Pada suatu masa, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub di sekitar daerah Jawa Tengah. Pria yang tangguh, berani, namun juga sangat menyayangi orang tua. Jaka suka berburu dengan anak panah yang selalu tersampir di belakang tubuhnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Matahari pagi merangsek masuk lewat celah-celah jendela kamar seorang pemuda. Cahayanya menyorot tepat kearah wajah rupawan laki-laki itu, membuat sang empunya mengerang lemah lantas mengerjap beberapa kali. Pandangannya yang buram berangsur-angsur sirna seiring cahaya yang semakin banyak masuk kedalam retina matanya.
Jaka menopang tubuhnya sendiri untuk duduk tegak diatas kasur. Merupakan hal yang berat bagi laki-laki itu dikarenakan ia baru tidur jam tiga pagi. Pertandingan bola yang dimainkan oleh tim kesukaannya membuat Jaka terpaksa membuka matanya terus menerus hanya untuk melihat tim kesayangannya itu meraih kemenangan. Walaupun hasilnya nihil, tim yang ia dukung malah kalah telak.
Jaka itu anak kuliahan semester satu yang mengambil jurusan kedokteran di universitas ternama di Jogjakarta. Hidupnya seperti manusia nomaden. Lahir di salah satu daerah di Jawa Tengah—kini menjadi DIY Jogjakarta—tapi menetap untuk bersekolah selama dua belas tahun di Jakarta. Setelah lulus, ia mendapat universitas favorit di Jogjakarta sehingga kembali kesana. Untuk seorang anak kuliahan dengan jadwal padat, Jaka itu hebat. Ia bisa membagi waktu untuk berolahraga, berlatih panahan, liburan, dan sedikit belajar. Memang sombong, karena merasa pintar, ia tak mau terus berkutat dengan pelajaran.
Jaka tampan. Tubuhnya tinggi, kulit tan-nya tampak mulus dan bersih, rahangnya tegas dengan senyum kotak dan lesung pipi yang manis. Alisnya tebal dengan hidung tinggi menghias permukaan wajahnya. Mata laki-laki itu berwarna cokelat muda, tatapannya dalam dan tajam. Jaka adalah definisi sempurna dari pangeran kampus di tempatnya mengenyam bangku kuliah.
Hobinya memanah. Selain itu Jaka pintar dalam bermusik dan merangkai kata. Terkadang suka mendaki gunung bersama kawan-kawannya saat senggang. Hidupnya penuh warna, ia selalu bahagia meskipun sering juga dituntut macam-macam oleh ayahnya yang notabenenya pengusaha yang cukup sukses. Jaka Tarub Samudra adalah namanya dari Papa. Papa ingin anaknya menjadi laki-laki kuat dan tangguh seperti jejaka pada masa lampau, menjadi manusia yang selalu bahagia seperti suku kata kedua di dalam namanya, dan punya pengalaman serta pengetahuan seluas samudera.
Meskipun harus diakui, semua manusia punya kelemahan. Kelemahan Jaka adalah sifatnya. Pandai berbohong dan menutupi kebenaran kepada orang lain. Jaka, meskipun sering sekali terlihat bahagia dan 'cerah', kalau suasana hatinya sedang tidak enak bisa tiba-tiba berubah jadi angkuh, egois, dan pemarah. Kalau sedih, pasti benda didekatnya ada yang hancur. Tapi jika bahagia, sifat malaikat seolah menurun kepadanya. Bipolar Sunshine adalah julukan dari kawan-kawan Jaka khusus untuknya.
"Aaah..."
Jaka melangkahkan kakinya ke jendela. Menyibak tirai putih yang menghalangi cahaya masuk kedalam. Kemudian membuka jendela hanya untuk menghirup udara segar pagi hari setelah hujan. Aroma petrichor menguar kedalam indera penciumannya. Aroma yang sangat Jaka sukai.
Tak lama berselang, terdengar bunyi nyaring dari atas nakas putih miliknya. Alarm digital berwarna hitam yang biasa digunakan Jaka untuk membantunya bangun dari tidur.
Ctak!
Hanya melirik sekilas, pukul delapan.
"Jam...DELAPAN?!"
Baru sadar.
Jaka baru sadar, baru ingat pula bahwa hari ini ia ada kelas jam delapan pagi. Dosen paling killer mungkin sudah duduk manis di kelas, mengabsen murid—tanpa Jaka ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKA & WULAN
Подростковая литератураClassical Clover Event🎉 Perkenalkan, kisah dua insan yang serupa dengan legenda lama. Jaka Tarub dan tujuh bidadari. Ini tentang Jaka Tarub Samudra dan Nawang Wulan Olivia. Kisah yang terlampau sama persis. Tentang kebohongan menembus batas, skenar...