Versi cetak bisa dipesan di shopee grassmedia official. Versi ebook bisa diakses di google play store.
Mampir juga ke lapak "Perfectly imperfect" ya friends. Baru kemarin tayang.
###
Setelah melewati perdebatan yang cukup alot, akhirnya Rara bisa sampai di rumahnya dengan tenang dan damai. Bagaimana tidak damai jika sedari tadi Abhimana merecokinya terus.
Setelah mengisi perut, merekapun beranjak pulang. Bukan Abhimana yang ingin segera pulang, melainkan Rara. Dia sudah tidak mampu lagi jika harus bertahan di pesta itu. Dia harus segera menjauh dari Abhimana.
Akhirnya dengan beberapa syarat Rara baru bisa pulang. Salah satu syaratnya adalah pulang diantar Abhimana. Tentu saja awalnya Rara menolak mentah-mentah, tetapi karena tiba-tiba kedua orang tua Abhimana mendekati mereka dan menyuruhnya pulang bersama Abhimana, mau tak mau Rara pun menyerah. Yah satu kali ini saja. Jangan sampai ada acara antar mengantar lagi lain kali.
Setelah mengucapkan terima kasih dan menghempaskan pintu mobil Abhimana cukup keras. Rara pun bergegas membuka kunci pagarnya. Sial, kenapa semuanya seperti berkomplot menentang Rara. Bahkan kunci pagar pun enggan dibuka.
Tiba-tiba saja Abhimana turun dari mobilnya kemudian meraih kunci yang digunakan Rara untuk membuka gemboknya. Dengan sekali putar gembok pun terbuka.
"Kamu tidak mempersilakan saya masuk?" Abhimana bertanya dengan nada memerintah. Rara hanya mendengus kemudian mendorong pagarnya terbuka.
"Ini sudah malam, Pak, tidak baik jika seorang laki-laki bertamu kerumah perempuan larut malam." Rara mencoba menolak.
Abhimana melirik jam di pergelangan tangannya. "Ini baru jam setengah sepuluh."
"Bukan baru jam setengah sepuluh pak tapi sudah jam setengah sepuluh. Itu artinya bukan waktu yang pantas untuk menerima tamu," putus Rara tak mau dibantah. Abhimana hanya mampu menghela napas lelah.
"Ya sudah kalau kamu tidak mengijinkan, saya akan mengikuti keinginan kamu." Abhimana pun beranjak dari hadapan Rara kemudian memasuki mobilnya.
"Selamat malam." Abhimana pun berlalu meninggalkan Rara di depan pagar sendirian.
Rara mendengus sebal. Itu orang lagi sawan atau obatnya habis. Kadang baik kadang aneh. Rara menggelengkan kepala kemudian memasuki halaman rumah setelah sebelumnya mengunci pintu pagar. Segera diayunkan langkahnya terburu-buru memasuki rumah. Rara takut, ya dia takut tiba-tiba saja Abhimana kembali dan mengetuk pintu rumahnya. Ya Allah selamatkan hamba dari setan yang terkutuk, Rara berdoa dalam hati.
***
"Ra, coba cek. Indo Oil dari semalam belum selesai bongkar muat, bukannya sekarang seharusnya sudah stand by di garasi?" Rendra tiba-tiba sudah di depan meja Rara, membuka toples kripik kentang yang masih terisi penuh."Mama kamu kalau buat kripik kok enak banget ya Ra, bikin nagih," lanjutnya.
Rara mendongakkan kepalanya menghadap Rara. "Yey... Kamu apa aja ya pasti enak. Sandal jepit dikecapin juga bilang enak." Rara menyahut galak.
"Kalau urusan Rasa jangan tanya Rendra. Perut karet gratisan gak bakalan punya lidah bintang lima." Mesya menyelutuk di balik mejanya.
"Ih, Mbak Mey, jangan jahat dong mulutnya. Posting foto udah sering pake kamera jahat gitu." Rendra bersungut sambil meraup lagi keripik dari toples di meja Rara.
"Sekali lagi bilang gitu, gak bakalan ada makan siang gratis lagi buat perut gendut kamu." Mesya memelototkan matanya sambil menunjuk perut Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TENGGAT
General FictionTemui Zahrana, single kece badai berusia akhir dua puluhan. Meskipun hampir semua teman-teman seumuran atau bahkan di bawahnya sudah berkeluarga tetapi Rara--sapaan akrab Zahrana tidak bergerak dari tujuannya. Menjadi wanita karir yang sukses dan ma...