9

47 10 8
                                    

Drttt...

Ponsel gua bergetar saat gua mau otw pulang dari sekolah.

Mentari calling...

Setelah mengetahui nama si caller, gua sempat kaget. Mengingat setelah apa yang udah gua lakuin ke dia ketika terakhir kali kita ketemu. Gua jadi penasaran, ada urusan apa dia telpon.

"Ha-lo?" Sapa gua ragu.

"Halo. Oi, lu ke rumah sakit sekarang."

"Ada apa?" Tanya gue kaget.

"Cewek lu kecelakaan."

Deg...

"Di mana?" Tanya gua panik. Jujur. Gua bener-bener shock. Seketika gue nggak lagi kepikiran masalah tadi.

"Lu jalan aja. Ntar gua share lokasi."

Tak bisa dipungkiri. Piikiran gua malah jadi semakin kacau seketika. Gua nggak bisa tenang. Dalam perjalanan pun gua gak bisa fokus bawa motor, yang ada diotak gua cuma keadaan Rembulan saat ini. Tolong jangan bawa dia pergi dari kehidupanku ya Allah. Batin gua. Padahal baru bulan lalu gua berharap agar Tuhan tidak menghilangkan dia dari kehidupanku.

Dan bodohnya, gua udah bikin dia marah. Lebih bodohnya lagi gua buat dia teramat kecewa karena gua udah nampar Mentari. Sahabat dia.

Bego. Bego. Umpat gua kesel.

Beberapa menit kemudian, gua tiba di depan IGD tempat Rembulan berada. Hanya ada Mentari dan Galaksi di sana.
Tanpa babibu lagi, gua langsung menanyakan pada Mentari alasan semua ini bisa terjadi. Dia mulai bercerita dan bodohnya penyebab dari semua ini adalah diri gua sendiri.

Menurut saksi mata, Rembulan tanpa sadar melanggar lalu lintas di perempatan dan dia ditabrak oleh sebuah mobil dari arah berlawanan. Hal itu diduga karena Rembulan tidak fokus saat mengendarai motornya, sehingga dia menerobos lampu merah begitu saja.

"Gua gak nyangka kalo efeknya bakal sebegini parah ke dia... Hiks.. Hiks.." Rintih gua menyesali.

"Sabar ya, bro..." Ucap Galaksi sembari mengelus punggung gua.

"Eh, lu tadi udah kabarin orang tuanya Bulan belum?" Tanya gua (masih sesenggukan) pada Mentari.

Mentari hanya mengangguk.

"Ini semua gara-gara gua." Teriak gua sembari memukul tembok dan berangsur-angsur terduduk di lantai.

"Gak ada yang perlu disesali. Ini semua udah takdir Yang Maha Kuasa." Petuah Mentari, sedangkan Galaksi masih setia mengelus punggung gua.

Deg...

Gua tertegun sejenak. Bener apa yang Mentari bilang, ini semua memang takdir Tuhan. Seketika, gua juga teringat kejadian itu lagi. Cewek yang udah gua tampar justru sekarang malah menenangkan gua. Gak nyangka dia bakal sesabar dan sebaik ini ke gua, setelah apa yang telah gua lakuin.

Dari sini gua tau, mungkin inilah alasan Galaksi menyukai Mentari. Dan dari sini gua mendapatkan suatu pembelajaran bahwa dibalik setiap keburukan seseorang, pasti dia punya sisi kebaikan. Gua telah salah menilai seseorang kali ini.

"Maafin gua atas kejadian waktu itu. Makasih juga udah perhatian ama cewek gua." Ucap gua tulus.

Gua tau, saat ini raut wajah Galaksi berubah. Ia mengedikkan bahunya mengisyaratkan tentang apa yang sebenarnya terjadi antara gua dan Mentari.

"Hmm... Cewek lu yang udah ngasih pengertian ke gua buat gak dendam sama seseorang."

Setetes air mata telah berhasil lolos membasahi pipi gua. Gua sadar, udah jahat sama orang-orang baik di sekeliling gua. Gua udah nyakitin cewek yang memberikan banyak pelajaran hidup ke gua. Cewek yang memang berharga dalam hidup gua, yang menemani hari-hari gua dalam beberapa bulan terakhir ini, dan yang telah mengisi kekosongan hati ini sebelumnya.

Langit Bercerita | MSS 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang