Baru kali aku merasakan sakit hati berlipat-lipat. Segala kecamuk kekalutan menggelayut manja di kepalaku. Satu-satunya cara selain mengadu kepada Tuhan Seru Sekalian Alam ialah mengadu kepada orang yang dapat di percaya. Orang yang mampu menopang jiwa-jiwa kacau. Dan kali ini sosok yang aku butuhkan itu, bukan lagi Kak Arsyad, seperti dulu. Tak perlu bertanya mengapa, kau sudah tahu sendiri apa alasannya.
Malam itu tepat sekali hujan mengguyur kota. Sesekali kilat menyambar menimbulkan bunyi menggelegar di langit gelap. Di dalam kamar asramaku, aku mengadu pada Kezia –sahabatku. Kujelaskan segala peristiwa yang terjadi antara aku, Raka dan juga Kak Arsyad. Tanpa di tambah ataupun di kurangi. Sejelas-jelasnya, termasuk peristiwa memilukan yang baru saja terjadi, juga rahasia pahit yang baru terkuak. Lalu mencipta luka dengan pemilik luka itu orang yang selama ini aku segani, ya, Kak Arsyad.
Aku menangis sesenggukan dipenghujung cerita. Entah sudah berapa lembar tisu, kujadikan korban. Pun sudah berapa liter air mata kukeluarkan. Yang pasti perasaan sakit dan sesak itu masih terasa membekas.
"Aku harus bagaimana, Kezia? Huhu...," keluhku masih dengan air mata meleleh.
Kezia memelukku sejenak, menepuk-nepuk punggungku. Seolah mencoba mengalirkan ketenangan lewat pelukannya.
"Sudah, jangan menangis. Semua sudah terjadi kan? Ikhlaskan saja. Karena semua orang itu pasti punya salah, Vi. Dan apakah setiap kesalahan yang mereka buat, harus juga meraka ungkapkan pada dunia. Supaya semua orang tahu? Nggak mungkin kan. Ada banyak alasan kuat, mengapa mereka sembunyikan, mereka tutupi atau bahkan hanya kepada Allah mereka ungkapkan. Bukan kepada kita. Salah satunya ialah Kak Arsyad. Menurutku tindakannya saat itu memang terdengar berlebihan. Mungkin bisa masuk ke perkara hukum. Tapi kan alasannya logis, Vi. Demi kamu, coba kamu bayangkan? Kerenkan, ia melakukan itu semua demi kamu. Ia nggak mau kamu terluka. Kamu merasakan sakit hati saat kamu tahu kebenarannya," jelas Kezia mengungkapkan pandangannya, usai aku bercerita panjang lebar.
Perempuan berjilbab biru muda itu, berdiri. Lalu berjalan kesan-kemari seraya berekspresi seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Tapi aku masih penasaran, Vi. Masalahnya perbuatan apa sih, yang dia maksud?" tanyanya kemudian, sambil duduk di pinggir kasurku.
Aku menggeleng, tangisku sedikit demi sediki mulai terhenti, "Aku juga nggak tahu, Zia. Dia cuma bilang, perbuatan yang mampu membuatku sakit hati jika aku melihatnya langsung. Entah apa, ia nggak mengungkapkannya sedetile mungkin."
"Apa mungkin, selingkuh? Atau mempermainkan banyak perempuan, selain kamu secara diam-diam?" terkanya mencoba berpendapat.
"Nggak mungkin. Raka nggak mungkin melakukan itu," sangkalku tak terima.
Kezia kembali tak sependapat, "Tapi kamu nggak tahu gimana Raka di luarkan? Maksudnya sikap dan perbuatannya di lingkungan luar, saat kamu nggak ada."
"Tapi, tapi aku yakin. Raka bukan tipe orang yang gampangan, Zia."
"Masalahnya Kak Arsyad juga bukan tipe orang seperti itu kan? Selama ini kamu deket banget sama dia. Apakah pernah ia melakukan suatu hal di luar dugaan, tanpa alasan kuat?" tanya Kezia selanjutnya.
Sontak membuatku diam, membisu. Jika aku berfikir lebih keras lagi, pertanyaan Kezia barusan ada benarnya juga. Ya, aku tahu seperti apa sosok Kak Arsyad. Bagaimana jika ternyata pengakuannya itu benar. Dan terbukti, dulu Raka pernah melakukan perbuatan buruk yang sama sekali aku tak tahu. Ah, tapi tetap saja, langkah Kak Arsyad kurasa salah. Mengapa coba ia melabrak Raka sampai berdarah-darah. Lalu ia menyembunyikan rahasia itu selama ini? Keterlaluan kan, berarti selama ini aku tak ubahnya berada dalam skenario yang ia buat, ia pura-pura. Ini yang membuatku tak terima, membuatku sakit. Seperti terukir luka menganga baru.
![](https://img.wattpad.com/cover/158347780-288-k1835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hitam Dibalik Hujan
Ficção Adolescente(Part complete) Allah, maaf. Aku benci hujan. Bukan karena menolak keberkahan rezeki yang Engkau turunkan. Bukan pula menolak takdir yang sudah tergariskan. Sebab bukankah hujan ialah sumber kehidupan? Segala rezeki dan kehidupan tentram bermuara ka...