Epilog

668 99 55
                                    

From: shuary.shua@gmail.com
To: kiwarnidarmag1@gmail.com

Kepada, kawan lamaku, Darmagi Kiwani.

Email-ku sebelumnya sudah kamu baca, belum? Sayangnya email tidak seperti aplikasi chatting. Sudah dibaca atau belum, tidak ketahuan sama sekali. Tapi aku harap kamu baca, walaupun tidak membalas.

Setidaknya, aku tahu. Email-ku selalu masuk, kan?

Dikey, aku baru lulus kuliah. Ah, rasanya sangat puas. Aku memang lulus dengan nilai yang biasa. Tapi akhirnya kewajiban 4 tahunku selesai. Bagaimana dengan kamu? Kapan kamu lulus? Atau jangan-jangan malah lebih dulu kamu yang lulus.

Aku tidak tahu, kenapa aku tidak pernah bosan menulis email ke kamu. Padahal aku tidak tahu sama sekali, kamu baca atau malah langsung kamu hapus begitu lihat notifikasi di inbox. Tapi rasanya plong. Sama seperti dulu, aku selalu merasa lega kalau sudah curhat ke kamu.

Baru saja aku baca koran. Punya Dad. Di halaman paling depan, ada foto Mama. Lagi-lagi dia berhasil memimpin sidang. Kasus ditutup dengan hukuman paling berat untuk pelaku. Mama keren. Kalau aku jadi kamu, aku bangga punya Mama seperti Mamamu.

Sudah lama aku tidak bertemu Mama. Rumahmu juga sudah ditempati orang lain. Aku tidak tahu siapa. Tapi anaknya lebih muda dari kita. Dia masih SMA. Cantik, deh! Persis sama selera kamu.

Kalau punya waktu luang, tolong balas email-ku. Kalau tidak, dibaca saja. Tidak apa-apa. Yang penting kamu tahu bagaimana keadaan di Jakarta. Yah, walaupun aku juga penasaran bagaimana keadaan di Inggris. Kalau kamu sudah kembali, aku bakal nagih hutang cerita. Aku pengin kamu cerita semuanya. Jangan ada yang disembunyikan, seperti dulu.

Iya, aku maafin, kok! Tapi tolong jangan diulangi lagi. Apa pun alasannya, sejak awal aku memang tidak bisa benci sama kamu. Jadi aku pengin dengar langsung apa alasannya dari mulut kamu. Aku tunggu.

Terakhir, kamu ingat Vernon? Bule girang yang musuhan terus sama kamu di pertandingan basket. Dia nembak aku. Di hadapan Mom dan Dad, juga teman-teman. Aku malu setengah mati. Bingung juga mau jawab apa. Jadi belum aku jawab sampai sekarang. Dia bilang mau nunggu jawaban aku sampai kapanpun.

Berlebihan, ya? Iya, aku juga mikirnya seperti itu. Padahal waktu ada kamu, dia jahil. Ganggu terus. Tapi begitu kamu pergi, dia datang. Jadi tidak enak juga. Selama kamu pergi, selama itu juga dia mulai jadi teman aku.

Boleh aku minta pendapatmu? Apa sebaiknya aku terima Vernon saja? Aku tunggu balasan email-mu. Kalau sampai hari Minggu nanti kamu tidak balas, artinya kamu minta aku nerima dia. Hari Minggu nanti kami kencan.

Oh, sekarang di Inggris sudah memasuki tengah malam, ya? Kalau begitu cepat tidur. Aku bakal ngirim email lagi kalau ada sesuatu.

Sampai jumpa, Dikey.
I love you.
Shua.

Message send.
You got a new message!

From: mailer-daemon@googlemail.com
To: shuary.shua@gmail.com

non-existent email.

Dear My Friend
15.01.2019
© tirameashu

Dear My Friend (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang