Part 11

4K 325 8
                                    

Haluuuuuw ma luv, rena is back on track with Jimin Appa part 11! Setelah rencana awal yang harusnya pertengahan Januari update taunya malah awal Februari :" mian...bener-bener sibuk banget buat ngurus kelulusan. But, worry no more, karena sekarang Jimin Appa bakal lanjut terus pantang mundur!


BTW KALIAN ADA YANG NONTON BTS SEOUL CONCERT DI BIOSKOP NGGAK TANGGAL 26 KEMAREN? AKU LIAT DAN AKU JADI SAYANG YOONGI :"

oke random....


WELL! Enjoy your reading <3


xoxo rena





***






Bora's POV

Ada dua hal yang membuatku berdebar. Pertama, saat aku mengetahui kalau aku hamil anak Jimin. Dan yang kedua, saat aku bertemu kembali dengan Jimin setelah beberapa bulan aku melarikan diri. Bisa dibilang laki-laki bantet itu sanggup membuat ku merasa seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta.

Tapi sepertinya kini aku merasakan debaran lain. Kali ini bukan karena Jimin dan senyum manisnya itu, tapi karena sekarang aku, Jimin, dan Taehyung duduk di dalam satu ruangan. Ruangan VIP yang dipesan oleh Jimin terasa semakin dingin, satu-satunya suara yang keluar mungkin hanya dari tetesan infusku karena mereka—dan juga aku, tidak berani bersuara.

Taehyung melangkah mendekatiku. Alisnya yang tebal itu saling bertautan dan tatapannya menuntut penjelasan atas situasi saat ini. Aku? Jangan ditanya, aku gugup bukan main! Rasanya seperti memperkenalkan pacarmu kepada kakakmu.

Kalau dulu saat SMA rasanya tidak se gugup ini, karena ya...kau tahu kan, dulu aku tidak sampai hamil bodoh. Sekarang beda urusannya dan Taehyung merasa protektif kepadaku terhadap apapun, terutama Jimin.

"Apa maksudnya semua ini?"

Suara Taehyung dalam, cukup membuatku semakin gugup. Aku tidak mungkin berbohong kepadanya karena ia satu-satunya keluarga yang masih tersisa.

"Oppa...duduklah dulu aku akan menjelaskannya."

Taehyung sempat melirik sinis ke arah Jimin sebelum menarik kursi dan duduk di samping kasurku.

Aku bingung harus memulai dari mana, mencari jawaban dari mata Jiminpun percuma karena laki-laki itu hanya menunduk seakan lantai rumah sakit lebih menarik dari pada situasi saat ini. Sial!

"Aku akan menjelaskannya, tapi berjanjilah satu hal padaku," ucapku akhirnya.

Kakakku hanya menaikkan bahunya masih dengan tatapannya yang datar.

"Tergantung dari penjelasanmu," Katanya. "Kalau alasannya jelas, aku tidak akan marah. Tapi sebaliknya, kalau aku merasa kau hanya membual saja....kau tahu akhirnya seperti apa."

Taehyung melirik tajam Jimin dan untung saja mereka berjauhan. Jimin memilih untuk berdiri bersandar dekat pintu sedangkan Taehyung duduk di samping kasur ku.

"Baiklah, akan ku ceritakan..."

Aku menelan ludah dan mengumpulkan segenap kekuatan untuk terdengar meyakinkan. Taehyung mendengarkan ceritaku—kurasa, dari awal bagaimana Jimin tiba-tiba tinggal di apartemen kami sampai aku berakhir melahirkan. Ia tidak menyela dan tidak bergerak dari kursinya walaupun sesekali akan mendengus saat aku menceritakan de javu yang kurasakan. Dan kakakku sama sekali tidak bereaksi apa-apa bahkan setelah aku selesai bercerita.

Sekarang aku merasa seperti peserta di ajang pencarian bakat yang sedang menunggu untuk di hujam dengan komentar pedas. Tapi bukan komentar, Taehyung malah berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Jimin. Laki-laki itupun tampak bersiap dengan apapun yang akan dilakukan oleh Taehyung. Oke aku mulai takut akan terjadi baku hantam...

Jimin Appa!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang