata? Dia ngambil selendang bidadari yang sebenernya berharga banget. Di sembunyiin bertahun-tahun bahkan sampe mereka ada ikatan. Egois." Wulan bersungut-sungut saat mengingat kembali kisah yang sempat ia pelajari di bangku SMA pada saat mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Ceritanya mengutamakan diri sendiri hingga mengorbankan hidup orang lain.

"Egois?" Jaka sudah sempat gemas melihat tingkah gadis muda ini, tapi seketika terpaku saat kemudian mendengar pernyataan yang keluar begitu lancar dari mulut Wulan.

"Aku—"

***

469 words.

Tbc.

Halooo jadi aku lagi ikutan salah satu event yang bertajuk Rajut Tanah Airku, mohon dukungannya ya!

Event by : Classical_Clover

JAKA & WULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang