26

19.4K 1.8K 40
                                    

Ebook bisa diakses di google play store. Di 👇

https://play.google.com/store/books/details/Nia_Andhika_Kejar_Tenggat?id=6cnsDwAAQBAJ

Versi cetak bisa order di shopee grassmedia official.

26

Dengan penuh percaya diri, Rara memasuki rumah tante Dewi. Suara riuh terdengar dari dalam rumah saat kakinya menginjak teras. Abhimana menggenggam tangan Rara erat. Ia tak keberatan dengan apapun itu rencana yang ada di otak Rara. Yah, anggap saja simbiosis manfaatisme. Mereka sama-sama mendapatkan manfaat. Abhimana bisa selalu berdekatan dengan Rara, dan gadis itu juga mendapatkan apa yang di inginkannya. Hal yang tak Abhimana pahami.

Begitu mereka memasuki rumah, suasana semakin ramai. Beberapa sepupu Rara yang sudah hadir melompat menghambur memeluknya kemudian menggiring mereka berdua untuk duduk di karpet tebal yang terhampar di ruang keluarga itu. Tampaknya semua kursi ataupun sofa sudah disingkirkan entah kemana. Ruangan itu jadi terasa lebih luas.

"Duh, akhirnya sebentar lagi kamu nyusul juga Ra," Ajeng sang pengantin baru menjadi orang pertama yang menyapa Rara, yah bukan baru-baru amat sih. Karena sudah kurang lebih dua bulan ia menikah. Tapi auranya tetap menampakkan kebahagiaan pengantin baru. Pasti, nih orang dapat servis VIP makanya ceria terus. Rara terkikik---sok tahu---sendiri. Padahal sih segel aja belum lepas, tahu dari mana dia segala jenis servis dan tetek bengeknya.

"Jeng, ntar aku minta jadwal konsul sama kamu ya. Berbagi pengalaman. Aku kan newbie." Abhimana yang mendengar kalimat tak bermutu Rara seketika menaikkan alisnya.

Sebelum berangkat tadi Rara makan apa ya? Apa mungkin keracunan? Kok kalimatnya begitu mengerikan? Bukannya jika Abhimana menggodanya, Rara selalu mengusirnya jauh-jauh. Ini kenapa Rara jadi terlihat seperti gadis mabuk yang suka berbicara vulgar. Abhimana menggelengkan kepalanya.

"Ih, yang mau ganti status. Yang di ingat cuma malam pertama doang." Ajeng membalas.

Rara mengedarkan pandangannya, ia baru menyadari jika ia belum memperkenalkan Abhimana ke seluruh anggota keluarga. Bergegas, Rara berdiri kemudian menyeret Abhimana untuk berkenalan dengan seluruh sepupunya dan juga om dan tante yang kebetulan ada di rumah itu.

Sepertinya saudara papa Rara ada di taman belakang, ia pun membawa Abhimana kesana.

"Nah, ini dia yang ditunggu, akhirnya datang juga. Hilalnya sudah terlihat kan Nduk, di segerakan ya." Om Seno, suami tante Dewi yang menyambut mereka pertama kali. Abhimana pun menghampiri mereka semua untuk bersalaman.

"Kenal di mana nih sama ...? Siapa tadi namanya? Oh, ya. Nak Abhimana," lanjut om Seno.

"Mas Abhimana ini atasan Rara di kantor, Om," jawab Rara sopan yang dianggukkan oleh Abhimana.

"Atasan apa? Manager? Supervisor?" Tante Dewi menyelutuk dengan nada yang menurut Rara menyakitkan. Duh ini orang kok gak kapok-kapok ya. Harga dirinya sedikitpun tak pernah mau kadarnya berkurang.

"Mas Abhimana direktur di kantor Rara, Tante. Yang punya perusahaan, CEO lah bahasa kerennya." Kepalang tanggung, sekalian nyebur. Rara mengumpat dalam hati. Sedangkan Abhimana nyaris meledakkan tawanya dengan nada manja yang Rara keluarkan untuk menangkis serangan tante Dewi. Seketika ia paham dengan permintaan Rara sebelum masuk rumah tante Dewi tadi. Mungkin inilah yang Rara maksud. Oke, setidaknya ia akan menyenangkan hati gadis kesayangannya ini.

Pak Priyono dan bu Retno hanya mampu melihat Rara yang mulai menangkis ucapan adik papa Rara itu sambil mengelus dada. Yah, mau bagaimana lagi. Sepertinya mulut pedas Dewi tak mau diajak introspeksi.

KEJAR TENGGATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang