Ebook bisa diakses di google play store. Di 👇
https://play.google.com/store/books/details/Nia_Andhika_Kejar_Tenggat?id=6cnsDwAAQBAJ
Versi cetak bisa order di shopee grassmedia official.
23
"Akhirnya...." Bu Astri langsung menyergap Rara begitu ia memasuki pintu ruang tamu rumah Abhimana. Dipeluknya tubuh Rara erat.
"Duh, calon mantu mama akhirnya dibawa juga. Udah ditunggu-tunggu, eh Abhimananya malah lemot." Rara hanya tersenyum canggung. Masih merasa kurang nyaman dengan situasi yang tak biasa di sekitarnya.
Meskipun sudah bertahun-tahun menjadi karyawan Pak Broto---ayah Abhimana---tetapi situasinya jelas berbeda. Saat di kantor, tentu Rara tidak akan canggung untuk menyapa ataupun berkomunikasi dengan Pak Broto maupun istrinya. Tetapi saat ini? Dia datang menemui mereka sebagai kekasih Abhimana.
Bohong jika Rara bilang ia baik-baik saja. Ia benar-benar merasa cemas, khawatir, was-was, juga takut. Baru pertama kali ia berada di situasi seperti sekarang. Beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tak sekalipun Rara sampai pada tahap diperkenalkan kepada orang tua kekasihnya. Bangga, jelas iya. Bahagia, pasti. Meskipun rasa cemas lebih mendominasi.
"Selamat datang di keluarga kami, Ra. Anggap saja rumah sendiri. Kamu tidak usah grogi ya." Pak Broto yang tahu perasaan Rara, angkat bicara menengahi kehebohan istrinya. Rara tak mengubah ekspresinya, tersenyum canggung.
"Ayo masuk, kita duduk di ruang keluarga saja," lanjut Pak Broto. Mereka pun beranjak meninggalkan ruang tamu menuju ruang keluarga. Seorang asisten rumah tangga menghidangkan Sponge cake dan buah anggur segar.
"Rara mau minum apa?" Bu Astri yang masih melekat di samping Rara, bertanya.
"Apa saja, Bu."
"Loh, jangan apa saja, kalau dikasih minum obat pelet mau? Eh tapi tanpa dipelet, Rara juga sudah mau sama Abhimana. Siapa sih yang bisa nolak si Abhi. Lihat nih, Ra," bu Astri ganti meraih lengan Abhimana, menepuk dada bidang putranya. "Badan kekar, gagah, juga tinggi. Wajah? Jelas sudah terbukti kamu bisa lihat sendiri. Apa lagi kemampuannya yang lain. Kalau sudah adu mulut sama si Abhi, kamu pasti megap-megap minta nambah lagi, iya kan? Hayo mau minum apa? Nggak usah sungkan. Mau jus, teh atau kopi?" Setika Rara merasa kepalanya disiram air dingin. Aduh nih orang. Ngena banget ke hati. Rara jadi semakin menciut nyalinya.
"He he, Teh saja kalau gitu, Bu," jawab Rara terbata sambil tertawa garing.
"Mama sih, kalau ngomong gak ada remnya." Abhimana menyela.
"Loh, kan bener Bhi. Kalau orang pacaran di usia kalian pasti kan sudah curi-curi dikit-dikit. Apa lagi kamu, wajah 'pengen' kamu saat lihat Rara kelihatan banget. Kalau cuma beradu mulut atau juga bersilat lidah pasti gak sekali dua kali kalian lakuin. Makanya buruan diresmikan. Takut tambah dosa." Abhimana pun akhirnya ikut mati kutu. Tak bisa membalas perkataan mamanya.
Pak Broto yang melihat kepanikan Rara pun segera menyela. "Kamu kok tegang banget, Ra. Sudah, nyantai saja. Tidak usah didengerin, masak sama saya kamu juga takut. Bertahun-tahun kerja sama saya, kamu kan cekatan banget. Ngomong juga lancar. La ini apa? Kok kayak orang gagu." Pak Broto mengeluarkan amunisinya sambil terbahak. Wajah Rara semakin memerah menahan malu. Duh ternyata keluarga ini super banget ya. Anak sama orang tua mulutnya licin.
"Udah deh, Pa. Jangan digodain terus. Wajahnya Rara tuh, merah sampai ke telinganya juga." Bu Astri terkikik geli. Lah? Yang sedari tadi bikin Rara memerah siapa? Kok sepertinya wanita cantik ini belum sadar juga . 'Hadeh... Kuatkan hati hamba ya Allah' Rara terus menerus membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TENGGAT
General FictionTemui Zahrana, single kece badai berusia akhir dua puluhan. Meskipun hampir semua teman-teman seumuran atau bahkan di bawahnya sudah berkeluarga tetapi Rara--sapaan akrab Zahrana tidak bergerak dari tujuannya. Menjadi wanita karir yang sukses dan ma...