4

28.8K 2.6K 32
                                    

Versi lengkap bisa diakses di google play store, Lontara & gramedia digital. Versi cetak tersedia di shopee grassmedia official.

###

Satu hari kerja yang melelahkan telah terlewati. Meskipun siang tadi Rendra tetap merengek seperti bayi, Rara sama sekali tak beranjak untuk menuruti. Akhirnya Ryo yang merasa kasihan mengajak mereka bertiga---Rara, Mesya, dan Rendra---makan siang dan tentu saja tanpa mereka perlu membayar. Dengan kata lain, Ryo mentraktir mereka semua.

Setelah mematikan komputer, Rara pun segera membereskan meja kerjanya. Merapikan lembaran kertas yang sedari tadi keluar dari mesin pencetak berwarna hitam itu.

"Mobil kamu udah beres, Ra? Mau bareng gak? Kebetulan Mbak lewat daerah rumah kamu." Mesya yang sudah selesai membereskan mejanya memanggil Rara dari belakang.

"Udah, Mbak. Makasih ya tawarannya." Mesya hanya mengangguk kemudian pamit pulang terlebih dahulu.

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam tote bagnya, Rara segera beranjak meninggalkan ruang kerjanya. Disapunya pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada dua orang rekan kerjanya yang masih tersisa. Ryo dan Rendra sudah pergi sedari tadi karena mereka mengatakan akan bermain futsal sepulang jam kantor usai.

Rara hendak membuka pintu mobilnya saat tiba-tiba satpam kantor memanggilnya sambil berlari menghampirinya. "Mbak Rara, ini ada undangan buat, Mbak," ucap Maman, sang satpam sambil mengulurkan selembar undangan berwarna kuning keemasan kepada Rara.

"Sebenarnya sudah tadi siang datangnya, Mbak. Tapi maaf, saya tadi tidak sempat menyerahkan undangannya ke Mbak Rara soalnya dari pagi saya sibuk membantu Pak Abhimana. Ini aja baru selesai. Untung ketemu Mbak Rara di sini," jelas Maman panjang lebar.

"Nggak apa-apa, Pak, tanggalnya kan masih lama. Makasih banyak ya, Pak Maman sudah sempatin ngasih undangannya," ucap Rara setelah sekilas melihat tanggal yang tertera pada undangan di tangannya.

Setelah Maman berlalu, Rara pun memasuki mobilnya. Duh, sepertinya cuma Rara seorang, single terakhir yang ada di sini. Setelah Ajeng, sepupu Rara, kini Yoga. Bahkan Yoga, mantan pacar Rara pun akan menikah minggu depan. Dan, hei! Berani-beraninya dia mengundang Rara. Buaya darat yang tak pernah tobat itu pasti sedang ingin pamer kepada Rara karena telah menemukan jodohnya lebih dulu dari Rara. Hubungan mereka tidak bisa dikatakan baik-baik saja sampai Yoga harus memberikan kartu undangan untuk Rara.

Mantan pacar terakhir Rara itu adalah orang yang paling mengerikan di planet ini. Ternyata ada makhluk seperti dia di dunia. Manusia super pelit bin perhitungan, penjahat kelamin yang semoga terserang penyakit kelamin segera, juga jangan lupakan hobinya yg suka tebar pesona dengan banyak wanita. Bahkan anak-anak sekolahan diembat juga.

Dulu saat mereka berpacaran yang hanya seumur panen ayam pedaging---karena saking singkatnya, sifat-sifat jelek Yoga tak satupun berkurang. Tiap kali mereka makan bersama, si muka tembok itu selalu enggan mengeluarkan dompetnya. Alasannya klasik banget, mulai dompetnya ketinggalan hingga lupa belum ambil uang di ATM, padahal tinggal gesek aja kan bisa.

Helloooww... Yang ngajak keluar siapa? Yang nembak duluan siapa? Pacaran kok gak modal. Bayar parkir aja enggan apa lagi harus makan di tempat mahal.

Belum lagi sifat play boy sejati yang sudah mendarah daging. Puncaknya Rara memergokinya berciuman dengan gadis berseragam SMA di parkiran basement sebuah Mall saat jam kerja. Catat ya! jam kerja. Berarti seharusnya Yoga berada di kantornya. Bukan keluyuran di Mall dengan anak gadis orang, ups kalau masih gadis sih. Sebab selama mengenal Yoga, Rara begitu fasih dengan sifat mesum Yoga. Berulang kali Yoga merayunya, mencoba untuk mendapatkan lebih saat mereka bersama, tetapi niatnya selalu kandas karena Rara begitu pintar menangkisnya. Bahkan pernah Rara menendangnya hingga hidung Yoga berdarah karena Yoga mencoba menyentuh tubuh Rara.

KEJAR TENGGATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang