"Jaka, Ibu mau bicara."
Suara halus wanita itu membuyarkan lamunan Jaka yang tengah duduk di ambengan depan rumahnya sambil menatap bulan purnama.
"Ada apa, Ibu?"
"Jaka, Ibu sudah semakin tua. Ingin setidaknya melihatmu menikah. Tadi, Pak Ranu membicarakan tentang anaknya, Laraswati. Kamu kenal?"
Jaka mengangguk. Laraswati, nama bunga desa yang terkenal cantik dan elegan. Tapi menurut Jaka, Laraswati itu berlebihan.
"Apa...kamu mau mengenal Laraswati lebih dekat?"
Kalimat itu sukses membuat Jaka mematung, seolah mengerti alur kisah yang dibuat Mbok Randa, perjodohan. Jaka jadi teringat mimpinya, apakah wanita secantik bidadari di dalam mimpinya itu Laraswati?
Malam itu juga, Jaka Tarub kembali mendapat jawaban lewat mimpi. Di mimpinya, bidadari cantik waktu itu datang lagi. Dengan senyum yang kian hangat laksana mentari, suara lembut dan cara bicaranya yang menghanyutkan. Jaka telak terpesona. Hingga Jaka merasa yakin, gadis itu bukan Laraswati.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang laki-laki muda tengah sibuk menghitung jumlah bintang di angkasa malam itu. Matanya terus saja menyusuri tiap-tiap jengkal rasi bintang di langit malam dari balkon kamarnya. Sebelum tiba-tiba, sebuah suara menginterupsi dirinya.
"Jaka..."
Bersamaan dengan pintu yang berderit terbuka, Jaka segera masuk kedalam kamar, tidak mau kena omel Mama karena belum tidur padahal sudah tengah malam.
Oh ya, Jaka dan Laras tadi sudah sempat bertukar nomor ponsel, Laras memancing topik obrolan berdua di ruang tamu, sementara Papa dan Pak Surya menikmati teh hangat di luar. Laras benar-benar tertarik dengan Jaka. Lain halnya dengan laki-laki itu, Jaka tidak tertarik, sama sekali tidak.
"Kenapa, Ma?"
Mama berjalan mendekat kearah anaknya yang baru saja menutup jendela kamar. Sudah terlampau tahu kebiasaan Jaka setiap malam, memandangi bintang jika langit cerah, atau menulis untaian kata diatas kertas buram.
"Duduk sini."
Mama menepuk-nepuk kasur anaknya. Sekedar ingin mendengar sepenggal kisah tentang hari ini.
Jaka patuh, ia menghampiri Sang Bunda lalu duduk di hadapannya. Mungkin Jaka terkadang terlihat seperti anak Mama. Padahal sesungguhnya, Jaka yang kuat pendiriannya sekaligus orang yang hangat saat menyayangi orang lain adalah keturunan Mama.
"Gimana tadi, ketemu Laras? Cantik, kan?"
Jaka hanya tersenyum datar. Sebisa mungkin tak membuat Mama kecewa. "Lumayan."
"Suka?"
"Hah?"
"Suka? Sama Laras?"
Jaka menggeleng pelan. Mama tidak kaget, karena Mama sudah tahu betul sebenarnya apa jawaban Jaka.
"Kenapa? Coba sini cerita."
"Manja."
Mama cekikikan pelan. Membuat Jaka kebingungan. "Semua perempuan mau kali dimanja."
"Bukan, Ma. Manja yang ngerajuk gitu."
"Ngerajuk?"
Jaka menegakkan tubuhnya, lalu memperagakan bagaimana cara Laras meminta nomor ponsel dan akun sosial media Jaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKA & WULAN
Teen FictionClassical Clover Event🎉 Perkenalkan, kisah dua insan yang serupa dengan legenda lama. Jaka Tarub dan tujuh bidadari. Ini tentang Jaka Tarub Samudra dan Nawang Wulan Olivia. Kisah yang terlampau sama persis. Tentang kebohongan menembus batas, skenar...