"I-ibu meninggal?"
Jaka Tarub terisak. Mendapati tubuh Ibundanya sudah terbujur kaku. Sementara Nawang Wulan mencoba menenangkan suaminya. Menjanjikan bahwa ia akan selalu ada untuk suaminya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah dua hari sejak malam itu, Wulan merasa hidupnya makin lengkap. Makin bahagia karena bisa menemukan cinta yang tak terduga, jelas karena ia menerima Jaka. Hari ini juga paspornya sudah selesai dibuat. Wulan jadi tenang, semuanya beres karena benda itu sudah di tangan.
Tapi itu artinya, ia harus berpisah dengan Jaka. Dengan semua hal yang pernah mereka lalui. Di tempat penuh warna yang membuatnya berhasil jatuh cinta terlalu dalam hingga tenggelam.
Wulan melangkahkan kaki riang keluar dari kantor imigrasi. Sendirian, karena Jaka sedang ujian. Sempat terbesit di pikirannya untuk menetap sebentar disini, sambil memikirkan kalimat perpisahan untuk Jaka sebelum ia kembali. Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada nama Jaka terpampang di layarnya.
"Halo? Ka—Oh, Oke."
***
"Ka...Ujian udah? Gak cabut kan?"
"Iya, udah."
"Ka..."
"Iyaaa?"
"Tau legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari?"
Jaka mengangguk sekilas, lalu menyesap kopi hangat miliknya.
Suasana kafe sore ini cukup ramai. Kafe tempat Wulan dan Jaka berbagi cerita saat pertama kali bertemu. Meskipun sekarang bukan waktunya liburan, bukan juga waktu wajarnya anak kuliahan berada di luar kampus saat ujian, Jaka dengan santai malah mengajak gadis itu pergi kesini.
Jaka hanya ingin sekedar menenangkan diri. Duduk berhadapan dengan gadis yang baru saja dikenalnya seminggu namun sudah dicintainya—Wulan.
Pemuda jangkung yang cukup tampan, rahang tegas, rambut kecokelatan, kulit tan dan pupil cokelat muda menatap keluar. Ia sengaja mengajak bidadarinya kesini, menghampiri keramaian untuk menutupi sendunya dengan sempurna.
"Aku gak begitu suka legendanya."
Nyaris saja Jaka menyemburkan minumannya saat itu juga. Mengapa ada manusia yang bahkan tidak menyukai legenda dari tanah kelahirannya sendiri?
Matanya mendelik kearah gadis di hadapannya. "Aneh," lalu terkekeh pelan.
"Aneh?"
"Legenda punya tanah sendiri harusnya lo pelajarin dan lo lestariin. Kenapa coba gak suka?" Tanyanya sambil menggulung lengan jaketnya. Memakukan pandangan ke gadis manis yang tampak gugup.
Kini berganti Wulan yang menatap keluar. Ia sadar, Jaka telah mengalihkan atensi ke dirinya. Terlalu intens.
"Gak begitu suka, Jaka. Tokoh laki-lakinya jahat. Aku tau sih itu emang cuma legenda, tapi who knows kalo ternyata kejadian di dunia nyata? Dia ngambil selendang bidadari yang sebenernya berharga banget. Di sembunyiin bertahun-tahun bahkan sampe mereka ada ikatan. Egois." Wulan bersungut-sungut saat mengingat kembali kisah yang sempat ia pelajari di bangku SMA pada saat mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Mengutamakan diri sendiri hingga mengorbankan hidup orang lain dengan cara berbohong.
"Egois?" Jaka sempat gemas melihat tingkah gadis muda ini, tapi seketika terpaku saat kemudian mendengar pernyataan yang keluar begitu lancar dari mulut Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKA & WULAN
Teen FictionClassical Clover Event🎉 Perkenalkan, kisah dua insan yang serupa dengan legenda lama. Jaka Tarub dan tujuh bidadari. Ini tentang Jaka Tarub Samudra dan Nawang Wulan Olivia. Kisah yang terlampau sama persis. Tentang kebohongan menembus batas, skenar...